Ticker

6/recent/ticker-posts

Tradisi Turun Mandi Di Minangkabau



Penulis: Fina Rahmadani Mahasiswa Sastra Minangkabau Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas


Minangkabau merupakan sebuah wilayah dengan warisan budaya yang kaya dan beragam di Indonesia, serta terkenal dengan berbagai tradisi yang unik. Salah satu tradisi yang ada di Minangkabau adalah “Turun Mandi”. Tradisi ini telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Minangkabau. Meskipun tradisi Turun Mandi telah ada selama ber abad-abad, ada juga sedikit pemahaman dan sejarah dibalik semuanya. Turun Mandi merupakan tradisi yang masih ada di daerah Minangkabau yang sampai saat ini masih ada dan di pertahankan di beberapa daerah Sumatera Barat, salah satunya di Kabupaten Solok. Turun Mandi merupakan sebuah acara yang dilakukan pada bayi yang baru lahir, yang dibawa mandi ke Mussholla atau Masjid terdekat. Sebelum pelaksanaan Acara Turun Mandi, keluarga si bayi harus menentukan kapan hari, tanggal acara pelaksanaan acara turun mandi tersebut. Di Nagari Panyakalan, biasanya yang membawa bayi untuk mandi ke Musholla atau Masjid adalah “Bako” dari si bayi. Sedangkan orang yang memandikan si bayi ketika sudah sampai di Musholla adalah “Dukun Beranak” yang ada di tempat tinggal orang tua si bayi.

Syarat melakukan acara Turun Mandi secara umum yaitu:

1. Dilakukan setelah bayi lahir, dan berumur 7 hari. Secara umum di daerah lain, yaitu apabila bayi nya laki-laki maka acaranya dilakukan pada hari ganjil dari hari lahirnya si bayi. Sedangkan apabila bayi perempuan maka acaranya dilakukan pada hari genap dari hari lahirnya si bayi.

2. Proses melakukan Turun Mandi pada setiap daerah berbeda-beda. Di nagari Panyakalan Turun Mandi dilakukan di Musholla atau Masjid terdekat. Sedangkan di daerah lain ada yang melakukannya di sungai yang dekat dengan tempat tinggal orang tua si bayi.

3. Keluarga yang akan melaksanakan acara Turun Mandi harus menyediakan makanan untuk acara. Makanan yang harus ada yaitu “Gulai Ayam Kemumu”. Berbda dengan acara Aqiqah, yang biasanya makanan yang harus tersedia yaitu “Gulai Kambing”.

4. Kemudian menyediakan “Tampang Karambia Tumbuah”, atau bibit pohon kelapa yang sudah tumbuh dan siap untuk ditanam.

5. Pihak keluarga juga harus menyediakan “Batiah Bareh Badulang”, atau biasa disebut dengan beras yang di goreng lalu dibagikan kepada anak-anak kecil sebagai tanda perkenalan dari si bayi.

6. Bako si bayi juga harus menyediakan kebutuhan si bayi, seperti sisir, cermin, kain panjang 1 helai, baju bayi yang baru, serta “Paniaram” yang dibawakan dengan dulang. Bako juga menyediakan alat panyambua yang terdiri dari merica hitam, kencur, dan lain sebagainya yang juga disediakan oleh bako dari bayi.

Ada beberapa tahapan atau tata cara melakukan acara “Turun Mandi”, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Yang pertama adalah membawa bayi ke tempat melaksanakan acara Turun mandi yaitu musholla. Yang menggendong si bayi adalah Bako nya.

2. Setelah itu bayi di mandikan oleh Dukun Beranak yang ada di kampung tersebut, dan basambua dengan panyambua setelah di mandikan. Sembari si bayi di mandikan ibu dari bayi tersebut juga harus mandi di tempat bayi di mandikan tersebut.

3. Ketika proses mandi sudah selesai, bibit kelapa yang sudah di siapkan dihanyutkan dari hulu lalu ditangkap oleh sang ibu ketika sudah mendekati bayi. Proses ini dilakukan ketika bayi dimandikan di sungai. Sedangkan untuk pelaksanaan di Musholla tidak menggunakan cara tersebut.

4. Bibit kelapa kemudian di tanam di sekitaran rumah

5. Lalu setelah bayi di mandikan, ibu si bayi juga harus di mandikan dengan sisa air mandi bayi tadi.

6. Setelah seluruh proses acara selesai, bayi dan ibunya diarak oleh Bako untuk kembali menuju ke rumahnya.

Makna yang terkandung dalam acara “Turun Mandi” yaitu:

• Untuk mengenalkan anak pada alam sekitar. Seperti mengenal alam, sehingga dapat hidup dengan alam sesuai dengan petatah petitih “Alam Takambang Jadi Guru”

• Ketika bayi sudah besar, ia mampu menjadi petunjuk bagi masyarakat, agama, dan bangsanya serta berani membela kebenaran

• Untuk dapat tumbuh menjadi pribadi yang suka memberi kepada sesame dan mempunyai jiwa yang dermawan

• Mampu untuk mandiri dan ketika besar tidak bergantung kepada orang lain di sepanjang hidupnya, serta ketika besar nanti dapat tumbuh menjadi orang yang sukeses dari segala aspek.

• Bersyukur, mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT. Karena mendapatkan kabar baik telah dilahirkan seorang buah hati dan ber terima kasih karena telah dijadikan sebaagai orantuanya.

• Melestarikan budaya, untuk dapat menjaga dan melestarikan kebudayaan Minangkabau karena saat zaman sekarang ini budaya daerah sudah jarang diterapkan dan apabila tetap mengikuti tradisi yang ada maka tradisi ini tidak akan hilang dan terus berjalan

• Menjalin silaturahmi dengan memperkenalkan kepada masyarakat sekitar dan mempererat tali silaturahmi sesama anggota masyarakat sekitar

Tradisi Turun Mandi merupakan tradisi yang masih dilakukan sampai saat ini walaupun pelaksanaannya sudah banyak yang di ubah. Tradisi Turun Mandi merupakan bentuk rasa syukur kepada Allah SWT. Atas kelahiran anak bagi orangtua. Bagi masyarakat yang masih melaksanakan tradisi ini, sebaiknya dapat memperkenalkan kepada generasi selanjutnya supaya tidak hilang atau punah dan masih tetap berjalan. Masyarakat juga sebaiknya memperkenalkan kepada warga luar agar masyarakat luar dapat mengenal tradisi Turun Mandi ini. 

Masyarakat Minangkabau juga harus tetap melaksanakan tradisi ini sesuai dengan ketentuan dan norma yang sudah dilakukan oleh para leluhur kita dahulu.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS