Ticker

6/recent/ticker-posts

Kebutuhan Anak akan Kebebasan dan Kreativitas dalam Belajar: Analisis Novel Totto-chan: Si Gadis Kecil di Tepi Jendela Karya Tetsuko Kuroyanagi Menggunakan Teori Psikologi Humanistik Carl Rogers

Oleh. : Sandy Al Hakim, Mahasiswa Sastra Jepang Universitas Andalas,



Abstract:

This essay explores the importance of freedom and creativity in early childhood education by analyzing the novel Totto-chan: The Little Girl at the Window by Tetsuko Kuroyanagi through Carl Rogers’ theory of humanistic psychology. It argues that children flourish in environments that prioritize emotional safety, unconditional acceptance, and autonomy in learning. The experiences of Totto-chan at Tomoe Gakuen serve as a case study of how an empathetic and flexible education system can nurture a child’s development, self-confidence, and creative expression.

Keywords: child development, freedom in education, creativity, Carl Rogers, humanistic psychology, Totto-chan, Tomoe Gakuen,


1. Pendahuluan

Setiap anak dilahirkan dengan potensi luar biasa dan keinginan alami untuk belajar serta tumbuh. Namun, sistem pendidikan konvensional sering kali menempatkan anak dalam kerangka yang kaku dan seragam, mengabaikan keunikan mereka. Dalam banyak kasus, sekolah menjadi tempat di mana anak-anak harus menyesuaikan diri dengan standar dan aturan, bukan tempat untuk berkembang secara utuh sebagai individu. Akibatnya, banyak anak kehilangan semangat belajar, menjadi pasif, dan merasa tidak diterima.

Dalam konteks ini, pendekatan yang lebih humanistik menjadi sangat relevan. Pendidikan yang menghargai anak sebagai individu dengan kebutuhan emosional, sosial, dan intelektual yang beragam dapat menciptakan suasana belajar yang lebih bermakna. Novel Totto-chan: Si Gadis Kecil di Tepi Jendela karya Tetsuko Kuroyanagi menawarkan gambaran nyata tentang bagaimana sistem pendidikan alternatif dapat menjawab kebutuhan anak-anak tersebut. Lewat pengalaman pribadi penulis saat bersekolah di Tomoe Gakuen, kita melihat bagaimana kebebasan, penerimaan, dan kreativitas menjadi fondasi utama dalam pembelajaran yang menyenangkan dan penuh makna.

Untuk memahami lebih dalam bagaimana prinsip-prinsip pendidikan ini berfungsi dalam perkembangan anak, esai ini menggunakan teori psikologi humanistik Carl Rogers. 


Rogers menekankan pentingnya lingkungan yang mendukung, empati dari pendidik, dan penerimaan tanpa syarat untuk membantu anak mencapai aktualisasi diri. Dengan memadukan teori ini dan kisah Totto-chan, kita dapat melihat bagaimana pendidikan yang berorientasi pada kemanusiaan anak bukan hanya memungkinkan mereka belajar, tetapi juga tumbuh sebagai pribadi yang utuh.

2. Pembahasan:

2.1 Carl Rogers dan Pandangan Humanistik tentang Anak

   Carl Rogers (1902–1987) adalah salah satu tokoh utama dalam psikologi humanistik, sebuah pendekatan yang menekankan potensi positif dalam diri manusia. Rogers percaya bahwa setiap individu memiliki dorongan alami untuk tumbuh dan berkembang yang disebut sebagai aktualisasi diri. Agar proses ini terjadi, seseorang perlu berada dalam lingkungan yang aman secara emosional, penuh empati, dan menerima dirinya apa adanya.

Rogers memperkenalkan konsep penting yaitu unconditional positive regard atau penerimaan tanpa syarat. Dalam konteks pendidikan, hal ini berarti bahwa guru atau pendidik menerima murid apa adanya, tanpa menghakimi atau mengaitkan nilai mereka dengan prestasi semata. Menurut Rogers, “The curious paradox is that when I accept myself just as I am, then I can change.” (Rogers, 1961). Penerimaan ini menjadi landasan untuk menciptakan hubungan belajar yang otentik dan mendorong anak untuk mengekspresi kan diri secara bebas.

Dalam pendidikan, Rogers juga mengedepankan peran guru sebagai fasilitator, bukan sebagai pengontrol. Guru perlu menunjukkan empati, kejujuran, dan mendengarkan anak dengan penuh perhatian. Dengan cara ini, anak akan merasa dihargai, aman, dan bebas untuk belajar sesuai ritme dan minatnya.

2.2 Analisis Kebutuhan Anak dalam Novel Totto-chan: Si Gadis Kecil di Tepi Jendela

a. Kebebasan Belajar di Tomoe Gakuen

   Di sekolah Tomoe Gakuen, anak-anak diberikan kebebasan untuk mengatur sendiri urutan pelajaran yang ingin mereka pelajari. Pendekatan ini bukan hanya memberikan rasa otonomi kepada anak, tetapi juga memperkuat rasa tanggung jawab dan kemandirian dalam belajar.

“Ayo anak-anak, Kalian boleh memulai dari apa saja yang kalian sukai.”

Jadi setiap murid boleh memulai dari pelajaran yang disukai-nya. (Kuroyanagi, 1998: 28)

 Hal ini sejalan dengan pandangan Rogers bahwa pembelajaran akan lebih efektif jika berasal dari motivasi internal. Ketika anak merasa punya kendali atas proses belajarnya, mereka akan lebih terlibat dan antusias. Rogers menyebut kondisi ini sebagai *student-centered learning*, di mana fokus bukan pada guru sebagai pemberi ilmu, tetapi pada anak sebagai subjek belajar.

b. Penerimaan Tanpa Syarat oleh Kepala Sekolah Kobayashi

   Kepala Sekolah Kobayashi menjadi representasi nyata dari prinsip unconditional positive regard yang digagas oleh Rogers. Salah satu momen paling menyentuh adalah ketika beliau mendengarkan Totto-chan berbicara selama hampir empat jam tanpa menyela. Ini adalah bentuk penerimaan yang jarang ditemukan dalam sistem pendidikan biasa.

“jadi, kepala sekolah mendengar cerita toto selama empat jam penuh.” (Kuroyanagi, 1998: 21)

   Tindakan ini menunjukkan bahwa Kobayashi melihat anak sebagai individu yang layak dihargai dan didengar. Menurut Rogers, ketika seseorang merasa diterima tanpa syarat, ia akan merasa aman untuk membuka diri dan bertumbuh. Totto-chan yang sebelumnya merasa tertolak di sekolah lamanya, akhirnya menemukan tempat di mana ia merasa dihargai dan dicintai. Hal ini memperkuat rasa percaya diri dan keinginannya untuk belajar.

c. Kreativitas sebagai Wujud Aktualisasi Diri

   Tomoe Gakuen bukan hanya menekankan aspek akademik, tetapi juga memberi ruang besar bagi anak-anak untuk mengekspresikan kreativitas mereka. Anak-anak diajak memasak, bermain musik, menjelajah alam, dan berinteraksi dengan teman-teman dari latar belakang yang berbeda, termasuk yang berkebutuhan khusus. Semua ini menciptakan pengalaman belajar yang kaya dan mendalam.

   Rogers menyebut bahwa kreativitas adalah ekspresi tertinggi dari aktualisasi diri. Anak-anak yang merasa bebas dan diterima cenderung lebih berani bereksperimen dan mengungkapkan diri. Di Tomoe, tidak ada ketakutan akan hukuman atau kegagalan. Sebaliknya, kesalahan dilihat sebagai bagian dari proses belajar.

“Kepala sekolah mendekatkan wajahnya ke wajah Totto, lalu berkata dengan nada suara seperti seorang teman, "Nanti kalau, sudah selesai kembalikan semua itu ke tempatnya ya?" dan ia pergi berjalan entah ke mana seperti tadi. Toto menjawab "Ya." dengan bersemangat dan mulai bekerja kembali.” (Kuroyanagi, 1998: 43)

   Pendekatan ini menumbuhkan anak-anak yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki karakter yang kuat, percaya diri, dan bertanggung jawab.

3. Penutup:

Novel Totto-chan: Si Gadis Kecil di Tepi Jendela memberikan pelajaran penting tentang bagaimana pendidikan yang manusiawi dapat membentuk anak menjadi pribadi yang utuh. Melalui pendekatan Carl Rogers yang menekankan empati, kebebasan, dan penerimaan tanpa syarat, kita dapat melihat bagaimana anak-anak berkembang lebih optimal dalam lingkungan yang mendukung secara emosional.

Sekolah seperti Tomoe Gakuen menjadi contoh nyata bahwa ketika anak diberi ruang untuk menjadi diri sendiri, didengar, dan dihargai, maka mereka tidak hanya tumbuh sebagai pelajar yang baik, tetapi juga sebagai manusia yang bahagia dan autentik. Pendidikan yang berpusat pada anak bukanlah utopia, melainkan kebutuhan yang mendesak untuk masa depan yang lebih baik.


Daftar Pustaka:

Kuroyanagi, T. (1998). Totto-chan: Gadis kecil di tepi jendela (L. H. Rahmat & N. Rahmat, Trans.). Jakarta: PT. Pantja Simpati.

(Rogers, Carl R. (1961). On Becoming a Person: A Therapist’s View of Psychotherapy. Boston: Houghton Mifflin.

Sutanto, Leo Agung. (2010). “Psikologi Humanistik Carl Rogers dan Implikasinya dalam Dunia Pendidikan.” Jurnal Pendidikan, Vol. 11, No. 2.


Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS