Ticker

6/recent/ticker-posts

Melestarikan Kesenian Ronggiang: Warisan Budaya di Pasaman Barat

 


Oleh: Amelia Putri, Mahasiswi Universitas Andalas jurusan Sastra Minangkabau Angkatan 23


Kesenian Ronggiang atau Ronggeng Pasaman merupakan warisan budaya yang unik dari Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat. Seni pertunjukan ini lahir dari akulturasi budaya Jawa dan Minangkabau, menciptakan sebuah ekspresi seni yang khas dan berbeda dari kesenian tradisional lainnya. Ronggiang telah diwariskan secara turun-temurun dan masih bertahan di tengah perubahan zaman.


Seni pertunjukan ini menggabungkan unsur musik, tari, dan pantun, menjadikannya sebagai hiburan sekaligus media komunikasi sosial bagi masyarakat setempat. Dalam setiap pertunjukannya, Ronggiang menampilkan tarian yang diiringi musik tradisional serta lantunan pantun yang menyampaikan pesan moral atau sosial.


Salah satu keunikan dari Ronggiang Pasaman adalah penarinya yang disebut "anak Ronggeng." Berbeda dengan kesenian ronggeng di daerah lain, penari dalam Ronggiang Pasaman adalah laki-laki yang berdandan seperti perempuan. Mereka mengenakan kebaya, sanggul, dan selendang, yang menjadi ciri khas dalam setiap pertunjukan.


Selain sebagai hiburan rakyat, Ronggiang memiliki nilai-nilai budaya yang mencerminkan identitas masyarakat Pasaman Barat. Kesenian ini menggambarkan kehidupan sosial dan adat istiadat setempat. Oleh karena itu, upaya pelestarian kesenian ini menjadi penting agar tidak punah atau diakui oleh daerah lain yang lebih aktif dalam melestarikannya.


Sebagai bentuk pelestarian, Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat melalui Dinas Pariwisata menggelar Festival Ronggiang Pasaman Barat 2023 pada November 2023. Festival ini berlangsung di Lapangan MTQ Padang Tujuh, Kecamatan Pasaman, dan diikuti oleh berbagai kelompok kesenian dari berbagai daerah di Pasaman Barat.


Festival ini bertujuan untuk memperkenalkan kembali kesenian Ronggiang kepada generasi muda serta meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap budaya daerah. Melalui festival ini, diharapkan Ronggiang semakin dikenal dan dapat terus berkembang di tengah masyarakat.


Wakil Bupati Pasaman Barat, Risnawanto, dalam sambutannya menekankan pentingnya melestarikan budaya lokal agar tetap eksis di tengah arus modernisasi. Menurutnya, jika tidak dijaga dengan baik, kesenian Ronggiang berisiko hilang atau bahkan diakui oleh daerah lain yang lebih aktif dalam melestarikannya.


Selain pertunjukan seni, festival ini juga menghadirkan berbagai seminar dan lokakarya tentang sejarah serta perkembangan kesenian Ronggiang. Melalui kegiatan ini, masyarakat dapat lebih memahami nilai-nilai budaya yang terkandung dalam seni Ronggiang serta bagaimana cara menjaga kelangsungannya.


Setahun setelahnya, pada Oktober 2024, kesenian Ronggiang kembali mencuri perhatian dalam Pekan Kebudayaan Daerah (PKD) 2024 yang digelar di Taman Budaya Sumatera Barat, Padang. Dalam acara tersebut, atraksi kesenian Ronggiang dari Pasaman Barat berhasil memukau para penonton dengan penampilan yang lebih spektakuler dibanding tahun sebelumnya.


Tidak hanya menampilkan tarian dan nyanyian, pertunjukan Ronggiang dalam PKD 2024 juga dipadukan dengan atraksi kebal terhadap duri dari batang pohon salak dan api. Atraksi ini menambah daya tarik tersendiri, sekaligus memperlihatkan bahwa Ronggiang bukan sekadar seni pertunjukan, tetapi juga memiliki unsur spiritual yang kuat.


Para penonton yang hadir di PKD 2024 memberikan respons positif terhadap penampilan tersebut. Banyak di antara mereka yang baru mengetahui bahwa kesenian Ronggiang memiliki keunikan yang begitu khas dan kaya akan nilai budaya.


Melalui keikutsertaan dalam ajang kebudayaan berskala regional, kesenian Ronggiang semakin dikenal luas dan mendapatkan apresiasi dari masyarakat luar Pasaman Barat. Hal ini menjadi bukti bahwa upaya pelestarian yang dilakukan mulai menunjukkan hasil yang positif.


Kesenian Ronggiang bukan hanya sebatas hiburan, tetapi juga memiliki makna filosofis yang mendalam bagi masyarakat Pasaman Barat. Dalam setiap pertunjukan, para penari Ronggiang menyampaikan pesan-pesan sosial melalui gerakan tarian dan syair pantun yang mereka lantunkan.


Selain itu, Ronggiang juga dianggap sebagai bagian dari ritual adat yang memiliki nilai sakral, terutama dalam acara-acara tertentu seperti pesta panen atau perayaan adat lainnya. Kesenian ini menjadi simbol ungkapan syukur serta doa bagi masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada pertanian dan alam.


Penggunaan penari laki-laki yang berdandan seperti perempuan juga mencerminkan fleksibilitas dalam budaya setempat dan menunjukkan bahwa seni adalah bentuk ekspresi yang tidak terbatas oleh gender. Hal ini menjadi bukti bahwa masyarakat Pasaman Barat memiliki cara unik dalam merayakan budaya mereka.


Ronggiang juga menjadi simbol persatuan dan kebersamaan, karena dalam setiap pertunjukan melibatkan banyak elemen masyarakat yang turut serta, baik sebagai pemain maupun penonton. Kesenian ini menjadi wadah untuk mempererat hubungan sosial antarwarga.


Meskipun telah dilakukan berbagai upaya pelestarian, tantangan dalam mempertahankan kesenian Ronggiang masih cukup besar. Pengaruh budaya modern dan kurangnya regenerasi di kalangan anak muda menjadi salah satu faktor yang membuat kesenian ini kurang diminati.


Oleh karena itu, pemerintah daerah bersama komunitas budaya perlu terus mengadakan festival, workshop, dan program edukasi agar kesenian ini tetap lestari dan diwariskan kepada generasi berikutnya. Partisipasi aktif masyarakat juga sangat diperlukan agar Ronggiang tetap hidup di tengah perubahan zaman.


Dengan semakin banyaknya perhatian dari masyarakat dan pemerintah, diharapkan kesenian Ronggiang tetap menjadi kebanggaan Pasaman Barat serta terus eksis di kancah nasional maupun internasional. Pelestarian kesenian ini bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga tanggung jawab bersama sebagai bentuk penghormatan terhadap warisan budaya leluhur.


Ke depan, diharapkan ada lebih banyak program dan inisiatif yang mendukung pengembangan Ronggiang, termasuk memasukkannya ke dalam kurikulum pendidikan lokal agar generasi muda semakin mengenal dan mencintai budaya mereka sendiri.


Jika terus dijaga dengan baik, bukan tidak mungkin Ronggiang akan menjadi salah satu ikon budaya Sumatera Barat yang dikenal luas, tidak hanya di tingkat nasional, tetapi juga di tingkat global. Oleh karena itu, semangat untuk melestarikan kesenian Ronggiang harus terus dikobarkan demi menjaga keberlanjutan budaya daerah.





Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS