Di tengah kemajuan zaman dan peningkatan konsumsi masyarakat, untuk pengelolaan sampah masih sering terabaikan. Jika diperhatikan, semakin hari tumpukan sampah semakin banyak yang terlihat. Ironisnya, hal ini merupakan cerminan dari kebiasaan kita yang tak acuh dan banyak dari kita yang menganggap hal ini biasa sehingga tidak adanya rasa tanggung jawab untuk mengelolanya. Selain membawa dampak negatif seperti membuat pemandangan tak nyaman dan merusak lingkungan, hal ini juga dapat menyebabkan penyakit. Bayangkan jika masalah ini dibiarkan terus menerus dalam beberapa tahun ke depan, apakah kita siap hidup di lingkungan yang penuh sampah?
Krisis yang kita hadapi saat ini tidak hanya masalah kebersihan, namun sudah sampai ke tahap dimana dampaknya terhadap alam sudah sangat terasa. Kita kerap merasa dunia ini tak ada batasnya, sehingga kita cenderung toleran membuang sampah tanpa memikirkan dampak jangka panjangnya. Alam yang seharusnya menjadi tempat kita berlindung, hari demi hari semakin rusak karena ulah kita sendiri. Sampah yang sulit terurai kian menghancurkan berbagai ekosistem, baik itu darat, udara, ataupun laut. Dampak yang ditimbulkan tidak hanya terasa di masa sekarang saja, namun juga di masa yang akan datang. Alam yang kita rusak saat ini nantinya akan menjadi warisan buruk bagi anak cucu kita. Lantas siapa yang harus bertanggung jawab?
Pemerintah sudah sering menyuarakan program pengelolaan sampah seperti kampanye pengelolaan limbah sulit terurai menjadi suatu inovasi karya yang bermanfaat. Tetapi sejauh ini apakah terlaksana dengan baik? Meskipun sudah lama menjadi perhatian namun langkah nyata untuk memberantasnya masih sering terjebak dalam sekedar retorika. Di tengah retorika permasalahan lingkungan dan pengelolaan sampah, kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang awalnya dari 10% menjadi 12% kian menjadi pembicaraan hangat. Lalu apa hubungannya dengan kenaikan PPN? Menurut saya pribadi, meningkatnya PPN ini dapat menjadi alat yang dapat mendorong perubahan. Naiknya PPN ini pastinya menambah beban masyarakat. Namun apakah dana yang terkumpul dari pajak tersebut dialokasikan untuk hal-hal yang urgensi salah satunya adalah pengelolaan sampah? Transparasi hal ini masih dipertanyakan, Apakah ini akan memperparah masalah atau justru bisa menjadi solusi? Yuk kita bahas lebih dalam.
Data menunjukkan bahwa Indonesia termasuk salah satu penyumbang sampah plastik terbesar di dunia. Ini tidak hanya sekedar angka, namun realitas yang mengancam keberlanjutan alam kita di masa yang akan datang. Selain merusak lingkungan, sampah ini juga menciptakan krisis kesehatan dan ekonomi. Salah satu alasan sampah masih menumpuk adalah karena kurangnya infrastruktur yang memadai. Masih banyak daerah yang kesusahan menyediakan fasilitas pengumpulan sampah yang efisien. Sehingga masyarakat cenderung membuang sampah sembarangan seperti ke sungai akibat tidak ada tempat yang memadai untuk membuangnya atau juga membakar sampah yang mengakibatkan polusi udara semakin bertambah. Andai saja fasilitas yang diperlukan mudah diakses, hal tersebut tentunya akan mengurangi pencemaran.
Menurut saya pribadi, kenaikan PPN ini wajib diimbangi dengan program yang dapat dipastikan memiliki dampak yang nyata. Naiknya PPN merupakan beban yang dirasakan seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali, sehingga sangat wajar masyarakat berharap pajak yang mereka bayarkan terlihat hasilnya dengan jelas. Salah satunya adalah mengalokasikan dana PPN untuk membangun infrastruktur pengelolaan sampah yang merata hingga ke pelosok, dan memperbanyak mobil pengangkut sampah yang bertugas secara rutin untuk menghindari sampah yang menggunung. Selain itu juga pemerintah hendaknya lebih tegas dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya gaya hidup ramah lingkungan atau memberikan insentif bagi produk ramah lingkungan. Dengan demikian, kenaikan PPN ini bisa menjadi modal besar untuk memulai revolusi hijau yang sangat dibutuhkan oleh negeri ini.
Namun, tanggung jawab terkait krisis ini tidak bisa diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah. Ini merupakan tanggung jawab kita semua. Untuk mebawa perubahan yang berarti, kita sebagai masyarakat juga harus ikut serta berperan dalam mengatasinya, tidak hanya usaha searah saja. Kenaikan PPN seharusnya dapat menjadi peringatan bahwa kita perlu lebih bijak dalam konsumsi. Kita bisa memulai dari diri sendiri seperti memilah sampah yang dimulai dari rumah hingga ke lingkungan luar. Hal ini merupakan contoh langkah kecil yang dapat berdampak besar jika dilakukan secara kolektif. Selain itu mengurangi penggunaan plastik dengan membawa totebag saat berbelanja maupun membawa tumbler untuk minum, serta mendukung produk daur ulang. Di sisi lain, industri juga harus bertanggung jawab atas limbah yang dihasilkan. Dengan regulasi yang tegas, produsen harus mulai mengadopsi sistem yang lebih berkelanjutan, seperti extended producer responsibility (EPR), di mana mereka wajib mengelola limbah produk mereka agar tidak mencemari sungai.
Sebagai masyarakat, kita tidak bisa hanya menuntut tanpa memberikan kontribusi. Kenaikan PPN harus mencerminkan bahwa mengatasi krisis sampah memerlukan sumber daya yang besar dan kita adalah bagian dari solusinya. Untuk memastikan kebijakan ini benar-benar berhasil berdampak positif terhadap lingkungan, kita perlu memantau secara kritis dan proaktif pengelolaan dana kenaikan PPN. Naiknya PPN mungkin tampak berat, namun hal ini juga bisa menjadi langkah awal yang penting untuk mengatasi krisis sampah secara serius. Melalui kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan industri, kita dapat mengubah beban ini menjadi peluang untuk menciptakan masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan. Sampah adalah tanggung jawab bersama dan hanya melalui tindakan praktis dari semua pihak, permasalahan ini dapat diselesaikan. Jadi mari kita lihat kenaikan PPN bukan sekedar angka, namun sebagai peluang untuk melindungi lingkungan.
0 Comments