Ticker

6/recent/ticker-posts

Ancaman Tersembunyi Akibat Jeratan Plastik Terhadap Kehidupan Laut


Oleh : Rayhana Salsabila Salim Mahasiswa Biologi Universitas Andalas


Laut merupakan karya Tuhan dengan segala kekayaan keanekaragaman hayati di dalamnya. Keanekaragaman hayati laut adalah berbagai kehidupan yang ada di laut, bisa hewan, tumbuhan ataupun makhluk kecil yang biasa kita sebut sebagai mikroorganisme. Banyak sekali manfaat yang kita dapatkan dari keanekaragaman hayati di laut, sebagai contoh kesehatan dan kesejahteraan manusia, kemakmuran ekonomi, dan yang tak kalah penting adalah pangan.

Namun, seiring dengan perkembangannya zaman, banyak manusia dengan seenaknya membuang sampah tanpa memikirkan apa akibat dari perbuatannya. Banyak faktor yang menyebabkan mereka membuang sampah ke laut, salah satu diantaranya yaitu timbulnya rasa malas dan juga jauhnya jarak tempat pembuangan sampah dari tempat tinggal mereka.

Sampah di laut pada tahun 2019 berdasarkan data dari International Coastal Cleanup (ICC) menunjukkan jumlah berat mencapai 10.584.041 kilogram. Dari berat tersebut, 9 dari 10 jenis sampah yang ditemukan adalah berbahan dasar plastik. Menurut UNEP, sampah laut atau marine debris banyak dihasilkan oleh perilaku manusia, baik disengaja maupun tidak disengaja. Sumber terbesar adalah dari kegiatan berbasis lahan, seperti limbah yang hasil rekreasi pantai, kegiatan industri perikanan dan galangan kapal.

Sampah plastik adalah semua barang bekas atau tidak terpakai yang materialnya diproduksi dari bahan kimia tak terbarukan. Banyaknya sampah plastik di laut membuat aktivitas makhluk hidup di laut terganggu. Pasti diantara kita sudah banyak melihat berita kasus hewan yang memakan sampah plastik. Hewan-hewan tersebut mengira sampah yang ada di lautan itu merupakan makanan mereka dikarenakan bentuk dan baunya yang mirip. Sampah bisa berbau layaknya makanan karena tumbuhnya ganggang di atas sampah tersebut.

Para ilmuwan juga menemukan bahwa hewan laut terbesar yang masuk kategori filter feeders seperti paus dan hiu rentan terhadap mikroplastik. Tidak di pungkiri hewan seperti paus yang memakan makanan-nya, akan memakan ikan-ikan kecil dengan air laut. Selama proses itu terjadi, sampah plastik akan ikut masuk ke dalam tubuh paus. Seperti contoh terdamparnya paus sperma yang terdampar di perairan Pulau Kapota di Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Saat di selidiki, terdapat 5,9 kilogram plastik di dalam perutnya.

Bukan hanya paus saja, hewan seperti penyu, anjing laut dan ikan yang kita konsumsi sehari-hari pun kena dampaknya. Beda dengan paus, ikan kecil ini cendrung memakan mikroplastik yang ada di laut, baik yang di dasar maupun yang mengambang di permukaan laut. Mikroplastik mudah dikonsumsi secara sengaja maupun tidak sengaja karena mikroplastik sangat kecil dan banyak jumlahnya. Bedanya dengan plastik, mikroplastik merupakan potongan plastik yang hanya berukuran lebih kurang 5 mm.

Jangan menganggap remeh ikan kecil yang memakan mikroplastik. Mikroplastik yang masuk ke dalam tubuh ikan akan berbahaya bagi ikan itu sendiri dan juga manusia yang mengonsumsinya. Salah satu dampak jika mikroplastik berada di dalam tubuh yaitu terjadinya gangguan pencernaan, dimana menyebabkan imunitas tubuh terganggu atau menurun.

Langkah awal untuk mencegah banyaknya terjadi pencemaran sampah plastik di laut adalah dengan menggunakan prinsip 3R (Reduce, Reuse dan Recycle). Dalam prinsip 3R, Reduce atau mengurangi sampah adalah langkah awal untuk mengurangi produk sampah. Langkah selanjutnya Reuse yaitu menggunakan kembali sampah yang bisa digunakan. Seperti contoh penggunaan botol bekas air minum untuk pot tanaman kecil. Langkah terakhir Recycle mengolah kembali sampah atau mendaur ulang.

Langkah selanjutnya adalah dengan melakukan pembersihan melalui pengangkutan sampah-sampah yang ada. Cara yang dilakukan oleh Organisasi Dive Against Debris, di mana para anggotanya yang merupakan penyelam scuba ikut membantu melakukan penyelaman untuk membersihkan lautan dari sampah. Program ini didirikan dengan tujuan untuk membersihkan lautan, mengumpulkan data tentang sampah laut, dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan laut.

Lalu ada juga komunitas Drivers Clean Action (DCA). Dimana komunitas ini memiliki visi yaitu membuat peta sampah laut yang ada di Indonesia yang modern dan juga real-time sebagai data untuk pengambilan tindakan terhadap pencemaran laut. Cara yang dilakukan oleh DCA antara lain dengan Citizen Science yaitu partisipasi masyarakat dalam penelitian ilmiah. Yang kedua, adanya pelatihan dan juga kampanye. Selanjutnya adanya pengembangan masyarakat dimana mendampingi beberapa RW atau pulau untuk melakukan apa yang bisa dilakukan agar tidak ada lagi sampah di laut. Terakhir adalah mendorong ekonomi sirkular. Ekonomi sirkular mengarahkan kita untuk menggunakan sebuah materi secara maksimal dan mengelolanya secara tepat.

Masalah sampah laut adalah tantangan besar yang membutuhkan solusi bersama. Setiap individu memiliki peran penting dalam menjaga kelestarian laut. 

Dengan mengubah kebiasaan kecil dan mendukung upaya-upaya pelestarian, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih baik bagi laut dan generasi mendatang. Oleh karena itu, mengumpulkan dan mengelola sampah secara bertanggung jawab bukanlah kegiatan yang tidak sia sia

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS