Desa Wisata Silokek merupakan salah satu geosite yang terletak di Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat, Indonesia. Sebagai bagian dari geopark dunia yang diakui oleh UNESCO. Geosite ini terkenal karena memiliki kekayaan geologi yang luar biasa dan menarik untuk dikaji serta dinikmati oleh para pengunjung. Hamparan tebing batu kuno yang tinggi dan dibelah oleh aliran sungai batag kuantan akan memberikan pengalaman menarik bagi para pengunjung.
Ekowisata geopark silokek menjadi salah satu daya tarik terkuat bagi kabupaten sijunjung. Kondisi alam yang masih alami dan memiliki keindahan alam yang memukau membuat tempat ini ramai dikunjungi oleh turis lokal maupun mancanegara. Tidak hanya menyajikan keindahan alam, masyarakat sijunjung dan pemerintah kabupaten sijunjung bersama-sama membangun desa ini supaya lebih nyaman untuk dikunjungi dengan membangun penginapan, tempat beribadah dan berbagai aktivitas luar ruangan seperti rafting, trekking, camping, dan berbagai kegiatan luar ruangan lainnya.
Namun, di balik keindahan alamnya, kawasan ini kini menghadapi ancaman besar yang dapat mengancam kelangsungan sektor ekowisata yang bergantung pada sumber daya alam tersebut, yaitu banjir yang semakin sering terjadi akibat perubahan iklim. Banjir yang semakin sering terjadi dapat merusak infrastruktur vital, seperti jalan, jembatan, dan penginapan, yang membatasi akses wisatawan ke lokasi-lokasi tersebut. Tak hanya itu, ekosistem yang menjadi daya tarik utama ekowisata, seperti hutan tropis dan sungai, seringkali terendam dan mengalami kerusakan serius akibat arus air yang deras. Pada kasus terakhir banjir yang melanda ekowisata geopark silokek pada bulan september 2024 berhasil merusak infrastruktur jalan dan jembatan.
Banjir yang merusak infrastruktur ini juga membuat biaya perbaikan menjadi sangat tinggi dan mempengaruhi kenyamanan wisatawan yang datang. Lebih jauh lagi, banjir juga berdampak pada ekosistem yang sangat bergantung pada keseimbangan alam. Hutan yang menjadi habitat bagi berbagai spesies flora dan fauna dapat rusak, sementara kualitas air sungai yang tercemar oleh sampah dan limbah dapat mengurangi daya tarik wisata alam yang selama ini menjadi unggulan Silokek.
Perubahan iklim yang tidak menentu, curah hujan yang tinggi dan terus menerus membuat pemerintah kewalahan dalam menanggulangi masalah banjir dikawasan ekowisata ini. Tercatat dalam bulan desember tahun 2023 banjir sudah 4 kali melanda kawasan ini. Namun, kondisi alam bukan satu-satunya penyebab banjir di kawasan ekowisata ini. Aktivitas manusia, seperti penambangan emas ilegal dan penebangan pohon tanpa diimbangi dengan penanaman kembali, justru memperparah kondisi banjir yang terjadi. Kondisi terakhir yang penulis lihat saat mengunjungi ekowisata ini pada bulan juli 2024 terdapat beberapa titik longsor dan jalan amblas yang belum diperbaiki.
Banjir tidak hanya menghambat akses transportasi, tetapi juga menghentikan aktivitas pekerjaan masyarakat, karena meluapnya Sungai Batang Kuantan yang menyebabkan airnya menjadi sangat dalam. Sebagaimana diketahui, mayoritas masyarakat Nagari Silokek bekerja sebagai penambang emas di Batang Kuantan dan mengangkut kayu dari hutan.
Meskipun telah dilakukan upaya untuk mengembangkan ekowisata yang berkelanjutan, banyak infrastruktur di Silokek yang masih rawan terhadap bencana. Terbatasnya manajemen risiko bencana dan kurangnya perencanaan jangka panjang yang mencakup mitigasi banjir membuat kawasan ini semakin rentan. Tanpa penanganan yang cepat, sektor ekowisata yang selama ini menjadi sumber pendapatan utama bagi masyarakat lokal dapat terhenti.
Untuk memastikan Geopark Silokek tetap menjadi destinasi ekowisata yang berkelanjutan meskipun menghadapi ancaman banjir, berbagai langkah harus segera dilaksanakan, salah satunya adalah pembangunan infrastruktur yang ramah bencana. Membangun infrastruktur yang lebih tahan terhadap bencana alam, seperti jalan dan jembatan yang dirancang khusus untuk tahan terhadap banjir, sangat penting guna menjaga aksesibilitas ke lokasi wisata.
Langkah berikutnya adalah melakukan konservasi dan restorasi ekosistem. Pelestarian hutan dan area alami di sekitar Geopark Silokek perlu menjadi prioritas utama. Upaya pemulihan habitat dan pengelolaan sumber daya alam secara bijak dapat mengurangi dampak buruk banjir terhadap ekosistem. Selain itu, reboisasi dan program pengelolaan air yang efektif juga dapat mencegah erosi tanah serta menjaga kualitas air di sungai.
Selain itu, peningkatan kesadaran masyarakat juga sangat penting. Masyarakat di sekitar Geopark Silokek memiliki peran kunci dalam melestarikan alam dan mengurangi dampak bencana. Program edukasi dan pelatihan mengenai mitigasi bencana serta pengelolaan lingkungan yang ramah bencana perlu diperluas. Dengan melibatkan masyarakat dalam pengelolaan ekowisata, kita dapat membangun ketahanan yang lebih kuat terhadap ancaman bencana.
Langkah berikutnya yang dapat diambil adalah diversifikasi produk wisata. Untuk mengurangi ketergantungan pada atraksi wisata yang rentan terhadap banjir, pengelola geopark dapat mengembangkan berbagai jenis wisata lainnya, seperti wisata budaya, wisata berbasis komunitas, atau wisata edukasi geologi. Dengan cara ini, meskipun terjadi gangguan akibat banjir, perekonomian lokal tetap dapat berjalan.
Banjir yang semakin sering terjadi di Geopark Silokek adalah peringatan keras akan pentingnya melindungi keberlanjutan ekowisata di kawasan ini. Jika tidak segera ada upaya mitigasi yang tepat, dampaknya tidak hanya akan merugikan sektor pariwisata, tetapi juga akan mengancam kelestarian alam dan kesejahteraan masyarakat setempat. Dengan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan pelaku pariwisata, serta komitmen terhadap pelestarian lingkungan, Geopark Silokek dapat bertahan sebagai destinasi ekowisata yang ramah lingkungan dan menguntungkan bagi semua pihak. Saatnya bertindak sekarang untuk menjaga warisan alam yang berharga ini agar tetap lestari untuk generasi mendatang.
0 Comments