Ticker

6/recent/ticker-posts

Sambil Menyelam Minum Air : Mencari Kandidat Antikanker Baru Sambil Menjaga Biodiversitas Sumatera Barat


Sambil Menyelam Minum Air : Mencari Kandidat Antikanker Baru Sambil Menjaga Biodiversitas Sumatera Barat



Padang- Seiring meningkatnya prevalensi penyakit kanker dari tahun ke tahun telah menjadi sorotan bagi dunia kesehatan untuk menemukan senyawa antikanker baru. Para ilmuwan menjadikan fenomena ini untuk berlomba-lomba menemukan kandidat agen antikanker dari tanaman herbal yang dapat menjadi solusi bagi penderita kanker. 

Umumnya tanaman herbal yang digunakan untuk dieksplor khasiatnya berasal dari tanaman yang dapat dikatakan endemik dan hanya ada pada daerah tertentu. Sebut saja Bajakah dari Kalimantan ataupun Koenih Rimbo yang ada di Sumatera Barat. Seiring dimanfaatkannya tanaman ini secara besar-besaran tentunya mengancam keberadaan populasi tanaman ini di alam.

Tim peneliti Mahasiswa PKM RE FMIPA Universitas Andalas melihat masalah ini dan meneliti jenis tanaman invasif. Tanaman invasif ini merupakan jenis tanaman yang di alam jumlahnya sangat banyak dan bahkan mengancam biodiversitas.  Meskipun demikian jenis tanaman ini dapat dimanfaatkan menjadi alternatif obat herbal, salah satunya adalah Jambu Tangkalak..

Jambu tangkalak ini dahulunya tidak ada di Indonesia, namun mulai diperkenalkan ke Indonesia untuk dimanfaatkan buahnya. Tanaman ini dibawa dari Amerika Tengah (Costa Rica) dan karena di Indonesia iklimnya cocok tanaman ini mulai menyebar luas dan menjadi gulma serta tanaman invasif yang mengancam keanekaragaman hayati.

Dalam penelitian lain tanaman ini, terutama di Sumatera Barat telah menjadi tanaman invasif dan menjadikan indeks keanekaragaman hayati beberapa hutan menjadi rendah. Dalam penelitian salah satu Dosen Biologi FMIPA UNAND, Dr. Solfiyeni menemukan tiga daerah di Sumatera Barat yaitu Tahura Bung Hatta, Cagar Alam Lembah Harau, dan Hutan Kapalo Banda Taram ditemukan populasi Jambu tangkalak yang cukup banyak dan menurunkan keanekaragaman hayati ketiga tempat tersebut.








Melihat peluang ini, tim PKM RE FMIPA UNAND bermaksud untuk mengontrol populasi tanaman ini di alam dengan memanfaatkan daunnya untuk diuji aktivitas antikankernya. Meskipun di Amerika Tengah tanaman ini telah lama digunakan sebagai obat cacingan, kajian mengenai tanaman ini terhadap penyakit lain belum ada penelitian lebih lanjut.

Kemampuan tanaman ini dalam menekan pertumbuhan tanaman lain dan mendominasi suatu areal hutan menunjukkan adanya kemampuan alelopati tanaman ini. Kedepannya, para peneliti didorong untuk meneliti lebih banyak tentang tanaman invasif dan pemanfaatannya ke bidang kesehatan. Sehingga tidak hanya instansi kesehatan yang terlibat dalam mengembangkan sektor eksplorasi etnomedisin ini, namun juga BKSDA atau lembaga pelestarian alam lainnya.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS