Ticker

6/recent/ticker-posts

Mengurai Filosofi Petatah Minangkabau: "Tirih Nan Datang dari Lantai"


Oleh: Miza Fitria, Mahasiswi Universitas Andalas Jurusan Sastra Minangkabau

Indonesia dikenal dengan kekayaan budaya dan tradisinya yang beragam, salah satunya adalah budaya Minangkabau. Budaya ini bukan hanya terlihat dari pakaian adat, tari-tarian, dan rumah gadangnya yang khas, tetapi juga dari petatah-petitih yang sarat dengan makna dan nilai kehidupan. Salah satu petatah Minangkabau yang menarik perhatian adalah "Tirih Nan Datang dari Lantai." Secara harfiah, petatah ini berarti kebocoran air bisa datang dari lantai, bukan hanya dari atap. Di dalamnya terkandung filosofi mendalam yang mencerminkan kehati-hatian dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.


Petatah "Tirih Nan Datang dari Lantai" mengingatkan kita bahwa masalah tidak selalu datang dari arah yang kita duga. Kebocoran atau ketirisan biasanya diasosiasikan dengan atap yang bocor ketika hujan turun. Namun, pepatah ini mengajarkan bahwa kebocoran juga bisa berasal dari lantai atau bagian bawah rumah yang kurang kita perhatikan. Ini mengandung pesan bahwa kita harus selalu waspada terhadap segala kemungkinan, termasuk yang tidak terlihat atau tidak terduga.


Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita fokus pada masalah yang tampak jelas di depan mata. Misalnya, dalam sebuah perusahaan, manajemen mungkin lebih banyak memperhatikan masalah-masalah besar seperti penurunan profit atau kerusakan mesin produksi. Namun, mereka bisa saja mengabaikan masalah kecil seperti ketidakpuasan karyawan atau kurangnya komunikasi antar divisi, yang pada akhirnya dapat menjadi penyebab utama keruntuhan perusahaan. Filosofi ini mengingatkan kita untuk memperhatikan detail-detail kecil yang mungkin terlihat sepele, namun memiliki potensi besar untuk menimbulkan masalah serius jika diabaikan.


Petatah "Tirih Nan Datang dari Lantai" relevan dalam berbagai aspek kehidupan, baik pribadi maupun profesional. Di dalam keluarga, misalnya, orang tua sering kali khawatir tentang ancaman besar yang dapat membahayakan anak-anak mereka, seperti kecelakaan di jalan raya atau bahaya narkoba. Namun, mereka mungkin mengabaikan hal-hal kecil seperti kurangnya komunikasi atau perhatian yang bisa mempengaruhi perkembangan emosional anak. Anak-anak yang merasa diabaikan atau kurang diperhatikan cenderung mencari perhatian di luar rumah, yang bisa berujung pada perilaku negatif.


Dalam dunia kerja, perhatian pada detail kecil juga sangat penting. Seorang manajer yang hanya fokus pada target penjualan dan profit bisa saja mengabaikan pentingnya hubungan baik dengan karyawan. Karyawan yang merasa tidak dihargai atau tidak nyaman dalam lingkungan kerja mereka, pada akhirnya akan mengalami penurunan produktivitas atau bahkan resign. Situasi ini menunjukkan bahwa perhatian pada aspek-aspek kecil dalam organisasi dapat mencegah masalah besar di masa depan.


Petatah ini juga memiliki implikasi besar dalam dunia pendidikan dan pengajaran. Guru dan dosen sering kali lebih fokus pada prestasi akademik siswa atau mahasiswa, mengabaikan aspek-aspek lain yang tidak kalah pentingnya seperti kesehatan mental dan kesejahteraan emosional mereka. Ketika siswa merasa tertekan atau stres, hal ini dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk belajar dan meraih prestasi. Oleh karena itu, pendidikan harus melibatkan pendekatan holistik yang memperhatikan semua aspek perkembangan individu.


Dalam konteks yang lebih luas, "Tirih Nan Datang dari Lantai" juga mengingatkan kita untuk selalu siap menghadapi perubahan dan ketidakpastian. Dalam dunia yang terus berubah dengan cepat, masalah dan tantangan bisa datang dari arah yang tidak terduga. Kemampuan untuk beradaptasi dan melihat peluang di balik setiap tantangan menjadi kunci untuk bertahan dan berkembang.


Di era digital seperti sekarang, kebijaksanaan dari petatah ini tetap relevan. Misalnya, dalam pengelolaan data dan keamanan siber, perusahaan sering kali fokus pada ancaman eksternal seperti serangan hacker atau virus. Namun, ancaman internal seperti kebocoran data dari karyawan yang tidak puas atau kurangnya protokol keamanan internal juga dapat menjadi masalah besar. Petatah ini mengajarkan pentingnya melihat setiap kemungkinan dan mengelola risiko dengan bijak.


Dalam kehidupan pribadi, kita juga harus belajar untuk tidak mengabaikan hal-hal kecil. Misalnya, kesehatan mental sering kali diabaikan karena dianggap kurang penting dibandingkan kesehatan fisik. Namun, masalah kesehatan mental yang tidak ditangani bisa berdampak serius pada kehidupan seseorang. Dengan memperhatikan tanda-tanda kecil dan mencari bantuan segera, kita dapat mencegah masalah yang lebih besar di masa depan.


Dari pemaparan diatas disimpulkan bahwa Petatah Minangkabau "Tirih Nan Datang dari Lantai" mengajarkan kita untuk selalu waspada dan tidak mengabaikan detail-detail kecil yang mungkin tampak sepele namun memiliki potensi besar untuk menimbulkan masalah. Dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga, pekerjaan, maupun pendidikan, perhatian pada hal-hal kecil sangat penting untuk mencegah masalah besar di masa depan. Petatah ini juga relevan dalam konteks modern, di mana perubahan dan ketidakpastian adalah bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Dengan memahami dan menerapkan kebijaksanaan dari petatah ini, kita dapat menjadi lebih bijaksana dan siap menghadapi setiap tantangan yang datang.


Artikel Ini Disusun Oleh: Miza Fitria, Mahasiswi Universitas Andalas Jurusan Sastra Minangkabau

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS