Ticker

6/recent/ticker-posts

KESANTUNAN BERBAHASA DAN MASALAH DALAM BERTINDAK TUTUR DI RUANG LINGKUP MAHASISWA UNIVERSITAS ANDALAS


 

Oleh:

Putri Andini, Muhammad Radjasa Akbar, Vierdy Raditya P, Annisa Mawardi, Muhammad Zacky A, Nasywa Luthfiyyah Zully, Hafisna Sari Ahmad (Mahasiswa MKWK Universitas Andalas)


   Kesantunan berbahasa merupakan salah satu aspek penting dalam komunikasi yang efektif. Menurut Pranowo (2009), kesantunan berbahasa adalah bagaimana cara seseorang untuk bertutur secara halus dan memiliki makna penuturan yang jelas yang dapat membuat lawan tutur menjadi berkenan dalam menjalin komunikasi. Mahasiswa sebagai generasi muda yang sedang dalam proses belajar dan berkembang memiliki peran penting dalam menjaga dan melestarikan kesantunan berbahasa dan tindak tutur.


*Kesantunan Berbahasa dalam Prespektif Islam* 

   Jauh sebelum para ahli bahasa modern mendiskusikan konsep kesantunan berbahasa, Islam telah menanamkan nilai-nilai mulia ini dalam ajarannya. Penggunaan bahasa yang santun dalam Islam bukan sekadar tata krama, melainkan cerminan keimanan dan kepribadian muslim yang berakhlak mulia. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam QS. Al-Hujurat ayat 4 yang artinya, "Dan berkata-katalah dengan perkataan yang baik." Konsep kesantunan berbahasa dalam Islam tidak hanya terpaku pada lisan, tetapi juga mencakup tulisan dan gestur tubuh. Rasulullah SAW sendiri menjadi teladan utama dalam bertutur kata yang lemah lembut dan penuh kasih sayang. Beliau selalu menggunakan bahasa yang sopan dan menghormati, bahkan kepada orang yang tidak sependapat dengannya.


*Kesantunan Berbahasa dalam Nilai-Nilai Kewarganegaraan dan Pancasila*

   Kesantunan berbahasa juga merupakan cerminan dari nilai-nilai kewarganegaraan dan Pancasila, terutama sila kedua dan ketiga yang menekankan kemanusiaan yang adil dan beradab serta persatuan Indonesia. Dengan berbicara sopan dan menghargai pendapat orang lain, mahasiswa tidak hanya menjaga keharmonisan dalam interaksi sosial, tetapi juga mempraktikkan nilai-nilai kebangsaan yang menghormati keberagaman dan menjunjung tinggi martabat manusia. Dalam konteks ini, kesantunan berbahasa menjadi salah satu bentuk tanggung jawab sebagai warga negara yang baik, yang berkomitmen pada terciptanya masyarakat yang harmonis, adil, dan beradab.


*Permasalahan Kesantunan Berbahasa dan Bertindak Tutur di Universitas Andalas*

   Meskipun penting, penerapan kesantunan berbahasa di Universitas Andalas tidak selalu berjalan mulus. Tidak semua mahasiswa memiliki pemahaman yang baik tentang pentingnya kesantunan berbahasa. Kurangnya pembekalan tentang etika berkomunikasi dan kesantunan berbahasa sejak dini dapat menyebabkan mahasiswa kurang menyadari dampak dari cara mereka bertutur. Contoh masalah kesantunan berbahasa dapat kita temui pada sebagian mahasiswa Universitas Andalas. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, delapan dari sepuluh orang memiliki permasalahan dalam cara bertutur. Kebanyakan dari mereka menggunakan bahasa gaul yang berkonotasi negatif dan terkesan tidak formal kepada senior dan dosen, padahal jelas kata-kata tersebut tidak pantas diucapkan.


Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kesadaran akan kesantunan berbahasa adalah kurangnya model atau teladan yang baik dalam berkomunikasi. Mahasiswa seringkali meniru cara berbicara yang mereka lihat di media sosial atau lingkungan sekitar tanpa menyaring apakah bahasa tersebut santun atau tidak. Selain itu, tekanan untuk mengikuti tren dan keinginan untuk diterima dalam pergaulan seringkali membuat mahasiswa mengabaikan kesantunan dalam bertutur.



*Solusi dan Rekomendasi*

   Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, beberapa solusi dan rekomendasi yang dapat diterapkan antara lain adalah dengan mengadakan seminar atau pembekalan tentang pentingnya kesantunan berbahasa dan etika berkomunikasi bagi mahasiswa. Seminar ini dapat menghadirkan pakar komunikasi dan bahasa, serta tokoh-tokoh yang dapat menjadi teladan dalam berkomunikasi santun. Selain itu, perlu adanya integrasi materi kesantunan berbahasa dalam kurikulum pendidikan, sehingga mahasiswa mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif.


Selain seminar, universitas juga dapat menyediakan program mentoring dimana mahasiswa senior yang telah terlatih dalam kesantunan berbahasa dapat membimbing mahasiswa baru. Melalui program ini, mahasiswa baru dapat belajar langsung dari senior yang menjadi panutan dalam berkomunikasi. Pendekatan ini tidak hanya efektif dalam mengajarkan teori, tetapi juga memberikan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari.

 

Pihak universitas juga perlu berperan aktif dalam menciptakan budaya akademik yang menghargai kesantunan berbahasa. Hal ini dapat dilakukan dengan menyusun kode etik komunikasi yang harus dipatuhi oleh seluruh civitas akademika. Kode etik ini harus mencakup aturan tentang penggunaan bahasa yang sopan dalam berbagai situasi, baik dalam komunikasi lisan, tulisan, maupun digital. Universitas juga harus memberikan sanksi yang tegas bagi mereka yang melanggar aturan ini, untuk menegakkan disiplin dan menciptakan lingkungan akademik yang kondusif.


Selain itu, dosen juga memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai kesantunan berbahasa kepada mahasiswa. Dosen harus menjadi teladan dalam berkomunikasi santun, baik di dalam maupun di luar kelas. Dosen juga dapat memberikan penilaian terhadap sikap dan cara berkomunikasi mahasiswa, sehingga mahasiswa terdorong untuk selalu menjaga kesantunan dalam bertutur.


Mahasiswa juga perlu menyadari pentingnya kesantunan berbahasa dan berusaha untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Mereka harus memiliki kesadaran bahwa cara mereka bertutur tidak hanya mencerminkan kepribadian mereka, tetapi juga mempengaruhi hubungan sosial dan akademik mereka. Mahasiswa harus belajar untuk menyampaikan pendapat dan kritik dengan cara yang sopan, menghargai pendapat orang lain, dan menghindari penggunaan bahasa yang kasar atau tidak pantas.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS