Ticker

6/recent/ticker-posts

Kearifan Lokal dalam Pacu Jawi: Pelajaran Hidup dari Balapan Sapi Tradisional



Oleh: Rahmad Iqbal, Jurusan Sastra Minangkabau, Universitas Andalas.



Kearifan lokal yang dimiliki oleh negara Indonesia tidak ada habisnya yang memiliki ciri khas dan keunikannya masing-masing. Salah satu daerah yang memiliki kearifan lokal yang unik adalah Sumatera Barat yang terkenal dengan budaya, tradisi dan keindahan alamnya. Salah satunya kearifan lokal yang berasal dari kabupaten Tanah Datar yaitu Pacu jawi. Pacu jawi adalah sebuah tradisi balap sapi yang unik dan penuh makna serta menjadi cerminan dari kearifan lokal masyarakat Minangkabau yang akan akan nilai-nilai budaya dan filosofi hidup. 

Tradisi pacu jawi sudah ada sejak ratusan tahun lalu yang berasal dari daerah Nagari Tuo Pariangan, Kabupaten Tanah Datar. Pada awalnya, masyarakat mencari cara cepat untuk membajak sawah yang sudah dipanen agar menjadi subur dan mudah ditanami kembali, karena pada zaman dahulu belum ada alat atau teknologi untuk membajak sawah. Akhirnya, Datuk Tantejo Gurhano, yang merupakan tetua di daerah tersebut, mengajak kemenakannya sebagai joki yang bertugas mengendalikan jawi (sapi) beserta dua orang lagi yang bertugas mengarahkan dan memegang tali jawi yang terdapat di mulut jawi (sapi). Usaha yang dilakukan oleh Datuk Tantejo Gurhano membuahkan hasil sehingga tersebar ke masyarakat kampung, dan banyak masyarakat yang mengikuti metode yang dilakukan olehnya agar tanah sawah menjadi gembur dan subur. Tanah yang subur berasal dari kotoran sapi, dan tanah yang gembur akan menghasilkan panen padi yang berlimpah.

Pacu berarti lomba kecepatan dan Jawi maksudnya sapi atau lembu dan secara harfiah pacu jawi berarti “ balapan sapi”. Pacu jawi adalah pamenan atau permainan yang sifatnya menghibur dan menyampaikan nilai-nilai anak nagari selepas panen padi berupa memacu sepasang sapi di sawah yang berair dan berlumpur. Sepasang sapi tersebut dipasangkan bingkai bajak yang terbuat dari kayu lalu dipacu oleh seorang joki yang berpijak di kedua ujung bingkai sambal memegang kedua ekor sapi, sesekali joki juga akan menggigit ekor sapi agar sapi tersebut semakin melaju dengan kencang. Biasanya, pacu jawi diselenggarakan setelah musim panen yang diselenggarakan secara bergilir di 4 kecamatan yaitu: Kecamatan Sungai Tarab, Pariangan, Lima Kaum, dan Rambatan. Kegiatan ini diselenggarakan 4 kali berturut-turut pada hari Sabtu dan pada minggu ke 4 merupakan acara puncak berupa penutupan yang akan dihadiri oleh niniak mamak setempat  beserta  tigo tungku sajarangan (tiga tungku sejarang) yaitu penghulu, ulama dan cerdik pandai yang tergabung dalam KAN (Kerapatan Adat Nagari) yang bertugas untuk mempersatukan masyarakat dan menjaga agar tidak terjadi perselisihan antara anak kemenakan (pemuda di nagari).

Pacu jawi dilaksanakan di sawah yang luas dan rata dengan ukuran sekitar 100 meter. Sawah yang berpetak-petak berlumpur dan berair berfungsi melindungi kaki sapi dari cedera jika melenceng dari arena pacu. Penonton ditempatkan di area yang lebih tinggi untuk keselamatan. Kegiatan Pacu jawi diawali dengan upacara pembukaan yang dipimpin oleh pejabat daerah, tokoh adat, dan masyarakat. Lomba diadakan empat kali setiap Sabtu sesuai jadwal dari PORWI. Saat lomba, sapi berpasangan akan berlari dari garis start hingga garis finish.  Acara penutupan biasanya lebih meriah dengan pawai, pertunjukan seni, dan atraksi budaya yang melibatkan masyarakat.

Saat ini kearifan lokal pacu jawi menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan baik nasional maupun mancanegara. Oleh karena itu, pemerintah setempat mengolah dan mewadahi tradisi ini sebagai destinasi wisata yang rutin diadakan. Pacu jawi memiliki daya tarik tersendiri dengan keunikan, keindahan, dan estetika yang membuatnya tetap eksis hingga saat ini. 1) Keunikan pacu jawi, Keunikan pacu jawi terletak pada lokasi penyelenggaraannya yang dilakukan di sawah yang berlumpur. Arena pacu berupa petak sawah berlumpur dan berair. Kegiatan ini juga mengandung semangat dan kegembiraan. 2) Sebelum memulai kegiatan pacu jawi, masyarakat nagari akan melakukan gotong royong dalam membersihkan lokasi yang akan digunakan. Ibu-ibu di nagari juga mempersiapkan masakan khas daerah. Peternak bersemangat membawa sapi-sapinya untuk ikut serta dalam kegiatan. Jika menang, harga jual sapi tersebut akan meningkat. Joki sapi di lapangan juga bersemangat mengendalikan sapi agar tetap melaju dengan lurus dan kencang. 3) estetika, kegiatan pacu jawi mengandung makna keharmonisan antara setiap yang terlibat dalam kegiatan tersebut. 

Dibalik meriahnya budaya kearifan lokal pacu jawi menyimpan banyak fungsi bagi masyarakat setempat yaitu: 1) Sebagai sarana dalam melestarikan dan memperkenalkan tradisi Minangkabau ke Nasional dan Mancanegara, selain itu agar tidak hilangnya tradisi budaya karena tidak lagi dilaksanakan oleh masyarakatnya. 2) Sebagai tempat meningkatkan silaturahmi antara masyarakat daerah ataupun provinsi. 3) Sebagai hiburan bagi masyarakat yang selalu ditunggu-tunggu, selama kegiatan ini masyarakat akak bersorak gembira saat sapi mulai berpacu yang dapat mengundang tawa. 4) Dapat meningkatkan perekonomian masyarakat setempat, karena banyak yang memanfaatkan untuk berdagang. 

Banyak sekali nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi pacu jawi salah satunya yaitu dalam penilaian sapi yang bagus dan bernilai tinggi adalah sapi-sapi yang dapat berlari lurus dengan cepat dan beriringan, hal yang dimaksudkan yaitu lurus (luruih). Maksud dari filosofi tersebut yaitu sapi saja bisa berjalan lurus apalagi manusia dan manusia yang bisa berjalan lurus akan tinggi nilainya akan lebih dihargai.  Pelajaran hidup lainnya yang dapat kita pelajari dari pacu jawi ini yaitu 

Nilai Kerja Sama dan Kepemimpinan 

Kerja sama terlihat jelas dalam persiapan dan pelaksanaan Pacu jawi. Masyarakat bergotong royong mempersiapkan lokasi, mencari air, dan membangun tenda. Pemilik sapi dan joki bekerja sama memasang bajak, sementara penonton menjaga keamanan dan kenyamanan. Berkat kerja sama yang kuat, acara ini berjalan lancar dan sukses. Pelajaran hidup yang dapat kita ambil yaitu dalam melakukan sesuatu jika dilaksanakan secara bersama-sama akan terasa mudah dan mencapai tujuan yang diinginkan.

Mengendarai sapi Pacu jawi membutuhkan kepemimpinan yang kuat dan kerja sama tim antara joki dan sapi. Hal ini menekankan pentingnya koordinasi dan kepercayaan dalam mencapai tujuan bersama. 

Kesabaran dan Keuletan

Meraih kesuksesan dalam Pacu jawi adalah perjalanan panjang yang memerlukan kesabaran dan keuletan. Hal ini mengajarkan pentingnya kegigihan dan tidak menyerah dalam menghadapi kesulitan.

Menghargai Proses

Pacu jawi bukan sekadar lomba untuk meraih kemenangan, melainkan juga tentang menghormati proses dan upaya yang telah dijalani. Perlombaan ini mendorong kita untuk menghargai perjalanan dan pelajaran yang diperoleh selama berpartisipasi.

Kejujuran dan Sportivitas

Pacu jawi adalah perlombaan, tetapi menjunjung tinggi nilai kejujuran dan sportivitas. Peserta diwajibkan bertanding secara adil dan menghormati lawan. Hal ini mencerminkan integritas yang menjadi bagian dari kearifan lokal masyarakat Minangkabau.

Nilai Seni 

Nilai seni yang terkandung dalam pacu jawi yaitu adanya perhelatan kesenian seperti tari piring, talempong, aguang jana yang mengiri kegiatan pacu jawi serta adanya niniak mamak berdialog dengan menggunakan petatah petitih yang dialunkan sambil berdendang dengan kata-kata penuh makna yang dapat dicermati sebagai pengingat untuk generasi saat ini.

Nilai Agama

Tradisi Pacu jawi mengekspresikan rasa terima kasih masyarakat atas panen yang berlimpah. Mereka mengakui bahwa setiap berkah yang mereka terima harus dihargai. Pelajaran hidup yang dapat kita ambil yaitu pentingnya bersyukur dan menghargai atas segala rezeki yang diberikan oleh Tuhan YME.

Nilai Ketertiban

Pacu jawi mengajarkan nilai ketertiban. Peserta dengan sabar menunggu sampai giliran sapi mereka untuk berlomba. Lomba ini mempertemukan sapi secara berpasangan, mengharuskan peserta untuk antri dan menunggu gilirannya dengan tertib dan sabar.


Pacu jawi adalah lebih dari sekadar balapan sapi tradisional; ia adalah cerminan dari nilai-nilai kearifan lokal yang mengajarkan banyak pelajaran hidup berharga. Dengan memahami dan menghargai tradisi ini, kita tidak hanya melestarikan budaya yang kaya, tetapi juga mengambil hikmah dan nilai-nilai positif yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tradisi ini mengingatkan kita akan pentingnya kebersamaan, kerja keras, kejujuran, dan penghargaan terhadap alam dalam membangun masyarakat yang kuat dan harmonis.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS