Penulis: M Fawzan.mahasiswa unand
Makan di dulang adalah salah satu tradisi bersantap yang kaya akan nilai-nilai kebersamaan dan
sosial di berbagai daerah di Indonesia, khususnya di Sumatra Barat, Riau, dan daerah-daerah lain
di Nusantara. Tradisi ini melibatkan penyajian makanan dalam sebuah dulang besar yang dinikmati
bersama-sama oleh beberapa orang. Meskipun sederhana, makan di dulang mencerminkan filosofi
hidup yang mendalam dan memperkuat ikatan sosial di antara para pesertanya. Artikel ini akan
menjelaskan sejarah, makna, dan proses pelaksanaan tradisi makan di dulang, serta upaya
pelestariannya di era modern.
Sejarah dan Asal Usul
Dulang, sebuah wadah datar besar yang biasanya terbuat dari logam atau kayu, telah lama
digunakan dalam berbagai upacara dan kegiatan sehari-hari masyarakat Indonesia. Tradisi makan
di dulang diperkirakan sudah ada sejak zaman kerajaan-kerajaan Nusantara, di mana makan
bersama-sama dalam satu wadah besar menjadi simbol persatuan dan kebersamaan.
Di Minangkabau, makan di dulang sering kali diadakan pada acara-acara penting seperti pesta
pernikahan, kenduri, atau upacara adat lainnya. Tradisi ini juga dikenal di kalangan masyarakat
Melayu di Riau dan beberapa daerah lain di Sumatra. Makan di dulang tidak hanya berfungsi
sebagai kegiatan bersantap, tetapi juga sebagai medium untuk memperkuat silaturahmi dan
solidaritas antarwarga.
Proses dan Etika Makan di Dulang
Proses makan di dulang melibatkan beberapa tahapan yang sarat dengan nilai-nilai etika dan
kebersamaan. Berikut adalah langkah-langkah yang biasanya dilakukan dalam tradisi makan di
dulang:
1. Persiapan Makanan: Makanan yang disajikan dalam dulang biasanya terdiri dari nasi,
lauk-pauk, sayur, dan sambal. Makanan ini disusun dengan rapi di atas dulang besar. Jenis
lauk-pauk yang disajikan bisa beragam, mulai dari rendang, gulai, ayam panggang, hingga
ikan bakar.
2. Penyajian Dulang: Dulang yang sudah diisi makanan diletakkan di tengah-tengah ruangan
atau di tempat yang mudah dijangkau oleh semua peserta. Dalam acara besar, biasanya
disiapkan beberapa dulang untuk dibagi di antara para tamu. Makanan yang disajikan di
dulang memiliki makna bahwa makanan harus disajikan dengan penuh kehormatan sebagai
tanda menghormati tamu atau orang yang berkunjung merupakan orang yang harus
dihargai dan diperlakukan dengan sebaik-baiknya.
3. Aturan Duduk: Peserta makan di dulang duduk melingkar di sekitar dulang dengan posisi
yang sejajar. Duduk bersama dalam lingkaran melambangkan kesetaraan dan
persaudaraan. Pada dasarnya aturan duduk pada acara makan di dulang memiliki makna
bahwa masyarakat harus selalu membangun silaturahmi serta membangun interaksi karena
pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial.
4. Tata Cara Makan: Makan di dulang dilakukan dengan tangan, tanpa menggunakan
sendok atau garpu. Sebelum mulai makan, biasanya ada doa bersama untuk memohon
berkah atas makanan yang disajikan. Peserta makan dengan tertib, mengambil makanan
secukupnya dan tidak berlebihan, serta saling berbagi lauk-pauk yang ada di dulang.
Makan menggunakan tangan sangat melambangkan tradisi Minangkabau karena sebagai
bentuk kepuasan dan melambangkan tradisi.
5. Etika Makan: Dalam tradisi makan di dulang, terdapat beberapa etika yang harus dijaga,
seperti tidak berbicara kasar, menjaga kebersihan tangan, dan menghormati makanan yang
disajikan. Setelah selesai makan, biasanya ada ucapan terima kasih kepada tuan rumah
yang telah menyajikan makanan.
Makna dan Nilai-Nilai
Makna dan Nilai-nilai merupakan suatu hal baik itu kegiatan ataupun yang lainnya yang memiiki
makna dalam pengerjaannya. Makna dan nilai dapat dijadikan sebagai bentuk landasan bahwa
suatu kegiatan yang dilakukan harus memiliki arti dalam kehidupan.
Kebersamaan dan Solidaritas
Salah satu makna utama dari makan di dulang adalah kebersamaan. Makan bersama dalam satu
dulang besar memperkuat rasa solidaritas dan persatuan di antara peserta. Ini adalah momen di
mana semua orang, tanpa memandang status sosial atau ekonomi, duduk bersama dan menikmati
hidangan dengan penuh keakraban.
Kesederhanaan dan Kehormatan
Makan di dulang juga mengajarkan nilai kesederhanaan dan saling menghormati. Dengan berbagi
makanan dalam satu wadah, peserta diajak untuk bersikap sederhana dan menghargai
kebersamaan. Setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk menikmati hidangan, sehingga
tidak ada yang merasa lebih atau kurang dibandingkan yang lain.
Penghormatan Terhadap Makanan
Tradisi makan di dulang menanamkan rasa hormat terhadap makanan. Dengan mengambil
makanan secukupnya dan tidak berlebihan, tradisi ini mengajarkan untuk menghargai rezeki yang
diberikan dan menghindari pemborosan. Pada dasarnya kegiatan ini mengajarkan bahwa kita harus
menghormati makanan karena itu merupakan pemberian tuhan dan harus dinikmati dan di syukuri,
agar nikmat yang datang tidak sia-sia. Minangkabau sangat menjunjung tinggi keberadaan adat
yang berlandaskan agama, oleh karena itu segala sesuatu yang dilakukan adat atau tradisi harus
disesuaiakan dengan syariat agama islam.
Pelestarian di Era Modern
Di era modern, tradisi makan di dulang menghadapi tantangan dari gaya hidup yang lebih
individualistis dan praktis. Namun, beberapa upaya telah dilakukan untuk melestarikan tradisi ini:
1. Edukasi dan Sosialisasi: Melalui program edukasi di sekolah-sekolah dan kampanye di
media sosial, masyarakat diajak untuk mengenal dan menghargai tradisi makan di dulang.
Edukasi ini bisa dilakukan dalam bentuk seminar, lokakarya, atau pameran budaya.
2. Festival Budaya: Mengadakan festival budaya yang menampilkan tradisi makan di dulang
sebagai salah satu atraksi utama. Festival ini tidak hanya menarik minat masyarakat lokal
tetapi juga wisatawan, sehingga tradisi ini dapat lebih dikenal luas.
3. Kegiatan Komunitas: Mengadakan kegiatan komunitas yang melibatkan makan di
dulang, seperti acara arisan, pertemuan keluarga, atau kegiatan sosial lainnya. Ini
membantu memperkuat ikatan sosial dan membangun kesadaran kolektif tentang
pentingnya melestarikan tradisi.
Makan di dulang adalah tradisi yang kaya akan nilai-nilai kebersamaan, kesederhanaan, dan
penghormatan terhadap makanan. Meskipun menghadapi tantangan dari perubahan gaya hidup
modern, tradisi ini tetap relevan dan penting untuk dilestarikan. Melalui edukasi, festival budaya,
dan kegiatan komunitas, kita dapat memastikan bahwa makan di dulang tetap hidup dan menjadi
bagian integral dari kehidupan sosial masyarakat Indonesia.
0 Comments