Ticker

6/recent/ticker-posts

Seni Berbicara Orang-Orang Minangkabau

 


Penulis: Asraf

Mahasiswa Jurusan Sastra Minangkabau 

Universitas Andalas

Berbicara merupakan komunikasi paling mendasar yang hubungannya paling erat dengan manusia, tanpa berbicara mustahil Anda dapat berhubungan dengan orang lain. Menurut KBBI berbicara adalah berkata; bercakap; berbahasa; melahirkan pendapat; dan berunding (dengan perkataan, tulisan, dsb). Berbicara merupakan hal yang kelihatanya mudah untuk dilakukan oleh manusia, tetapi tidak semudah yang dibayangkan dengan kasat mata. Pada umumnya, masih banyak orang yang berbicara asal-asalan, sumbang bahkan nyaris suaranya tidak diterima oleh orang. Menurut penulis, waktu manusia digunakan setiap harinya untuk berbicara atau berkomunikasi. ada kutipan yang menyatakan bahwa manusia, terutama perempuan harus mengeluarkan minimal 20.000 ribu kata setiap harinya untuk bercakap-cakap, atau hanya sekedar mencurahkan isi hati maupun masalah-masalah yang ada di benaknya dan hal-hal sepele yang mereka pikirkan. 


Dalam kehidupan sehari-hari, Anda selalu berinteraksi dengan banyak orang dari kalangan apa saja, mulai dari penjual makanan, pekerja kantoran, pegawai negeri, mahasiswa, buruh, orang tua, remaja sampai anak-anak. Dengan demikian, Anda perlu memahami lawan berbicara sesuai dengan karakter mereka dan memikirkan topik apa yang akan menjadi pembahasan yang menarik. Setiap orang tentu saja berbeda-beda. Kepada orang yang lebih muda, anda harus lembut. Kepada orang yang sudah berumur atau lanjut usia, anda harus penuh kasih sayang. Kunci dalam berkomunikasi adalah kemampuan dalam memahami lawan bicara. Berkomunikasi dengan orang ekstrovert akan berbeda dengan berkomunikasi dengan orang yang introvert dan sebagainya.


Di Minangkabau ada aturan yang unik dan melekat terhadap tatanan kehidupan bermasyarakat untuk berbicara atau berkomunikasi yaitu dengan istilah Kato Nan Ampek, apa itu kato nan ampek? 

apa saja kato nan ampek?

saat seperti apa kita menggunakan kato nan ampek?

kepada siapa kita menggunakan kato nan ampek?

akan dijelaskan dan dijabarkan dibawah ini oleh penulis.


Kato nan ampek adalah, empat macam aturan yang tidak tertulis untuk berbicara atau berkomunikasi dalam bermasyarakat di Minangkabau, mengedepankan etika berkomunikasi dan menjadi acuan yang dipakai turun-menurun oleh masyarakat Minangkabau. 

Kato nan ampek pondasi pertama untuk berkomunikasi di masyarakat tidak hanya di Minangkabau, mungkin di daerah-daerah lain mempunyai aturan berbahasa atau tata krama nya.


Pertama, Kato Mandaki (kata mendaki)

cara bertutur kata pertama yang ada didalam kato nan ampek ialah kato mandaki. Kato Mandaki atau bahasa Indonesianya kata mendaki, yang artinya digunakan untuk berbicara atau bertutur kata kepada orang yang lebih tua atau di tuakan. Dalam penerapan sehari-hari kato mandaki menggunakan tutur kata yang penuh dengan etika kesopanan, serta menunjukan rasa hormat kepada orang yang lebih tua. Penggunaan kato mandaki dalam kehidupan masyarakat ialah terhadap, kakek, nenek, orang tua, serta guru.

Contoh penerapan kato mandaki di lingkungan sekolahan, ketika guru sedang menjelaskan sesuatu di dalam kelas lalu salah satu murid tidak mengerti dan meminta menjelaskan ulang kepada guru dengan sopan dan rasa hormat.



Kedua Kato Manurun, (Kata Menurun)

kato manurun adalah kato yang digunakan untuk berbicara kepada yang lebih muda usianya. Kato manurun diterapkan dengan menggunakan tutur kata yang penuh kelembutan dan kasih sayang, digunakan dengan fleksibel agar lawan berbicara yang lebih muda bisa nyaman ketika berkomunikasi dengan kita. Cara bertutur kata atau penggunaan kato manurun dalam kehidupan sehari-hari ialah kepada orang yang lebih muda, seperti abang atau kakak kepada adiknya, guru ke siswa dan orang tua kepada anaknya.

Contoh penerapannya, ketika seorang kakak meminta adiknya mengantarkan pergi ke mall atau pasar, dengan menggunakan kata menurun atau tutur kata yang lembut sang kaka merayu adiknya supaya bisa mengantarkannya pergi.


Ketiga Kato Mandata ( Kata Mendatar)

Kato mandata adalah berbicara terhadap teman-teman yang berusia sepantaran atau sebaya.

Kato mandata merupakan bahasa yang sehari-hari digunakan ketika sedang berkumpul bersama teman-teman. Meskipun seusia, kata yang diucapkan harus saling menghargai dan harus tetap dalam koridornya tidak menyinggung satu sama lain. Ketika bertutur kata akan memunculkan komunikasi yang penuh rasa persahabatan, fleksibel, saling mendukung serta kegembiraan tergantung situasi dan kondisi antar sesama.

Penggunaan kato mandata diharapkan bisa semakin merekatnya hubungan anatara seseorang dengan teman-teman terdekatnya tanpa perlu melukai perasaan satu sama lain.

Contoh penerapannya, ketika seseorang membahas isu yang sedang panas atau sedang trand kepada temannya, menggunakan tutur kata yang fleksibel akan menimbulkan antusias terhadap yang sedang dibicarakan, dan menjadikan pembicaraan yang menarik.


Keempat Kato Malereang ( Kata Melereng)

Kato malereang adalah kato yang terakhir dalam Kato Nan Ampek. Kato malereang adalah berbicara yang digunakan seseorang ketika berbicara kepada sosok yang cukup dihormati dengan memiliki latar belakang status sosial tertentu seperti berbicara kepada datuak tanpa memandang usia, walaupun usianya masih terbilang muda namun tetap didahulukan selangkah dan ditinggikan satu ranting. Berbicara kepada ulama atau pemuka agama yang memiliki ilmu yang luas, selain itu kato malereang juga digunakan ketika berbicara kepada keluarga yang tidak memiliki hubungan darah langsung, seperti mertua, menantu serta saudara ipar. Penyampaian kato malereang tidak disampaikan secara langsung melainkan diutarakan menggunakan petatah-petitih seperti kiasan, kata perumpamaan maupun dengan kata sindiran.


Menurut penulis, seiring perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, Kato Nan Ampek hanya sebagai sarana berbicara yang kuno dan tidak relevan untuk saat ini karna banyak anak muda sekarang tidak terlalu mementingkan akan hal tersebut, sebenarnya Kato Nan Ampek sangat bermanfaat bagi pendatang yang ingin belajar di Sumatera Barat, khususnya di Minangkabau. dari mengenal bahasa dan adat istiadat yang di pelajari, sangat penting untuk pondasi berbicara di Minangkabau.


Penulis: Asraf

Mahasiswa Jurusan Sastra Minangkabau 

Universitas Andalas

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS