Ticker

6/recent/ticker-posts

Pemanfaatan Ilmu Fisiologi Dalam Bidang Konservasi

 



Oleh:

Amartia Eksa Irtanti

Jurusan Biologi, Universitas Andalas, Padang

Dosen Pengampu:

Dr. Resti Rahayu

Apa itu Ilmu Fisiologi?

Pada umumnya, pengertian ilmu fisiologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah cabang biologi yang berkaitan dengan fungsi dan kegiatan kehidupan serta zat hidup, yakni organ, jaringan atau sel. Sehingga dapat diartikan bahwa, ilmu fisiologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari sistem kehidupan makhluk hidup.

Secara umum, ilmu fisiologi terfokus pada mekanisme yang terlibat dalam cara kerja suatu organisme, termasuk anatomi dan struktur organisme dan organ, perolehan sumber daya, metabolisme dan aliran energi, regulasi dan homeostasis, aklimatisasi terhadap perubahan lingkungan dan toleransi lingkungan, kinerja, dan dampaknya terhadap ekosistem (Prosser dan Brown, 1950; Nobel, 1983; Taiz dan Zeiger, 1991; Spicer dan Gaston, 1999; Randall dkk., 2001).

Sebelum Pertengahan Tahun Abad ke-20

Sebelum pertengahan tahun Abad ke-20, sebagian besar ekologi dan fisiologi telah berubah dianggap sebagai synonymous (Gaston et al., 2009), dan sering menghasilkan penerapan pendekatan fisiologi untuk menyelidiki dinamika populasi (Cook, 1924; Payne, 1926; Sacharov, 1930; Andrewartha dan Birch, 1954).

Bagaimana Pemanfaatan Ilmu Fisiologi dalam Bidang Konservasi?

Pemanfaatan ilmu fisiologi dapat digunakan dalam segala bidang ilmu, salah satunya yakni dalam bidang konservasi. Konservasi adalah gerakan atau disiplin yang berfokus pada penggunaan, alokasi, dan perlindungan sumber daya alam (Warren dan Goldsmith, 1983; McCormick, 1991; Soulé, 1985). Fisiologi dapat dimanfaatkan untuk mengkarakteristikan keanekaragaman hayati dan keterlibatannya dengan ekologi. Pada dasarnya, gagasan “Fisiologi konservasi” pertama kali digunakan oleh Wikelski dan Cooke (2006).

Implikasi Penting Fisiologi Bagi Konservasi

Keanekaragaman fisiologis mempunyai implikasi penting bagi biologi konservasi baik karena alasan intrinsik maupun utilitarian. Pentingnya keanekaragaman fisiologis secara intrinsik adalah bahwa keanekaragaman dapat mempengaruhi proses komunitas dan ekosistem (Bolnick et al., 2011; Cadotte et al., 2011; Des Roches et al., 2018; McGill et al., 2006; Spicer dan Gaston, 1999;Violle dkk., 2007).

Hal ini didukung dalam buku “Keanekaragaman Fisiologis dan Implikasi Ekologisnya ,” Spicer dan Gaston (1999) yang membahas konsep variasi sifat fisiologis, mendefinisikan keanekaragaman fisiologis sebagai sejauh mana variasi sifat fisiologis di dalam atau di antara individu, populasi, atau spesies.

Salah satu contohnya pada peran studi fisiologis dalam memahami respon organisme terhadap perubahan antropogenik, konsekuensinya, dan ruang lingkup mitigasi dan adaptasi terhadap dampak. Secara khusus, makrofisiologi, yang didefinisikan sebagai penyelidikan variasi ciri-ciri fisiologis pada skala geografis dan temporal yang luas serta implikasi ekologis dari variasi ini (Chown dkk., 2004), Penelitian makrofisiologi selanjutnya mengidentifikasi permasalahan konservasi yang sebelumnya kurang diperhatikan, seperti ancaman terkait perubahan iklim terhadap populasi tropis dan subtropis (Deutsch dkk., 2008; Huey dkk., 2009; Clusella-Trullas dkk., 2011; Duarte dkk. al., 2012; Kellermann et al., 2012), yang menggambarkan kaitan eratnya dengan fisiologi konservasi (Chown dan Gaston, 2008 ).

Sampai saat ini terdapat berbagai definisi yang berbeda-beda terkait dengan ilmu fisiologi di dalam bidang konservasi. fisiologi konservasi adalah disiplin ilmu integratif yang menerapkan konsep pengetahuan fisiologis untuk mengkarakterisasi keanekaragaman hayati. Hal ini menyatukan ilmu fisiologi dengan konservasi, yang mencakup respons fungsional dan mekanisme tubuh, dan konservasi mencakup pengembangan dan penyempurnaan strategi untuk memulihkan ekosistem, memberikan masukan bagi kebijakan konservasi, sebagai pendukung keputusan, dan mengelola sumber daya alam.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat keterkaitan dalam pemanfaatan ilmu fisiologi di bidang konservasi yakni dapat digunakan untuk membantu mengkarakteristikan keanekaragaman hayati dan keterlibatannya dengan ekosistem (ekologinya) dan hal ini akan membantu pihak konservasi dalam melestarikan kawasan konservasi baik secara global maupun nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Bolnick, D. I., P. et al. 2011. Why intraspecific trait variation matters in community ecology. Trends in Ecology and Evolution 26:183–192

Cook WC. 1924. The distribution of the pale western cutworm, Porosagrotis orthogonia Morr: a study in physical ecology. Ecology 5: 60–69.

Deutsch CA, et al. 2008. Impacts of climate warming on terrestrial ectotherms across latitude. Proc

Natl Acad Sci U S A 105: 6668–6672

Gaston KJ, et al. 2009. Macrophysiology: a conceptual reunification. Am Nat 174: 595–612.

Prosser CL, Brown FA. 1950. Comparative Animal Physiology. Saunders, Philadelphia.

Spicer JI, Gaston KJ. 1999. Physiological Diversity and its Ecological Implications. Blackwell Science, Oxford.

Warren A, Goldsmith FB. 1983. Conservation in Perspective. John Wiley & Sons, Chichester

Wikelski M, Cooke SJ. 2006. Conservation physiology. Trends Ecol Evol 21: 38–46.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS