Ticker

6/recent/ticker-posts

PEMBANGUNAN HANYA UNTUK ASING? BAGAIMANA NASIB WARGA SEKITAR TAMAN NASIONAL KOMODO?

 



Oleh : Naila Syakira Putri H – Rabu, 21 Juni 2023


Taman Nasional Komodo, sebuah destinasi wisata bagi dunia karena selain adanya hewan Komodo reptil yang kini hanya ada di pulau Komodo para wisatawan baik itu lokal ataupun internasional juga mengincar keindahan alam yang ada pada taman nasional tersebut karena terdiri dari daerah darat dan laut. Taman Nasional Komodo berdiri pada 6 Maret 1980 berlokasi di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, terdiri dari beberapa pulau utama yaitu Pulau Komodo, Pulau Rinca, Pulau Padar, Pulau Gili Motang dan terakhir Pulau Nusa Kode. UNESCO menetapkan taman nasional ini sebagai situs Warisan Alam Dunia pada tahun 1991. Keunikan alam yang ada di taman nasional ini berdampak pada jumlah wisatawan yang terus meningkat setiap tahunnya. 


Terdengar wacana penutupan Taman Nasional Komodo untuk sementara waktu. Hal itu bukan tanpa sebab, adanya wacana pembangunan destinasi wisata super premium. Salah satu sumber media online menyebutkan bahwa hal tersebut diperkuat dengan adanya pernyataan Gubernur Viktor Laiskodat yang mengambil alih pengelolaan di Taman Nasional Komodo dengan menggelontorkan dana sebesar Rp100 miliar untuk pembangunan ulang taman nasional tersebut karena menurutnya habitat Komodo selama ini terbengkalai karena dikelola oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Sumber lain menyebutkan bahwa pembangunan tersebut hanya sebatas pengembangan sarana dan prasarana yang ada sebelumnya agar lebih baik lagi. Namun tentunya hal tersebut sangat berdampak bagi masyarakat yang tinggal di daerah tersebut.


Masyarakat yang tinggal pada kawasan Taman Nasional Komodo awalnya hidup dengan berburu rusa yang berada disana, namun hal itu dilarang karena akan dijadikan cagar alam untuk Komodo dan rusa merupakan makanan Komodo, lalu mereka mengalah dan pindah ke daerah pesisir untuk menjadi nelayan, tetapi hal itu kemudian dilarang juga karena daerah laut juga termasuk wilayah Taman Nasional. Kemudiann mereka mengalah lagi dan beralih ke sektor wisata, karena setelah itu para wisatawan mulai banyak berkunjung ke Pulau Komodo, maka masyarakat sekitar pun memanfaatkan hal tersebut sebagai sumber ekonomi dengan menjual berbagai souvernir, pemandu wisata dan lain halnya. Tetapi karena adanya wacana penutupan ini tentunya para wisatawan tidak dapat berkunjung ke Taman Nasional, lalu bagaimana dengan masyarakat yang tinggal disana. 


Dalam teori manusia modern menurut Alex Inkeles, seorang sosiolog dari Universitas Harvard, Amerika Serikat pada tahun 1970-an. Ia mengamati banyak negara berkembang yang tidak berkembang karena hal tersebut diakibatkan negara tersebut memiliki sumber daya alam yang melimpah namun tidak dengan sumber daya manusianya, ia menganggap mereka tidak mempunyai mentalitas sebagai manusia modern. Hal itulah yang terjadi pada masyarakat yang tinggal di kawasan Taman Nasional Komodo, sehingga para investor asing bisa masuk untuk membangun sebuah proyek yang hasilnya tidak dapat dinikmati oleh masyarakat asli daerah tersebut, padahal tanah yang digunakan adalah milik mereka namun mereka malah terusir dari tanahnya sendiri, begitu menyedihkannya keadaan masyarakat di sekitar Taman Nasional tersebut.


Dari sumber lain yang didapatkan bahwa melalui Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menaikkan harga tiket masuk yang sebelumnya hanya Rp 150.000,- naik drastis menjadi Rp 3.750,000,- untuk satu orang wisatawan saja. Dari kenaikan tersebut membuat masyarakat heboh sekaligus menimbulkan kepanikan bagi warga sekitar Pulau Komodo khusunya warga yang mencari nafkah dengan menanfaatkan kunjungan wisatawan ke Pulau Komodo. Mereka takut jika harga tiket naik begitu drastis dan sangat tinggi, jika penurunan pengunjung terjadi maka akan berdampak pada penurunan ekonomi masyarakat sekitar. Tarif tersebut sudah berlaku sejak 1 Agustus tahun 2022.


Tarif yang naik tersebut memiliki dampak penurunan pendapatan warga sekitar karena penurunan jumlah pengunujuang ke Pulau Komodo yang batal berkunjung. Karena seperti yang dikatakan dalam teori manusia modern, masyarakat sekitar belum mempunyai mental sebagai modern untuk mempertahankan apa yang sebenarnya menjadi hak milik mereka. Dengan sumber daya alam yang sangat baik seperti itu seharusnya sebagian besar warga lokal mampu memiliki tingkatan ekonomi yang lebih baik dan tidak hanya mengandalkan penghasilan dari satu sumber saja yaitu pariwisata, namun karena berbagai latar belakang mereka tidak mampu untuk melakukan hal tersebut. Malah orang asing yang menguasai kekayaan alam tersebut.


Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah, namun sangat disayangkan bagi warga yang tinggal di daerah dengan kekayaan alam tersebut rata-rata mereka tidak dapat menikmati dengan sepenuhnya. Bukan maskudnya mereka tidak dapat melihat kekayaan alam secara langsung, tetapi pemanfaatannya bagi warga sekitar. Taman Nasional yang sudah pastinya dikelola dan dikuasai oleh pemerintah, dan masyarakat hanya dapat memanfaatkan yang tersisa. Maksud tersisa disini adalah yang pada awalnya masyarakat dapat memanfaatkan kekayaan alam baik di darat ataupun laut tetapi sekarang tidak dapat lagi karena kawasan tersebut telah dijakadikan konservasi alam Taman Nasional Komodo. Kini karena wacana pembangunan fasilitas wisata premium tersebut yang menjadikan Taman Nasional Komodo ditutup selama satu tahun sehingga berdampak pada penurunan perekonomian masyarakat karena wisatawan yang tidak boleh berkunjung ke Taman Nasional. Kini mereka hanya mempertanyakan bagaimana nasib setelah fasilitas wisata premium itu dibangun, mereka harus angkat kaki dari tanah mereka sendiri.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS