Ticker

6/recent/ticker-posts

Sastra Sasak Selayang Pandang di Pulau Lombok

 


Oleh: Randu Sunerta


Kususastraan yang ada di Pulau Lombok memiliki historis yang begitu menarik. Pada umumnya pulau Lombok dihuni oleh orang-orang Sasak yang dijelaskan dalam Kesusastraan Sasak tentang pentingnya agama Islam dan di sana terbagi dua varia yaitu, Waktu Telu dan Waktu Lima. Dalam Kesusastraan Sasak menjelaskan bagaimana kehidupan orang-orang Sasak yang terdapat di pulau Lombok terkait kebudayaan dan agamanya.


Di pulau Lombok masyarakat hidup tentram dengan eksistensi alam yang masih terjaga akan kebudayaan mau pun religisme yang mereka anut. Salah satunya agama Islam yang berada di pulau tersebut. Dimulai dari ajaran yang terdapat dalam lingkungan orang-orang Sasak, ajaran dalam Wetu Telu mereka menganut ajaran yang berbeda dari agama Islam pada umumnya, mereka tidak melakukan ibadah shalat lima waktu, tidak naik haji ke Mekkah dan tidak bersembahyang pada hari Jumat mau pun berpuasa pada bulan Ramadhan. Pada umumnya masyarakat sekitar lebih terikat pada kebudayaan dan kepercayaan sebelum datangnya Islam, mereka lebih terikat pada tempat hunian mereka yang mereka puji sebagai tempat tinggal nenek moyangnya selain itu makhluk gaib dianggap sebagai pengaruh besar dalam kehidupan sehari-hari sehingga selalu ada seremoni untuk itu semua.


Keberadaan makhluk gaib di lingkungan Sasak sangat penting terutama keberadaan dari ratunya, bagi mereka nama ratu yang sangat populer adalah Dewi Anjani yang bersemayam di puncak gunung Rinjani serta arwah-arwah para leluhur yang senantiasa dipuji-puji. Dalam hal ini masyarakat Sasak pada dasarnya lebih mementingkan kepercayaan sebelumnya dari pada masuknya ajaran baru seperti Islam, sifat masyarakat yang bisa disimpulkan antara lain yaitu sangat tidak mudah terpengaruh ajaran luar yang datang, mereka tetap bersikokoh terhadap apa yang ada dan menghargai apa yang telah nenek moyang mereka anut jauh sebelum kehidupan mereka. Kuatnya kepercayaan ini membuat masyarakat hidup tentram dengan eksistensisme yang telah ada dalam ruang lingkup masyarakat dan kebudayaan yang kuat.


Ada beberapa orang yang menganggap orang Wetu Telu tidak menganut kelima rukun Islam seperti umat Muslim pada umumnya namun hanya tiga rukun saja ada juga memikirkan bahwa orang Wetu Telu hanya beribadah sekali setahun, yaitu taraweh pada bulan Ramadhan, shalat berjamaah pada hari raya Idul Fitri, dan shalat pada hari raya Idul Adha, padahal di dalam Islam ketiga shalat tersebut tidak wajib. Peran kyai di sana juga sangat penting, kyai adalah orang yang dihormati, mereka selalu mendoakan jenazah orang yang telah tiada agar masuk surga, ziarah ke Masjid Agung dan makam-makam para leluhur, selain itu seremoni yang dilaksanakan diketuai atau dikomandoi oleh para kyai di sana pada umumnya.


Selain kyai orang yang juga berperan penting dalam lingkungan orang-orang Sasak disebut 'pemangku' yang dianggap sebagai pemelihara antara hubungan dunia manusia dengan dunia roh yang terdapat di sekeliling lingkungan sekitar. Selain itu seorang pemangku dianggap sebagai pelantara antara dunia manusia dengan dunia roh, tentang apa saja kekurangan dan kelebihan yang terjadi di lingkungan sekitar di sampaikan lewat pemangku. Fenomena ini memang sangat unik dan fanatisme mereka terhadap kebudayaan yang telah ada tentang bagaimana menghargai apa yang leluhur mereka tinggalkan cukup diapresiasi.


Wetu Telu berasal dari kata wet, tau, telu, yang berarti tiga pengetahuan kepercayaan, yakni 'tiuk' yang berarti tumbuh 'beteok' yang berarti bertelur dan 'menganak' yang berarti beranak.


Kesusastraan yang ada di pulau Lombok diturunkan dari leluhurnya untuk generasi ke generasi lewat daun lontar. Daun tersebut dipreparasikan agar bisa ditulis hingga menciptakan huruf-huruf yang dapat dibaca. Bahasa yang digunakan dalam teks tersebut berupa bahasa Jawa atau orang-orang lombok sering menyambutnya dengan aksara jejawen. Di dalamnya mungkin memperlihatkan obat-obat, sejarah, dan kebudayaan yang ada di pulau Lombok.


Kesimpulannya keberadaan kesusastraan yang ada di pulau Lombok tidak terlepas dari catatan perjalanan masyarakat Wetu Telu yang mana sebagai penghuni di pulau tersebut. Eksistensinya perlu dijaga dengan baik sebab sejarah adalah jati diri suatu bangsa, suatu daerah atau suatu individual yang hidup dan terus hidup sampai waktu berikutnya. Kebudayaan yang dianut mungkin dari beberapa penjuru masih ada atau yang tidak tersorot oleh media atau mungkin saja punah akan tetapi sejarah telah memberi pengetahuan terhadap apa yang terjadi di masa silam, kita tidak bisa merubah atau pun menghilangkan sebab itu adalah musium yang tertulis jauh di hati kita. Keunikan-keunikan juga banyak tergambar jelas dari berbagai peristiwa mulai dari kepercayaan yang ada dalam masyarakatnya sampai penulisan yang digunakan menggunakan daun, sedangkan daun akan hancur dalam kurun waktu singkat akan tetapi sastra yang ditinggalkan ditulis menggunakan daun.


Keberadaan ini patut dijaga sebab kita sebagai generasi penerus hanya bisa melestarikan terhadap apa yang telah ada jika tidak mungkin akan hilang sia-sia. Sebagai generasi penerus menjaga dan tetap menghidupi adalah tugas yang dipikul oleh seluruh masyarakat yang ada di suatu wilayah tersebut sebagai guna mempertahankan bahwa mereka juga pernah hidup pada dahulu kala dan seorang masyarakat lokal. Selain generasi muda pemerintah daerah juga memikul hal yang sama dalam melestarikan kesusasraan yang telah ada sejak lama sebab kata orang setetes huja yang jatuh tidak akan mempengaruhi apa pun akan tetapi jutaan tetes yang jatuh akan menyuburi dunia dengan segala kehendakNya. Semangat yang kita peroleh akan dilimpahkan kepada generasi selanjutnya yang mungkin akan lebih ekstrem siring perkembangan zaman.


Nama saya Randu Sunerta. Lahir di Padang dan berdomisili di Pesisir Selatan. Saya seorang mahasiswa dari Jurusan Sastra Minangkabau Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS