Ticker

6/recent/ticker-posts

Raja-Raja yang Berhasil dalam Memimpin Kerajaan Wajo di Sulawesi Selatan



Oleh: Maisya Kartika Mahasiswa Sastra Minangkabau

 

Sulawesi Selatan dipenuhi dengan banyak kerajaan, salah satunya adalah Kerajaan Wajo. Wajo artinya bayangan atau bayangan (wajo wajo). Di bawah bayang-bayang (wajo-wajo dalam bahasa Bugis berarti pohon bajo-nya), sebuah kontrak sosial terbentuk antara masyarakat dan pemimpin adat yang bersepakat untuk mendirikan kerajaan Wajo-nya itu dilakukan. Sebuah perjanjian dibuat di sebuah tempat bernama Tosora, yang menjadi ibu kota Kerajaan Wajo. Sejarah Wajo berbeda dengan kerajaan lain yang biasanya diawali dengan kedatangan To Manurung. Menurut Lontara Sukkuna Wajo, sejarah awal Wajo dimulai dengan berdirinya masyarakat di tepi Danau Lampulungjärvi. Namun, orang-orang dari berbagai daerah, utara, selatan, timur, dan barat berkumpul di tepi Danau Lamplung. Mereka dipimpin oleh orang tak dikenal bernama Puangnge Ri Lampulung. Puang ri Lampulung dikenal sebagai orang bijak yang mengetahui tanda-tanda alam dan cara bercocok tanam yang baik. Nama Lampulungjärvi berasal dari kata sipulung yang berarti mengumpulkan.

Kerajaan Wajo merupakan salah satu kerajaan Islam di Sulawesi Selatan. Kerajaan Wajo sendiri berbeda dengan kerajaan lain di Sulawesi Selatan. Yang membedakan Kerajaan Wajo dengan kerajaan lain adalah Kerajaan Wajo merupakan kerajaan pilihan atau demokratis, sedangkan kerajaan lain di Sulawesi Selatan murni bersifat feodal. Kerajaan ini didirikan sekitar abad ke-15 dan menjadi Kesultanan Islamnya setelah ditaklukkan oleh Gowatallo Kesultanan pada abad ke-17. Sejak abad ke-18, Kerajaan Wajo mencapai masa kejayaannya, menggantikan Kesultanan Bone.

Kesuksesan dan puncak kejayaan Kerajaan Wajo tentu saja ditopang oleh kepemimpinan raja-raja yang memerintahnya, namun tidak semua raja menunjukkan keberhasilan kepemimpinannya. Hal tersebut terdapat pada salah satu naskah Lontaraq yang memuat kumpulan raja-raja yang disebut Lontaraq Akkarungeng ri Wajo (Lontaraq Kerajaan Wajo). Naskah tersebut dapat ditemukan di Kantor Arsip dan Perpustakaan Sulawesi Selatan. Lontaraq tersebut memuat nama-nama raja yang pernah memerintah Wajo, serta informasi tentang peristiwa pada masa itu. Pemikiran raja yang beragam menyebabkan naik turunnya kerajaan Wajo ​​pada masa pemerintahannya. Teks tersebut mencantumkan 57 raja yang pernah memerintah Kerajaan Wajo, namun hanya beberapa raja yang berhasil memerintah Kerajaan Wajo ​​pada masa kejayaannya.

Berikut nama-nama raja yang berhasil dalam membawa Kerajaan Wajo pada puncak kejayaannya:

  1. La Tenri Bali

Naskah Lontaraq Akkarungen ri Wajo tidak menjelaskan kapan beliau menjabat sebagai Raja Wajo dan berakhir. Dia adalah raja pertama yang mengubah nama Boli menjadi Wajo, karena upacara pelantikannya diadakan di bawah pohon Bajo dan diberi judul 'Batarawajo'. Dia memberi tahu ketiganya Padang Lengi bahwa jika tidak ada "pembicaraan" (hukum) yang dapat ditemukan antara raja dan Adeqmarajhe, Adeqabiyasange, Wari dan Tupu, negosiasi harus dilakukan. Dan hasil diskusi itu dia panggil Adeq Assituruseng. Pada masa pemerintahannya La Tenri berhasil menggabungkan Bali, Bali, Wajo dan Presta. Pada dasarnya, LaTenri Bali memiliki konsep otonomi. Hal itu terlihat saat ia memberikan Penlan kepada adiknya La Tenri Tipeq. Semua diambil alih oleh Tenri Tipeq, masalah hukum dan sistem administrasi tidak saling mengganggu. Wajo tidak mencampuri urusan internal Penrangnya.

  1. La Mata Esso

Ternyata, seperti Raja La Tenri Bali, naskah itu tidak menjelaskan kapan dan berapa lama La Mata Esso menjabat sebagai raja Wadjo. Mata Esso menjabat sebagai Batala wajonya selama sepuluh tahun. Selama 10 tahun masa jabatannya, dia berusaha membangun kastil sebaik mungkin. Ia memiliki kepribadian yang jujur ​​dan mampu membangun hubungan kerjasama dengan masyarakat dan pihak luar. Usahanya membangun kastil, apalagi jumlah kastil yang ia kelola mencapai sekitar 1000 orang. Dia juga menyarankan pabbicara (semacam hakim modern) untuk membantu beliau berpikir tentang Wajo.

  1. La Taddampareq Puwang Ri Maggalatung (1498-1528)

Dalam naskah tersebut dijelaskan bahwa Raja La Taddampareq Puwang Ri Maggalatung memerintah Kerajaan Wajo selama 30 tahun. Selama masa pemerintahannya, ia fokus memperluas wilayahnya, termasuk Amali Timrung, Pammana, Baringeng, Lompuleng, Thanatenga dan Ujumpulu Batulappan di wilayahnya. Dia memutuskan semua masalah hukum dengan adil, sehingga wilayahnya menjadi subur, rakyatnya makmur, dan tidak ada wabah yang menyebar di antara penduduk, tumbuhan, atau hewan.

  1. La Salewangeng (1715-1736)

La Salewangeng mengabdi di kerajaan Wajo selama 21 tahun. Ia dikenal sebagai Arung Matowa Wajo yang membuat rencana besar pemerintahan yang pertama. Banyak Wajo menjadi kaya, para petani dapat memanen hasil panen, dan para pedagang melipatgandakan keuntungan mereka. Juga, dia memberlakukan pajak "owa" dan dana yang terkumpul dibelah dua, sebagian disimpan dan sebagian dibeli untuk senjata. Pengusaha memperoleh modal dengan skema bagi hasil. Dan konsepsi pemerintahannya dinyatakan final setelah 18 tahun berkuasa. Menurutnya, ketika tanah dikembangkan, menaati Tuhan membuat padi subur dan orang kaya, panjang umur raja.

Dari keempat raja di atas dapat kita simpulkan bahwa keberhasilan Kerajaan Wajo ​​adalah karena hubungan raja dengan rakyatnya. Keberhasilan kepemimpinan Raja ditopang oleh pola pikir Raja yang mengutamakan masyarakat dan dukungan mereka dalam membentuk kebijakan-Nya. Kebijakan yang diterapkan oleh raja menitikberatkan pada kesejahteraan rakyat, khususnya di bidang pertanian. Ia juga belajar membayar pajak untuk mendanai pembangunan masyarakat. Sistem otonomi daerah telah diterapkan di beberapa kerajaan untuk menghindari campur tangan urusan internal Lily dan Limpopo. Metode pengajaran Raja Wajo masih dapat diterapkan hingga saat ini, namun sarat dengan inovasi-inovasi besar dan penting. Sistem lama yang dapat digunakan saat ini sudah selayaknya dijadikan acuan untuk pembangunan negara dan bangsa di masa mendatang.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS