Ticker

6/recent/ticker-posts

Keharmonisasian Antara kebudayaan Hindu, Jawa dan Islam pada Dialektika Hindu-Jawa dan Islam dalam Serat Mi’raj Sri Ratnawati

 



 Oleh :


Fajar Rizal Maulana 

Mahasiswa Universitas Andalas

Jurusan Sastra Daerah Minangkabau


Harmonisasi dapat diartikan sebagai suatu bentuk proses atau tindakan untuk menyelaraskan, menyerasikan, menyetarakan atau menyesuaikan sesuatu yang di anggap tidak sesuai yang menghasilkan suatu yang baik di berbagai hal. Sementara itu keharmonisasian budaya sendiri yaitu adanya keserasian dan keselarasan dalam keragaman budaya, keragaman bahasa, kepercayaan dan kekayaan sosial yang bertujuan untuk menjaga persatuan dan kesatuan.

Penelitian yang dilakukan oleh Sri Ratnawati di dalam jurnal Manuskripta yang berjudul Dialektika Hindu-Jawa dan Islam dalam Serat Mi’raj hasil penelitian adalah penemuan bahwa Serat Mi'raj menggambarkan sebuah harmonisasi antara kebudayaan Hindu Jawa dan Islam, di mana unsur-unsur dari kedua agama tersebut diadopsi dan disesuaikan dalam satu karya sastra.

Keharmonisasian antara kebudayaan Hindu, Jawa dan Islam dapat di telusuri melalui manuskrip Serat Mi’rat, serat mi’raj berasal dari bahasa jawa yang berarti “perjalanan ke surga”. Teks Serat Mi’raj sendiri ditulis dengan aksara pegon dan hanacaraka, manuskrip ini ditulis dalam dua aksara tersebut. Serat mi’raj sendiri diadaptasi dari surat yang diambil dari dalam alquan yaitu suart Isra’. Serat mi’raj dianggap sebagai karya sastra islam yang sangat penting karena memberikan gambaran tentang keindahan surga dan penderitaan di neraka. Serat Mi'raj adalah sebuah naskah kuno yang menceritakan tentang perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa di Yerusalem dan kemudian ke langit. Dalam naskah ini terdapat banyak unsur kebudayaan Hindu-Jawa yang bercampur dengan agama Islam, yang menunjukkan adanya proses atau percampuran antara budaya Jawa dengan agama Islam. 

Salah satu contoh dari dialektika (pergerakan dinamis menuju peruahan) Hindu-Jawa dan Islam dalam Serat Mi'raj adalah dalam deskripsi tentang tempat-tempat suci yang dilihat oleh Nabi Muhammad dalam perjalanannya ke langit. Dalam naskah ini, terdapat deskripsi tentang 7 lapisan langit dan beberapa tempat suci seperti Baitul Ma'mur dan Sidratul Muntaha yang berasal dari budaya Jawa-Hindu. Di sisi lain, dalam naskah juga disebutkan bahwa Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan yang disembah dan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir dalam ajaran Islam. Penggambaran surga dan neraka. Perjalanan Nabi ke Sidratul Muntaha di ibaratkan perjalanan menuju kayangan yang dihuni oleh para dewa-dewi. Sementara untuk narakarta di huni oleh para mahluk jahat. Didalam islam surga dan neraka memiliki konsep yang berbeda yaitu tempat pahala dan dosa bagi manusia setelah kematian. 

Dalam Serat Mi’raj ini konsep surga dan neraka dari kebudayaan Hindu Jawa diadaptasi dan dijelaskan dalam konsep islam, para dewa dan mahluk jahat dalam kebudayaan hindu jawa diubah menjadi malaikat dan setan dalam islam, sementara kayangan dan narakarta diubah menjadi surga dan neraka yang dijelaskan dalam ajaran islam. Pertukaran latar tersebut hanya terjadi di alam pikiran diakibatkan pengalaman pembacaan kisah cerita sebelumnya yang dianggap mirip.

Hal ini menunjukkan bahwa proses akulturasi budaya Hindu-Jawa dengan agama Islam terjadi secara dinamis dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam Serat Mi'raj, budaya Jawa dan Islam satukan secara harmonis dan menghasilkan karya sastra yang kaya akan makna dan simbolisme. Dengan begitu, keharmonisan antara kebudayaan hindu, jawa dan islam dalam serat mi’raj bukan berarti kedua agama ini di anggap sama atau diadopsi secara menyeluruh. Cerita pada teks serat mi’raj sendiri menggabungkan  elemen-elemen budaya dan agama yang ada p-ada masyarakat Jawanya menjadi suatu kesatuan yang harmonis dengan Islam. 

Dalam harmonisasi ini, ditemukan bahwa unsur-unsur Hindu Jawa dan Islam tidak hanya berdampingan secara sejajar, melainkan juga saling mempengaruhi dan membentuk dialektika yang dinamis. Penulis menemukan bahwa dialog antara kedua agama ini membentuk sebuah    sintesis baru, yang menunjukkan adaptasi dan kreativitas masyarakat Jawa dalam menyambut dan mengolah ajaran Islam yang masuk ke wilayah mereka. 

Contoh potongan cerita yang ada di serat mi’raj :


_Ing suwarga punika nabi Muhammad alun sabdaneya, jabrail sun aningali arsa welu widadari rahim wastani puniku, lumaris lampahira kaliyan jabrail perapta ning mali geya widadari pada mapak mering nabi nira yang widi._


Terjemahan bebasnya: Di Surga ini Nabi Muhammad..bertanya. Jibril tiba-iba melihat delapan bidadari cantik di langit, selanjutnya berjalan bersama Jibril tiba-tiba bidadari itu menjemput Nabiyullah.

Setting cerita di atas adalah surga, tempat perjalanan Nabi Muhammad SAW bersama malaikiat Jibril. Dalam pemahaman orang Jawa yang pernah membaca cerita sebelumnya, surga berada di kayangan tempat indah yang di huni para bidadari dan para dewa. Mi'raj Nabi Muhammad SAW dianalogikan dengan perjalanan Nabi ke kayangan nan alam jauh di sana beliau bertemu dengan delapan bidadari. Angka delapan tidak tergolong angka mistik layaknya angka sembilan yang menandai faham klasifikasi (Sofyan, 2000: 9). Jika kemudian dalam teks SM ada ungkapan delapan bidadari, itu bisa saja terjadi, karena ada faktor interpretasi yang didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan tentang ikatan pengalaman masa lalu yang ditransformir ke situasi masa kini. Kalaupun ada perbedaan terletak pada setting sejarah bahwa tempat kejadian (setting) jelas dan riil tidak imajinatif, dapat dilacak dan dirujuk dalam al-Qur'an, yaitu tokohnya Nabi Muhammad. SAW dan Malaikat Jibril, tempat (latar) Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa di Palestina.



Dalam penelitian tersebut, ditemukan bahwa Serat Mi'raj merupakan sebuah karya sastra yang menggabungkan unsur-unsur kebudayaan Hindu Jawa dengan ajaran-ajaran Islam dalam satu cerita yang utuh dan bermakna. Pengarang Serat Mi'raj mengadopsi banyak unsur-unsur Hindu Jawa, seperti konsep kosmologi, mitologi, dan kerajaan, dan menyesuaikannya dengan ajaran-ajaran Islam, seperti tauhid, sifat-sifat Allah, dan akhirat.

Objek material dari penelitian ini adalah Serat Mi'raj itu sendiri, sebagai sebuah naskah kuno yang memuat kisah perjalanan Nabi Muhammad dalam mengunjungi langit dan surga. Sedangkan objek formal dari penelitian ini adalah perpaduan dinamika dan dialektika antara kebudayaan Hindu dan Islam di Jawa, yang tercermin dalam kisah-kisah dan ajaran-ajaran yang diadopsi dan disesuaikan oleh pengarang Serat Mi'raj dalam karyanya. Dalam penelitian ini, penulis menganalisis konsep-konsep dari kedua agama tersebut yang terdapat dalam Serat Mi'raj, serta bagaimana konsep-konsep tersebut saling berinteraksi dan saling mempengaruhi dalam konteks kebudayaan Jawa pada masa itu.

Metode yang digunakan dalam jurnal “Dialektika Hindu Jawa dan Islam dalam Serat Mi'raj” dapat berupa metode kualitatif dengan pendekatan studi pustaka (literatur) dan analisis teks. Dalam metode ini, penulis melakukan penelusuran terhadap literatur dan sumber-sumber terkait untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang konsep-konsep Hindu dan Islam yang disajikan dalam Serat Mi'raj. Selain itu, penulis juga melakukan analisis terhadap teks Serat Mi'raj untuk mengungkap konsep-konsep Hindu dan Islam yang diadopsi dan disesuaikan oleh pengarang dalam karya tersebut. Analisis ini meliputi pengidentifikasian unsur-unsur kultural, historis, dan teologis dari kedua agama yang terdapat dalam Serat Mi'raj.

Dengan menggunakan metode ini, penulis dapat memberikan gambaran yang lebih utuh dan mendalam tentang dinamika perpaduan dan dialektika antara kebudayaan Hindu dan Islam di Jawa melalui kajian Serat Mi'raj.

Dapat disimpulkan Teks Serat Mi’raj yang tergolong teks sastra islami dipengaruhi unsur mitologi yang menjadi karakteristik cerita Hindu yang kemudian disimilasikan ke dalam kisah dalam sejarah Islam. Transformasi demikian merepresentasikan berjalannya proses berpindahnya keyakinan dan mengubah orientasi sastra yang semula Hindu Jawa ke Islam memahami proses transformasi dibidang sastra khususnya berkaitan dengan proses perubahan agama, yang berimplikasi pada perubahan dan spesifikasi karya sastra.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS