Ticker

6/recent/ticker-posts

INVENTARISASI NASKAH LAMA MADURA

 




Naskah Lama Madura: Warisan Terpendam

  Naskah merupakan salah satu warisan budaya yang sangat berharga bagi suatu bangsa karena menjadi bukti peninggalan yang menyimpan pengalaman, pikiran dan perasaan para leluhurnya. Oleh karena itu, kandungan naskah harus digali agar dapat dimanfaatkan secara maksimal sebagai sumber pengetahuan. Apalagi, keberadaan naskah lama sebagai salah satu warisan budaya, secara nyata memberikan bukti catatan tentang kebudayaan kita masa lalu. Naskah-naskah tersebut menjadi semacam potret zaman yang menjelaskan berbagai hal tentang masa itu. Dengan demikian nilainya sangat penting dan strategis, termasuk dengan naskah lama Madura. Berbicara mengenai naskah lama Madura tentu tidak bisa dilepaskan dari latar kultur dan latar sejarah Madura, yang mengalami berbagai pergeseran dan perubahan orientasi budaya dan agama (Hindu-Budha- Islam), juga afiliasi politik pada masa lalu. Namun, dalam kekiniannya Islam menjadi identitas Madura (Rifai, 2007).

    Tradisi pernaskahan di Madura diperkirakan berlangsung sejak masa berjayanya kerajaan Hindu di Jawa Timur. Hal itu karena sekitar tahun 900-1500, pulau ini berada di bawah pengaruh kekuasaan kerajaan Hindu Jawa Timur seperti Kediri, Singasari, dan Majapahit. Seperti diketahui pada masa-masa itu, kesusastraan Jawa Kuno mengalami masa keemasannya. Di samping itu, terjadi pertalian cukup erat secara politik antara pembesar Jawa Timur dan Madura, terutama pada masa Singasari akhir dan pendirian kerajaan Majapahit. Di sisi lain, di Madura juga berdiri kerajaan-kerajaan lokal yang saling bersaing, akan tetapi sering pula bersatu dengan melaksanakan politik perkawinan. Diantaranya kerajaan-kerajaan tersebut adalah Arosbaya. Blega, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep.

Inventarisasi Naskah Lama Madura

  Data naskah Madura hingga kini belum bisa ditentukan dengan pasti berapa jumlahnya karena inventarisasi naskah secara maksimal belum pernah dilakukan. Menurut Henri Chambert-Loir dan Oman Fathurrahman (1999: 127), naskah Madura yang kini tersimpan dalam perpustakaan umum di seluruh dunia tidak sampai 500 buah.

 Pemilik Naskah Madura dan Koleksinya

   Mendapatkan satu naskah lama Madura tidaklah mudah. Pemilik naskah cenderung tidak ingin naskahnya didokumentasikan. Ada warga yang beralasan jika naskah tersebut berisi mantra-mantra yang tidak sembarang orang boleh membukanya karena masih memerlukan rir khusus. Selain naskah mantra yang sulit sekali didata, naskah- yang ada di pondok pesantren juga tidak mudah untuk dinventari. Kendala utama yang dihadapi ada pada masalah perizinan yang sangat sulit. Padahal, Madura terkenal memiliki banyak pondok pesanten,baik pesantren salafiyah maupun pesantren modern. Namun terlepas dari beberapa kendala yang dihadapi, naskah- naskah milik pribadi yang berhasil didata oleh tim inventarisasi adalah sebagai berikut:

1. Abdullah Hamid adalah salah satu pemilik naskah Madura yang tinggal Desa Kaduara Barat, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan. Ia memiliki kurang lebih 30 naskah Madura yang disimpan dalam sebuah peti. Naskah tersebut diperoleh dari ayahanda yang dikenal oleh masyarakat sekitar sebagai seorang Kiai.

Berikut 14 naskah yang sudah terdata:

 Kitab Samar Qodi (berkaitan dengan hukum agama dan ilm fiqih)

 Kitab Mobin Sanosy (berkaitan dengan ilmu tauhid)

 Kitab Tauhid (berkaitan dengan ilmu tauhid)

 Kitab Nahwu Syorof (berkaitan dengan tatabahasa Arab)

 Kitab Fiqih (berkaitan dengan keimanan, cara tayamum/istinja'/ wudhu'/salat dll)

 Kitab Tauhid (keimanan kepada Tuhan, malaikat, dan nabi)

 Kitab Nahwu (berkaitan dengan tatabahasa Arab).

 ⚫ Kitab Nahwu/Syahril Awamil (berkaitan dengan tatabahasa Arab) Bunga Rampai (Kitab Tauhid, Fiqih, dll)

 Kitab Fiqih (rukun islam, salat, najis, dll) Kitab Fiqih (mandi besar/bersuci, salat, puasa, dll)

 Bunga Rampai (Kitab Tauhid, Fiqih, dan Syarhinuqayyah) berkaitan dengan keimanan, biografi para nabi, doa-doa, dll.

 Kitab Nahwu (berkaitan dengan ilmu tatabahasa Arab).

 Kitab Nahwu (berkaitan tentang tatabahasa Arab)

2. K.M. Faizi adalah Ketua Pondok Pesantren Annuqayyah, Guluk- guluk, Sumenep, la mewarisi lima naskah lama Madura berbahasa Madura dari ayahanndanya yang pernah menjadi Pengasuh Ponpes Annuqayyah di Desa Sabanjarin.

Berikut kelima naskah yang terdata:

 Qishatul Isro' Wal Miraj, dikarang oleh K.H. As'ad Syamsul Arifin. Naskah aslinya menurut sebuah sumber dirulis sekitar tahun 1920-an.

 Syiir Bahasa Madura (Kisah Nabi Idris, Isa, dan Siti Maryam). Naskah dikarang oleh K.H. As'ad Syamsul Arifin dan ditulis oleh Muhammad bin Hamzah. Naskah berbentuk puisi ini ditulis tangan dengan menggunakan huruf Arab dan berbahasa Madura.

 Syiir Madura fi Qisah (Kisah nabi Ismail dan Nabi Ibrahim).Naskah dikarang oleh K.H. As'ad Syamsul Arifin dan ditulis oleh Abdus Shamad Al Bukhori.

 Syiir Madura fi Qisah (Kisah Ratu Abrohah Menyerbu Ka'bah). Naskah dikarang oleh K.H. As'ad Syamsul Arifin dan ditulis olch Ustad Baihaki bin Syekh Ismail serta diberi ilustrasi olch Abdus Shamad Al Bukhori.

 Syiir Madura Caretana Oreng Mare dikarang oleh Raden Muhammad Aminullah, Tarasak, Pamekasan. Naskah ini bercerita tentang perjalanan orang setelah meninggal d Naskah ini disalin entah yang ke berapa, tetapi tertera di Sumenep, 15-9-1999. Naskah ini merupakan naskah salina... namun naskah aslinya sampai detik ini masih belum terlacak.

3. Naovem Ali Sahos Sudirman

 adalah salah satu pemilik naskah Madura berbentuk macapat yang berisi kisah Nabi Yusuf AS. Menurut pengakuannya, dulu ia memiliki banyak naskah lama Madura pemberian ayahandanya. Karena merasa tidak membutuhkan dan tidak memahami isinya, ia memberikan naskah tersebut kepada orang lain yang dianggap lebih paham dan membutuhkan. Ketika kami datang ke rumahnya di Dusun Kebun, Desa Polagan, Kecamatan Galis Pamekasan, dengan mudah ia melacak kembali naskah-naskah tersebut.

beberapa naskah Madura berhasil didokumentasikan sebagai berikut.

a.H. Mukrim warga Dusun Bulung, Desa Dasuk, Kecamatan Pademawu, Pamekasan. Ia menyimpan tiga naskah Madura, yaitu:

 Naskah Ambiak (cerita 25 nabi) berbentuk macapat dan berisi tentang kisah nabi-nabi.

 Atmorogo dan Patmoroso, ditulis oleh Ki Anom Merto Dirjo. Naskah ini bercerita tentang Atmorogo bersama Sujarmanik yang berguru kepada Imam Drajat untuk memperdalam ilmunya. Selain itu, naskah berisi tentang kisah Patmoroso yang berkelana untuk memperdalam agama Islam.

 Patmoroso dan Silsilah Buju' Agung Rabah, ditulis Ki Suma Truno. Naskah tersebut berisi tentang pertemuan Raden Patmoroso dengan Dewi Sujarmanik dan membicarakan syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat. Selain itu, bercerita tentang Kiai Abdurrahman, putra Pangeran Bukabu Sum yang meninggalkan kerajaan dan bermukim Rabah.

b. Durat/Parki warga desa Kaduara Barat, Kecamatan Larangan, Pamekasan. Ia memiliki satu naskah berupa kitab Alquran. Di dalam naskah tersebut tertulis: "Pemilik awal naskah adalah Demang Tambak Yudo, namun dihibahkan pada tahun 1273 H kepada anaknya Sarbidin dan disaksikan oleh Kiai H. Abdurrahman dan ayahanda Kiai Marsuki".

c. Muhalli adalah warga Pamekasan yang tinggal di Desa Lembung, Kecamatan Galis Pamekasan. Ia menyimpan dua naskah Madura.

d. Mattarip merupakan warga yang tinggal di Dusun Kebun, Desa Polagan, Kecamatan Galis Pamekasan. Ia menyimpan tiga naskah lama Madura.

e. Mattari, warga Dusun Kebun, Desa Polagan, Kecamatan Galis, Pamekasan. Ia memiliki naskah berjudul Bhar Kiamat, yang ditulis menggunakan bahasa Madura. Naskah berbentuk macapat ini berisi tentang kematian, siksa kubur, dan gambaran terjadinya hari kiamat.

f. Di rumahnya yang terletak di Dusun Bilaan, Desa Montok Kecamatan Larangan, Pamekasan, Su'udi menyimpan empat naskah lama Madura. Naskah tersebut merupakan naskah warisan yang diperolehnya secara turun-temurun

g. Marsuki tinggal di Desa Polagan, Kecamatan Galis, Pamekasan. la memiliki satu naskah primbon yang berisi tentang perjodohan dan penentuan hari/waktu untuk melaksanakan perjodohan dan pekerjaan.

4. R.M. Hasan Sasra, pensiunan Dinas Pendidikan Kebudayaan Bangkalan merupakan salah satu sesepuh Madura yang sangat peduli terhadap budaya, sejarah, dan perkembangan bahasa Madura. Ia tinggal di Jalan K. Abdul Karim No.5, RT 2/RW 2, Pangeranan-Bangkalan. Ia memiliki satu naskah berupa duplikat Madoeka en Ziyn Vor Stenhus, ditulis RM. Adipati J. Tjokroningrat menggunakan huruf latin dan berbahasa Belanda. Naskah tersebut berisi tentang sejarah/babad Bangkalan. Naskah aslinya masih belum bisa dilacak keberadaannya.

5. Kurniawan adalah salah satu dosen STKIP Bangkalan. la menyimpan tiga naskah lama Madura.

6. Sunar Dwiadjowahono adalah salah satu dosen Bahasa dan Sastra di STKIP Bangkalan. Ia menyimpan satu naskah berupa Bunga Rampai (Dalil), berisi tentang Hakikat manusia sejati, di rumahnya di Jalan Tengku Umar, RT 03/RW 03, Perumahan Kaskel, Kemayoran, Bangkalan.

Penulis :Sintia Aulia Mahasiswa Universitas Andalas Jurusan Sastra Minangkabau Fakultas Ilmu Budaya


Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS