Ticker

6/recent/ticker-posts

Mitos “kalau lalok kaki jan maarah ka kuburan, beko kanai pindahan” di nagari sijunjung

 


Oleh Fajri Frayoga

Mahasiswa Jurusan Sastra Minangkabau, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas.


     Sumatera Barat adalah salah satu provinsi yang ada di Indonesia. Ibukota Sumatera Barat adalah Padang. Pasti kita sudah tidak asing lagi dengan kata Padang karena salah satu yang membuat nama Padang terkenal adalah tersebarnya rumah makan nasi padang diseluruh wilayah Indonesia. Orang Sumatera Barat kebanyakan disebut orang Padang karena yang dikenal orang di Sumatera Barat itu paling dominan adalah Padang padahal juga ada kota disumatera barat yang terkenal seperti Bukittinggi dengan jam gadangnya dan pariaman dengan festival tabuiknya dan juga banyak daerah lain disumatera barat yang terkenal dengan budaya ataupun keindahan alamnya.

     Orang minangkabau itu dipastikan beragama islam karena falsafah orang minangkabau itu adalah “adat basandi syarak,syarak basandi kitabullah” yang berarti adat minangkabau itu berpedomankan kepada agama yaitu agama islam dan agama itu berpedomankan kepada kitab yaitu Al-Quran. tetapi orang padang atau orang sumbar belum tentu beragama Islam karena disumatera barat juga ada etnik lain seperti etnik jawa, cina, keturunan india dan batak nias. Diminangkabau masih banyak masyarakat yang mempercayai mitos atau kepercayaan rakyat yang beredar dari mulut ke mulut salah satunya adalah mitos tentang larangan tidur dengan kaki mengarah ke kuburan.

     Kepercayaan masyarakat mengenai tidur kaki tidak boleh mengarah ke kuburan yang ada disurau simauang masih berkembang disijunjung tepatnya di jorong tapian niaro, konon katanya kalau kaki mengarah ke kuburan maka kita akan dipindahkan kekuburan tersebut oleh roh atau penghuni yang ada di kuburan itu. Selain kepercayaan ini dari pernyataan informan hal tersebut juga  bertujuan untuk menghormati kuburan tersebut karena tidak sopan jika kaki diarahkan ke makam para pendahulu disurau simauang atau orang yang dihormati disurau simauang.

     Dari yang saya amati dari penyampaian informan masyarakat disana masih menjalankan larangan ini karena dari cara penyampaian terliat jelas bahwa dia sangat menekankan kepada saya agar tidak melanggar larangan itu. Tetapi penyampaian informan jelas dan saya bisa memahaminya.

     Menurut saya larangan ini bisa saya percayai juga karena larangan-larangan mengenai etika atau adab yang berhubungan dengan kuburan ini juga banyak tersebar didaerah lain. Dan didaerah saya juga ada kepercayaan kalau tidak boleh menunjuk kuburan nanti jari kita bisa bengkok, tidak boleh melangkahi kuburan nanti kaki kita bisa patah. Orang dikampung saya juga masih mempercayai larangan ini.

     Keberadaan sebuah mitos itu sudah beredar sejak dahulu. Kebenaranya tidak dapat dibuktikan dengan ilmu pengetahuan dan mitos ini tidak diketahui siapa pengarang atau dari mana awal mulanya mitos ini munvul sehingga bisa dipercayai oleh masyarakat setempat. Percaya atau tidak itu semua tergantung kepada pribadi kita masing – masing. Tetapi perlu diingat jika kita pendatang disuatu tempat maka patuhilah aturan atau larangan yang ada ditempat tersebut. Selain untuk menyelamatkan diri dari gangguan makhluk tak kasat mata ataupun dari hal – hal yang tidak diinginkan. Dengan mematuhi aturan atau larangan yang ada ditempat kita kunjungi akan membuat penghuni atau warga setempat merasa dihargai. Karena setinggi apapun ilmu yang kita miliki jika tidak mempunyai adab maka tidak ada gunanya. Perlu diingat bahwa adab itu lebih tinggi daripada ilmu.

     Semua informasi yang penulisan paparkan mengenai mitos diatas adalah hasil dari wawancara penulis dengan beberapa informan yang ada dinagari sijunjung. Wawancara ini dilakukan saat penulis kuliah lapangan pada sebuah mata kuliah dikampus penulis menuntut ilmu.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS