Ticker

6/recent/ticker-posts

Di Sumbar, Mahasiswa/i Bakal Putus Kuliah Perlu Empati Dari Semua Pihak



Di Sumbar, Mahasiswa/i Bakal Putus Kuliah Perlu Empati Dari Semua Pihak



oleh: Obral Chaniago



Padang. 

Memprihatinkan info yang berkembang saat ini di salah satu Perguruan Tinggi tersohor di Sumatera Barat (Sumbar) bahwa bakal ada mahasiswa/i terancam putus kuliah alias berhenti kuliah ulah tak sanggup lagi membayar uang semester. 

Disebabkan mahasiswa/i ini tak termasuk lagi didalam data digitalisasi sebagai penerima Kartu Indonesia Pintar (KIP) atau sejenisnya yang seharusnya berlanjut sampai ke Perguruan Tinggi terkait. 

Fenomena ini seyogianya banyak pihak yang harus peduli dan berempati guna menemukan solusi supaya generasi ini tak jadi berhenti atau putus kuliah. 

Di Sumbar, mahasiswa bakal putus kuliah perlu empati dari semua pihak, seyogianya demikianlah hendaknya. 


Namun, terkait dengan informasi yang berkembang belum lama ini tentang adanya ratusan mahasiswa mampu secara akademik tapi tak mampu secara ekonomi ini, diperlukan solusi utamanya adalah dari pihak Perguruan Tinggi itu sendiri untuk mengatasi jalan keluarnya dalam waktu jangka pendek agar ratusan mahasiswa/i ini tak jadi berhenti kuliah. 


Sebenarnya, terkait dengan fenomena ini untuk menangani solusi cepat tepat sasaran terutama sekali jika Perguruan Tinggi terkait ini memberlakukan penerimaan mahasiswa/i Jalur Mandiri (biaya kuliahnya lebih besar dari penerimaan mahasiswa non Jalur Mandiri) sebagai konsep Perimbangan Bagi Mahasiswa yang non Jalur Mandiri dengan upaya untuk perbandingan dalam penerimaan keuangan Plus-Minus bagi Perguruan Tinggi tersebut. 


Dengan demikian pimpinan tertinggi pada Perguruan Tinggi atau rektorat nya, seharusnya,.. mengambil sikap cepat guna merundingkan dengan Kementerian Pendidikan Kebudayaan dan Direktorat  Jenderal Pendidikan Tinggi (Kemendikbud-Dirjen Dikti) Pusat, bertujuan supaya jangan ada yang putus kuliah putra-putri Sumbar khususnya dan mahasiswa/i pada Perguruan Tinggi yang tersohor di negeri bundo kandung ini. 


Dengan fenomena demikian, seharusnya pihak rektorat pada Perguruan Tinggi ini pula-bukan apatis, statis, tetapi yang diperlukan adalah dengan keinginan yang berbalut dengan sikap dinamis dan humanis agar jangan terjadi berhenti atau putus kuliah supaya mereka bisa sama sama menapak masa depan dengan rekan rekan se-usianya, jika mereka tak tersentuh dengan program Dikti Midik Misi. 


Kalau diamati, Perguruan Tinggi yang telah tersohor di negeri ini pun juga sudah tercatat sebagai Perguruan Tinggi-Badan Hukum Universitas ( BHU)-dengan sendirinya biaya atau uang perkuliahan menjadi naik sekian persen pula dari sebelumnya, yang disebabkan Perguruan Tinggi ini menuju Otonomi Kampus. 

Disini akan terlihat nyata derajat Otonomi Kampus pada Perguruan Tinggi ini pun semakin tertantang dengan pembiayaan uang kuliah semakin menantang bagi peserta didik di Perguruan Tinggi ini. 


Sehingganya pula Perguruan Tinggi ini pun teramat perlu membikin konsep baru sebagai wujud perimbangan dalam program kaya marwah Universitas tetapi juga teramat perlu pula adanya konsep padat sosial secara otonomi kampus, pula. 

Dengan demikian, sinkronisasi antara peserta didik yang mampu secara akademik tetapi tak mampu secara ekonomi para orangtua dari peserta didik di Perguruan Tinggi, ini. 


*Sinkronisasi Unitas Dengan Dunia Kerja*##


Terkait dengan fenomena tersebut bakal adanya mahasiswa/i putus kuliah atau berhenti kuliah. 


Sehubungan ini ketika awak media ini memperbincangkannya dengan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Sumbar, Nizam Muluk menegaskan, seharusnya Perguruan Tinggi terkait harus dapat menemukan solusi cepat, katanya. 

Pasalnya, untuk dapat diterima masuk kuliah pada Perguruan tinggi negeri itu bukanlah sebuah usaha yang gampang bagi generasi muda yang berhasil untuk lulus pada Perguruan Tinggi tersebut. 


"Dan, pihak rektorat juga teramat perlu mencapai solusinya-seyogianya mereka terus dapat berlanjut kuliah tanpa adanya pemberhentian putus kuliah", umpatnya kecewa. 


Dia (Nizam Muluk) menyebutkan, ada sebanyak 50 ribu orang pertahun jebolan dari seluruh Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta (PTN-PTS) di Sumbar, ujarnya. 


" Artinya, PTN/PTS yang hanya bisa melahirkan para sarjana pengangguran karena tak diiringi dengan konsep para lulusan dengan materi perkuliahan Dunia Industri-dengan Dunia Usaha Dunia Industri-Dunia Usaha Dunia Akademik (Dudi-Duda). Akibatnya, setiap tahun PTN/PTS mencetak pengangguran", umbar lanjutnya, Kadisnaker Sumbar, Nizam Muluk. 


"Karena peluang kesempatan kerja sekarang ini lebih besar di luar negeri melalui pengiriman Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) yang membutuhkan disiplin ilmu Dudi dan Duda", imbuhnya. 

Pada kenyataannya, dunia akademik pada PTN/PTS jalan sendiri, dan Dudi juga jalan sendiri, sehingga peluang kesempatan kerja diluar negeri hanya bisa terisi 0, 7 persen saja dari permintaan yang dibutuhkan. 

Pada hal peluang di pilar kerja di luar negeri bisa berpenghasilan 30 sampai dengan 40 juta rupiah perbulan. Yang teramat dibutuhkannya adalah skil ilmu Dudi dan bahasa Inggris serta bahasa khusus di negara industri tersebut. 


"Seharusnya pula, adanya sinkronisasi Universitas (Unitas) dengan dunia kerja-Duda dengan Dudi", pungkasnya.(*).

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS