NAMA : PUTRI NOPALIZA
JURUSAN : SASTRA MINANGKABAU, FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS ANDALAS
Silek adalah salah satu seni bela diri tradisional khas etnis Minangkabau yang berasal-usul dari wilayah Sumatra Barat di Indonesia.
Di samping sebagai bekal untuk merantau, silek penting untuk pertahanan nagari terhadap ancaman dari luar. Silat Minangkabau juga dapat sebagai sarana hiburan yang dipadukan dengan drama yang dinamakan Randai. Yang berisikan nasihat Dan petuah Dari Nenek Moyang yang diturunkan secara turun temurun.
Guru Tuo Silat di Minangkabau, secara tradisi mengajarkan melalui beberapa proses tingkatan dari seorang anak Sasian, sampai kepada tingkat kekalifahan dalam ilmu Silat. Sebagai seorang Guru Tuo / Kalifah Silat tidak saja menguasai teknik fisik Silat tetapi juga harus menguasai kombinasi penge tahuan Adat, Silat dan Syarak. Karena itu seorang yang ditempa dalam Sasaran Silat Tradisi, tidak hanya menguasai teknik silat secara fisikal saja, tetapi juga menguasai rambu-rambu adat dan nilai-nilai ajaran syarak secara utuh dan matang. Kalau tidak, maka mereka belum bisa dikategorikan sebagai Guru Silat, tetapi hanya sebagai pelatih atau instruktur silat saja. Bahkan pada zamannya pewaris-pewaris pendiri sebagai Guru Utama Silat Minangkabau memiliki latar belakang Ahli Adat, Ahli Falsafah, Ahli Sastra Tradisi dan Ahli Dzikir bahkan Ahli Thariqah Sufi. Belajar tuntas, jujur setia dan tahan uji dengan nafas ketaqwaan kepada Allah Swt. sampai dapat kaputusan, “bakaputusan” bahkan untuk kekalifahannya/pimpinanya diberikan “ijazah” sesuai aliran yang dipelajarinya. Tidak Liar ! Salah-salah bisa menyesatkan.
Selanjutnya beliau mengatakan :
“Kok awak indak tau jo sejarah (dan kearifan local), tarutamo sejarah nagari awak kajadi apo awak namonyo tu. Sabab urang lalu, lamak sajo dek inyo ma-alieh jalan, urang panggaleh lamak sajo dek inyo ma-anjak sukek.”
(Kalau kita tidak tahu dengan sejarah terutama sejarah (kearifan local) negeri kita sendiri akan jadi apa kita namanya itu, sebab orang lalu enak saja baginya mengalihkan jalan, saudagar enak saja baginya memindahkan takaran.)
Secara khusus dalam hubungannya dengan Silek Minang diterangkan beliau lebih lanjut :
“Mangkonyo bagi orang Minang, baraja silek indak sekadar belajar langkah malangkah jo gelek manggeleh sajo do, tapi baraja silek tu juo baraja sejarah jo silsilah. Sabab, baraja sejarah, tau jo diri, tau jo diri tau di adaik, tau diadaik tau jo agamo, sandi basandi, jalin bajalin, ka ateh ka bawah, ka suok ka kida, ka muko ka balakang, indak bisa dipisah-pisah do. Maliputi kasadonyo. Itulah nan dikecek-an sajarah iduik, sajarah nan indak mati-matinyo salamo dunie ko takambang.”
(Makanya bagi para Pandeka orang Minang (calon Cati Bilang Pandai), belajar Silat itu juga belajar sejarah, belajar Salasilah (jamak silsilah) belajar saluak baluak nagari awak nan sistemnyo indak samo jo nagari lain do. Sebab belajar sejarah (local) tahu dengan diri, tahu dengan diri tahu dengan adat, tahu dengan adat tahu dengan agama, sandi bersandi, jalin berjalin,ke atas ke bawah ke kanan ke kiri, ke muka ke belakang, tidak bisa dipisah-pisahkan adanya. Meliputi semuanya. Itulah yang dikatakan sejarah hidup, sejarah yang tidak mati-matinya selama dunia ini terkembang). Itolah nan Pandeka Cadiak Tau Pandai. Pandang hari pandang kutiko, langkah salangkah baparetongan, langkah sasuai jo ukuran.
menurut seorang ahli silek Boechori Ahmad mengatakan, pencak merupakan fitrah
manusia untuk membela dirinya sendiri, sedangkan silat menjadi sebuah unsur yang
menghubungkan gerakan serta pikiran. silat adalah gerak bela diri tingkat tinggi yang
disertai dengan perasaan sehingga merupakan penguasaan gerak efektif dan terkendali
serta sering dipergunakan dalam latihan sabung atau pertandingan. Sifat perantau dari
masyarakat Minangkabau telah membuat silek Minangkabau sekarang tersebar ke
mana-mana di seluruh dunia. Pada masa dahulunya, para perantau ini memiliki bekal
beladiri yang cukup dan ke mana pun mereka pergi mereka juga sering membuka
sasaran silat (perguruan silat) di daerah rantau dan mengajarkan penduduk setempat
beladiri milik mereka. Silek yang menyebar ke daerah rantau (luar kawasan
Minangkabau) ada yang masih mempertahankan format aslinya ada yang telah
menyatu dengan aliran silat lain di kawasan Nusantara. Beberapa perguruan silat
menyatukan unsur-unsur silat di Nusantara dan Silek Minang masuk ke dalam jenis
silat yang memengaruhi gerakan silat mereka.
Salah satunya adalah silek harimau campo. Silek harimau campo adalah seni bela diri
budayaMinangkabau, Silek harimau campo memiliki gerakan serupa harimau
berkelahi. Silek ini digunakan ketika keadaan mendesak dan mengilak dari musuh
silek harimau ini adalah keturunan dari silek campo yang banyak ditemukan di nagari
minangkabau. Meskipun dalam pertarungan, pesilat diajarkan mengalahkan musuh
dengan singkat, akan tetapi tujuan utama dari pelatihan silat Harimau adalah
pembentukan mental-moral, kekeluargaan, dan silaturahmi.jadi walaupun pesilat
berlatih dengan keras, akan tetapi hati tetap harus lembut dan penuh keikhlasan. Jiwa
harus menjadi jiwa yang mandiri, bermanfaat bagi orang lain, agama, bangsa dan negara.
silek pada mulanya berfungsi sebagai antisipasi pertahanan diri masyarakat
Minangkabau untuk menjaga nagari bangso Minangkabau (tanah Sumatra Barat) dari
ancaman musuh yang bisa datang sewaktu-waktu. Pada perkembangannya, silek
bukan hanya berfungsi sebagai seni bela diri saja, namun juga dapat sebagai sarana
hiburan, salah satu contohnya yakni silek biasanya juga dapat dipadukan dengan
drama tradisional khas Minangkabau yang dikenal sebagai Randai.
Para tuo silek juga mengatakan jiko mamancak di galanggang, kalau basilek dimuko musuah (jika melakukan tarian pencak di gelanggang, sedangkan jika bersilat untuk menghadapi musuh). Oleh sebab itu para tuo silek (guru besar) jarang ada yang mau mempertontonkan keahlian mereka di depan umum bagaimana langkah-langkah mereka dalam melumpuhkan musuh. Oleh sebab itu, pada acara festival silat tradisi Minangkabau, maka penonton akan kecewa jika mengharapkan dua guru besar (tuo silek) turun ke gelanggang memperlihatkan bagaimana mereka saling serang dan saling mempertahankan diri dengan gerakan yang mematikan. Kedua tuo silek itu hanya melakukan mancak dan berupaya untuk tidak saling menyakiti lawan main mereka. Karena menjatuhkan tuo silek lain di dalam acara akan memiliki dampak kurang bagus bagi tuo silek yang "kalah". Dalam praktik sehari-hari, jika seorang guru silat ditanya apakah mereka bisa bersilat, mereka biasanya menjawab dengan halus dan mengatakan bahwa mereka hanya bisa mancak (pencak), padahal sebenarnya mereka itu mengajarkan silek (silat). Inilah sifat rendah hati ala masyarakat Nusantara, mereka berkata tidak meninggikan diri sendiri, biarlah kenyataan saja yang bicara. Jadi kata pencak dan silat akhirnya susah dibedakan. Saat ini setelah silek Minangkabau itu dipelajari oleh orang asing, mereka memperlihatkan kepada kita bagaimana serangan-serangan mematikan itu mereka lakukan. Keengganan tuo silek ini dapat dipahami karena Indonesia telah dijajah oleh bangsa Belanda selama ratusan tahun, dan memperlihatkan kemampuan bertempur tentu saja tidak akan bisa diterima oleh bangsa penjajah pada masa dahulu, jelas ini membahayakan buat posisi mereka.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa silat itu berasal dari kata silek. Kata silek pun ada yang menganggap berasal dari siliek, atau si liat, karena demikian hebatnya berkelit dan licin seperti belut. Di tiap Nagari memiliki tempat belajar silat atau dinamakan juga sasaran silek, dipimpin oleh guru yang dinamakan Tuo Silek. Tuo silek ini memiliki tangan kanan yang bertugas membantu dia mengajari para pemula.
0 Comments