Ticker

6/recent/ticker-posts

Perguruan dan Sanggar Silek Yang Ada Di Bukittinggi

 


Oleh Nisa Aulia

Mahasiswa Universitas Andalas



Silek merupakan salah satu seni bela diri yang terdapat di Minangkabau. Diminangkabau pada jaman dahulu pada umumnya baik perempuan maupun laki-laki dapat menguasai beladiri silek ini. Menurut warisan budaya kemendibud Silek atau silat adalah seni beladiri yang dimiliki oleh masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat, Indonesia yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Masyarakat Minangkabau memiliki tabiat suka merantau semenjak beratus-ratus tahun yang lampau. Untuk merantau tentu saja mereka harus memiliki bekal yang cukup dalam menjaga diri dari hal-hal terburuk selama di perjalanan atau di rantau, misalnya diserang atau dirampok orang. Disamping sebagai bekal untuk merantau, silek penting untuk pertahanan nagari terhadap ancaman dari luar.

Pada dasarnya silek memiliki dua fungsi yaitu panjago diri (pembelaan diri dari musuh) dan parik paga nagari (system pertahanan nagari). Karena dua fungsi ini masyarakat Minangkabau pada jaman dahulu perlu memiliki system keamanan dan pertahanan diri dari musuh yang bisa saja dating kapanpun. Menurut tuo silek (guru silat) dilihat dari istilahnya pencak silat terdiri dari dua kata yaitu pencak yang artinya mancak dan silat yaitu silek itu sendiri. Mancak dan silek juga merupakan dua hal yang berbeda, dimana mancak berarti gerakan-gerakan tarian silat yang dipamerkan di dalam acara-acara adat atau acara-acara seremoni lainnya. Gerakan-gerakan untuk mancak diupayakan seindah dan sebagus mungkin karena untuk pertunjukan. Sedangkan silek itu sendiri bukanlah untuk tari-tarian itu lagi, melainkan suatu seni pertempuran yang dipergunakan untuk mempertahankan diri dari serangan musuh, sehingga gerakan-gerakan diupayakan sesedikit mungkin, cepat, tepat, dan melumpuhkan lawan.

Silek di Minangkabau memiliki banyak aliran seperti silek tuo, silek harimau,silek lintau, dan masih ada silek-silek lainnya. Dikenagarian Sianok Anam Suku, Kecamatan IV Koto Kabupaten Agam terdapat salah satu sanggar silek yang masih aktif hingga sekarang. Sanggar silek ini menganut aliran silek tuo. Adapun yang dimaksud dengan silek tuo yaitu aliran silat yang dianggap paling tua yang turun dari daerah Pariangan, Padang Panjang, tapi ada pendapat lain yang mengatakan bahwa silat ini mulanya dikembangkan oleh Tuanku Nan Tuo, salah seorang anggota Harimau Nan Salapan atau golongan paderi. Jika pendapat ini diterima, maka "Silat Tuo" di Minangkabau terinspirasi dari gerakan binatang seperti harimau, buaya dan kucing.

dalam silat ini dikenal prinsip Tangkis Jurus Satu, Serang Jurus Dua. Jadi pada awalnya ilmu persilatan  di Minangkabau ini mengajarkan pada anak  sasiannya (murid) untuk tidak memulai perkelahian. Tangkis jurus satu mempunyai  makna, bahwa tugas utama setiap anak  sasian atau pesilat adalah menghindarkan  perkelahian. Sedangkan Serang jurus dua  mempunyai makna: bila musuh datang  setelah mengelakkan serangan baru boleh  menyerang. Ilmu ini memang diaajarkan secara langsung dalam silek tuo, akan tetapi dalam silek ini tidak diajarkan bagaimana cara menyerang melainkan diajarkan bagaimana cara untuk mengelak. Mengelak digunakan untuk menghundari perkelahian, setelah serangan lawan ditangkis barulah ada jurus untuk menyerang.


Selain sanggar Anam Suku di Sianok juga di Buktiinggi sendiri juga terdapat perguruan silat yang bernama Satria Muda Indonesia. Satria Muda Indonesia ini pada awalnya berasal dari Perguruan Silat Baringang Sakti yang mengajarkan silek Minangkabau, kemudian berkembang dengan menarik berbagai aliran silat di Indonesia ke dalam perguruannya. Perguruan ini memiliki aliran silek harimau singgalang. Aliran silek singgalang ini didirikan oleh Bapak Haji Syofyan Nadar dilahirkan pada tahun 1958 di sebuah desa di kabupaten Kerinci Jambi. Beliau adalah merupakan anak ketiga dari tujuh bersaudara. Ayahnya bernama Nadar dan Ibu berasal dari Pariaman yang bernama Nani dari Pesisir Selatan bersuku Bendang, yaitu dari desa Asam Kumbang Bayang. Pak H. Syofyan Nadar mulai belajar silat sejak berumur 13 tahun di Kerinci. 

Saat pertama kali belajar silat Pak Syofyan Nadar pertama kali ditanya oleh guru silatnya (alm) Pak Bahtiar Tenjak akan kesungguhannya untuk belajar silat. Pada saat akan belajar silat Pah Syofyan membawa persyaratan seperti kain putih tiga kabung, satu buah pisau, seekor ayam,limau tujuh macam, sirih lengkap, beras, duit seadanya. Pada tiga bulan pertama beliau hanya membuat kopi yang disuruh oleh gurunya, selamai itu beliau hanya memperhatikan teman-teman beliau yang lain yang sedang berlatih. Dikarenakan jenuh karena tak kunjung diajari Gerakan silat Pak Syofyan akhirnya mencari hari Latihan untuk ia berlatih, namun hari itu berbeda dengan teman-temannya yang lain, dimana teman-temannya Latihan pada hari Kamis sore sedangkan beliau berlatih pada hari Rabu pagi dengan berbekalkan sebungkus nasi, seikat pisang, satu bungkus rokok dan uang seratus rupiah. Beliau berlatih di Bukit Sentiong, disana sebelum berlatih ia membersihkan ladang ubi terlebih dahulu. Pak syofyan lain juga belajar di perguruan atau di sasaran-sasaran yang lainnya. di setiap sasaran beliau mengisi rukun dan syarat belajar hingga ke Pesisir. 


Smi merupakan induk dari seluruh aliran enam aliran dari Pulau Jawa dan tiga belas aliran dari Minangkabau. Aliran dari Jawa yaitu cimande, bongkar kendang, pamacan, golok cikalong, syahbandar dan beksi. Sedangkan yang dari Minangkabau ada silek tuo, taralak, pangian, sunua, pauah, silek tuo taram, silek alu pontong, aliran bayang buayo, dan lainnya. dan salah satu aliran yang terdapat di SMI ini yaitu aliran harimau singgalang. Aliran silek harimau singgalang ini merupakan perpaduan dari silek parimau pongasan dan harimau sikabu, gabungan dari dua aliran tersebut menjadi aliran silek harimau singgalang ini. Aliran ini dinamakan harimau singgalang karena istri dari bapak Syofyan ini adalah orang Singgalang. 

Aliran silek harimau singgalang ini lebih terkenal di luar negri. Dari sini dapat dikatakana bahwa silek Minang termasuk barang yang sangat dihargai oleh bangsa asing, namun sayangnya disia-siakan. Menurut Pak Syofyan jika silek Minang tidak memiliki kualitas, tidak akan mungkin orang asing jauh-jauh belajar ke negeri kita. Pengalaman beliau mengajar bule itu pada tahun 1992. Pada saat itu beliau setelah shalat Isya berjalan kaki dari rumah belia di Bukit Cangang berjalan kaki hingga bengkel pelita pada malam hari.  Pada waktu itu bule yang diajari beliau sudah memiliki bekal selama lima tahun di ji jut su, lima tahun di Kungfu dan lima tahun di taichi. Sebelum bule tersebut belajar silat pertama kali Pak Syofyan menguji pernafasannya, namun pada saat beliau menembak orang tersebut dengan pernafasan tigaa jari bule tersebut malah terjungkal, lalu ia bangkit dan berkata bahwa ia hendak belajar silat. Murid-murid Pak Syofyan yang berasal dari luar negri ternyata dating dari berbagai negara seperti Polandia, Arizona, California, Jerman, dan Amerika. 

Selama belajar silat Pak Syofyan merasakan sudah merasakan lebih dari cukup dalam mengelola silek, contohnya dengan silek ini beliah telah melaksanakan ibadah haji dan juga sudah menjajaki negeri orang, dengan silat beliau memiliki banyak teman dan famili, hal tersebut merupakan sudah suatu kepuasan bagi belaiu.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS