Nama : Pinta NirwanaPekerjaan : Mahasiswa Universitas Andalas Jurusan Sastra Daerah Minangkabau
Provinsi Sumatera Barat yang terkhususnya daerah Minangkabau memiliki beberapa kearipan lokal dan budaya yang saat ini masih kental dan saat ini masih berkembang contohnya dalam ilmu bela diri , yang mana masyarakat Minang menggunakan ilmu dirinya dengan sebutan Silek / silat yang mana silek atau silat ini adalah seni sebuah ilmu bela diri yang digunakan atau di pelajari untuk membela diri untuk pertahan diri , yang mana pada dasarnya masyarakat Minangkabau kebiasaanya Merantau yang mana mereka menggunakan ilmu silek sebagai bekal mereka untuk pertahanan selama diperantauan namun ilmu silek ini digunakan untuk hal positif tidak digunakan juga semena mena , dan jika kita punya ilmu silek kita juga tidak boleh menggunakannya sembarangan dan ilmu silek ini digunakan untuk hal yang terdesak saja dan ilmu silek atau silat biasanya digunakan untuk ilmu bela diri menghadpi serangan musuh , dan ada juga berbagai macam aliran aliran silek dan macam macam gerakan silek . aliran silek
Silek Tuo ( Silek tua) yang mana aliran ini di anggap paling tua dan di kembangakan oleh tuanku nan tua.
Silek Harimau salah satu silek yang menekankan pada permainan bawah yang terinpirasi dari gerakan gerakan harimau yang cepat tepat dan kuat untuk melumpuhkan musuh.
Silek lintau , yang mana silek ini berasal dari daerah Lintau yang berasal dari Kabupaten Tanah Datar.
Silek sitaralak yang mana silek ini iyalah silek yang kuat dari Minangkabau.
Silek Pauh , yang mana silek ini berasal dari kecamatan Pauh Kota Padang
Silek sungai patai , Silek luncua ( silek Luncur) , Silek gulo gulo tareh , silek baruah , silek kumango , yang mana aliran ini saya baca dari berbagai sumber.
Selain dari Silek ada juga istilah Pencak silat yang mana dari penelitian dan berbagai sumber yang saya baca pencak silat adalah pertunjukan seni yang bersifat tradisional yang terdapat di berbagai Nusantara , biasanya pencak silat ini di pertunjukkan atau di pertontonkan sebagai hiburan atau pertunjukan untuk hiburan bagi masyarakat.
Dan saya juga melakukan penelitian tentang silek / pencak silat yang mana yang saya teliti berupa perguruan silek yang terdapat di daerah saya yaitu Kabupaten Pasaman lebih tepatnya kecamtan Dua Koto, Kenagarian Simpang Tonang Utara , dan Kampung Koto Panjang , yang saya wawancarai yaitu pemilik paguruan tersebut atau guru dari silek tersebut , yang mana dia mendeskripsikan tentang perguruan sileknya yang diberi nama silek harimau Gunung Kulabu , yang mana sebuah desa yang begitu sejuk dan masih asri dan kental juga dengan budaya yang terdapat di bawah Gunung Kulabu terdapat sebuah paguruan silek yang mana paguruan ini dinamai silek gunung kulabu yang mana guru silek atau silatnya yaitu Bapak Aswiral yang berusia 67 tahun yang bekerja sebagai petani yang mana dari penjelasan bapak aswiral tersebut ia memilik 2 ajang yaitu ilmu silek dan pencak silat , , dari penjelasan bapak tersebut silek ini mulanya ia dapatkan dari ayahnya sendiri dan ia masih belum membuka perguruan dan juga ilmu ini masih untuk dirinya sendiri, dan kemudian ia terbuka fikirannya untuk membuka paguruan atau perguruan silek atau silat, yang mana ia telah meluluskan lebih kurang delapan murit , yang katanya ia telah membekalinya dengan beberapa ilmu , dan dalam ilmu sileknya menggunakan aliran Harimau dan silek ini yang terfokus pada gerakan siku dengan gerakan tangkup dan alirannya diperoleh secara turun temurun dari ayahnya , dan awal mulanya ayahnya menyerahkan ilmu silek ini ia hanya sungkan dan untuk dirinya kemudian turunlah ide untuk membuka sebuah perguruan , dan perguruannya bisa berkembang , dan menurut penjelasan dari bapak Aswiral orang yang akan menjadi muritnya tidak boleh sembarang orang dia juga harus terdidik baik secara agamanya dan tingkah lakunya , dalam penuntut ilmu ini yang terkhusus muritnya harus dekat dengan penciptanya dan baik tidak pernah melakukan hal hal yang tidak di inginkan , selain dari itu ada juga syarat untuk menjadi muritnya dan masuk dalam perguruannya , yaitu dengan berdoa dan memotong ayam kuning atau masyarakat desa tersebut menyebutnya dengan ayam birong, yang mana ayamnya juga harus ditentukan dan tidak bisa sembarangan warna dan tidak boleh juga sembarangan ayam contohnya seperti ayam tauran, dan menurutnya perguruannya kini masih sering dilakukan dan muritnya juga sering melakukan perlombaan, dan menurut penjelasan dari bapak tersebut ia juga menjelaskan muritnya itu ialah warga sekitar yang akan pergi merantau untuk meminta ilmu sebagai mana yang saya jelaskan di awal tadi bahwa masyrakat Minangkabua dominan penduduknya dengan Marantau maka mereka mempelajari ilmu bela diri untuk alat jaga jaga atau pertahanan dari gangguan selama di perantauan , namun dari perguruan tersebut ilmu silek ini tidak boleh digunakan untuk kesombongan atau kekuatan untuk menyerang orang yang lemah dan ilmu silek atau silat ini hanya digunakan hal hal terdesak saja seperti pertahanan dari serangan musuh selama di perantauan atau di perjalanan. dan awal awal perguruannya mereka juga mempelajari ilmu pencak silat yang mana ilmu ini juga digunakan sebagai seni pertunjukan yang besifat tradisional dan penjelasan dari bapak Aswiral tersebut bahwa muritnya pernah mengikuti perlombaan dari pencak silat tersebut. Dan murit muritnya sampai kini masih akrap dengannya dan apabila seusai lebaran mereka masih sering menjalin silaturrahmi jika mereka pulang dari perantauan , dengan menjalankan beberapa nasihat dari guru silat atau silek tersebut , dan makna dari filosofi jurus gerak ini juga untuk menyerang apabila ada musuh , dan melakukan program kegiatan rutin untuk berlatih dan terus melestarikan ilmu silek , dan tanggapan masyarakat terhadap paguran atau perguruan Silek Gunung Kulabu sangat baik yang mana sebagian dari masyarakat ada juga yang menyumbangkan beberapa keperluan sebagai alat untuk pelatihnya dan tanggapan masyarakat sekitar atau dari daerah tersebut sangat baik , yang mana masyarakat menganggap dengan melakukan perguruan ini budaya akan terap terlestarikan dan nilai tradisi dan masyarakat juga bisa melindungi diri jika ada serangan dari luar dan mempertahankan keutuhan dari daerah tersebut , dan tidak ada satu masyarakat pun yang merasa keberatan dengan hal ini dan menurut penjelasan dari bapak ini yang lebih dominan dengan ilmu ini ialah melatih gerakan dan bagaimana dasarnya untuk menjaga serangan dari musuh perlunya gerakan ini bagi masyarat sebagai alat untuk bela diri dan mewarisi budaya ini , dan untuk menjadi murit ia juga menyeleksikan dengan ketentuan sikap sikapnya , dan cara nya untuk mengembangkan paguruan silek ini dengan terus membuka paguruan untuk murit muritnya dan terus melestarikannya, dan inilah beberapa penjelasan tentang silek sebagai ilmu untuk bela diri yang saya terapkan baik yang saya baca dari sumber maupun yang saya teliti melalui wawancara terhadap narasumbet paguruan silek yang ada didaerah saya , dengan harapan dan tujuan kita terus mampu melestarikan budaya kita khususnya ilmu silek dalam ilmu bela diri.
0 Comments