Ticker

6/recent/ticker-posts

Tari Sikambang Manih




oleh Syafrawati, Mahasiswa Universitas Andalas jurusan Sastra Minangkabau 


Tari Sikambang Manih adalah salah satu warisan seni budaya masyarakat Pesisir Selatan dari Kesultanan Inderapura, yang merupakan ekspresi jiwa (kesenangan/ kegembiraan) yang dirasakan oleh para (beberapa) orang sikambang (pelayan) pada saat menumbuk padi yang diwujudkan dalam bentuk gerak. Tari Sikambang Manih terdapat dan berkembang di beberapa daerah di Kabupaten Pesisir Selatan, terumata daerah Kecamatan Airpura dan daerah eks Kecamatan Pancung Soal. Meskipun secara administratif pada masa sekarang dua derah tersebut merupakan kecamatan yang berbeda, namun secara historis daerah-daerah tersebut adalah satu kesatuan yang sama pada masa lampau, yaitu daerah Kesultanan Inderapura. Sebagai suatu tarian, tari Sikambang Manih dibangun atas gerak yang berpola yang dipandu atau diiringi dengan musik  ditampilkan oleh 6 orang penari. Pola dan gerak yang terdapat dalam tari sikambang terdiri dari beberapa pola dan jenis gerak. Musik pemandu/pengiring Tari Sikambang terdiri dari ansambel dan vokal. Musik ansabel terdiri dari suara yang bersumber dari alat musik rebana besar dan gendang. Keberadaan tari Sikambang Manih erat kaitannya dengan Kerajaan Inderapura. Pada suatu hari tiga orang sikambang (pelayan) sedang menumbuk padi di bagian belakang  istana/ rumah raja/sultan kesultanan Inderapura. Mereka menumbuk dengan gembira sambil menyanyi dan melakukan gerakan-gerakan yang indah. Raja/Sultan yang sedang … memperhatikan aktivitas para sikambang. Raja/Sultan yang tertarik dengan gerakan dan nyanyian sikambang mendekati mereka. Para sikambang meminta maaf dan ampun kepada raja/sultan karena lalai dalam bekerja. Diluar dugaan para sikambang, raja/sultan malah memuji gerakan-gerakan indah yang dilakukan para sikambang sambil menumbuh padi. Pada ketika raja ingin mengadakan suatu perhelatan. Raja memanggil para sikambang untuk mempersiapkan tarian dalam acara perhelatan tersebut. Untuk melengkapi jumlah penari menjadi empat orang, raja/sultan menyuruh seorang dubalang berlatih menari bersama sikambang. Tari yang berasal dari gerakan-gerakan sikambang saat menumbuk padi tersebut diberi nama tari Sikambang Manih.  Karena beberapa alasan/kondisi, dalam acara perhelatan tari sikambang manih ditampilkan oleh laki-laki yang berpakaian dan berdandan seperti perempuan. Hal ini kemungkinan besar karena pada masa itu tabu bagi perempuan untuk tampil/menari di keramaian. Tari Sikambang Manih kemudian menjadi sebuah tarian Kesultanan Inderapura, yang ditampilkan untuk menghibur tamu-tamu dalam acara perhelatan-perhelatan kerajaan/kesultanan Inderapura. Sampai saat ini, meskipun kesultanan Inderapura sudah berakhir masa kekuasaan dan kejayaannya, tari Sikambang Masih tetap dilestarikan oleh beberapa seniman kerabat kerajaan/kesultanan. Tari sikambang Manih ditampilkan untuk acara-acara menghibur tamu-tamu nagari maupun tamu-tamu kebesaran lainnya yang datang ke daerah bekas kesultanan Inderapura. Tari Sikambang Manih mengalami perubahan dalam era awal 90-an, tari Sikambang Manih mulai dimainkan/ ditampilkan oleh perempuan. Sampai pada era tahun 80-an, menurut penuturan Junaidi Chan yang merupakan  guru sekaligus pengelola sanggar Puti Gubalo Intan tempat pelestarian seni budaya kesultanan Inderapura, dia (Junaidi Chan) masih memakai pakaian perempuan dan berdandan seperti perempuan dalam menarikan tari Sikambang Manih. Selain terjadi perubahan genre penari, terdapat juga perubahan dalam aspek jumlah penari. 

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS