Ticker

6/recent/ticker-posts

Tradisi kerik gigi di kepulauan Mentawai



OLEH : Miftahul Ghani Fahrezi, Mahasiswa Universitas Andalas jurusan Sastra Minangkabau.



Suku Mentawai dicirikan memiliki spiritualitas yang tinggi dan menjunjung tradisi leluhur secara turun-temurun. Salah satu tradisi unik dari suku Mentawai yaitu upacara kerik gigi yang dilakukan para perempuan suku tersebut untuk mempercantik diri. Suku Mentawai dulunya penganut animisme yang disebut Sabulungan, sebuah kepercayaan yang meyakini segala sesuatu memiliki roh dan jiwa. Karenanya suku Mentawai berusaha memperlakukan segala sesuatu – termasuk benda-benda – dengan baik Karena apabila roh tersebut tidak diperlakukan dengan baik atau dilupakan, mereka mungkin membawa nasib buruk seperti penyakit dan menghantui mereka yang melupakannya. Suku Mentawai juga memiliki keyakinan yang sangat kuat terhadap benda-benda yang mereka anggap suci. Karena apabila roh tersebut tidak diperlakukan dengan baik atau dilupakan, mereka mungkin membawa nasib buruk seperti penyakit dan menghantui mereka yang melupakannya. Suku Mentawai juga memiliki keyakinan yang sangat kuat terhadap benda-benda yang mereka anggap suci.Karena apabila roh tersebut tidak diperlakukan dengan baik atau dilupakan, mereka mungkin membawa nasib buruk seperti penyakit dan menghantui mereka yang melupakannya. Suku Mentawai juga memiliki keyakinan yang sangat kuat terhadap benda-benda yang mereka anggap suci.Namun kabarnya kini suku Mentawai sudah mengenal agama. Sebagian besar mereka menganut agama Kristen baik Protestan maupun Katolik dan beberapa memeluk Islam. Meski begitu, beberapa masih belum meninggalkan Sabulungan. Tradisi suku Mentawai yang bertahan secara turun-temurun adalah kerik gigi yang dilakukan oleh para perempuan. Kerik gigi adalah menggosok, mengasah, atau mengerik bagian gigi hingga runcing. Tujuannya untuk mempercantik diri, di samping tanda kedewasaan seorang perempuan suku Mentawai. Suku Mentawai percaya bahwa perempuan yang memiliki gigi runcing seperti hiu memiliki nilai lebih daripada perempuan yang tidak bergigi runcing. Karena itulah, perempuan suku Mentawai rela menahan sakit ketika proses atau upacara kerik gigi dilakukan. Upacara kerik gigi tidak boleh dilakukan oleh sembarang orang, namun biasanya yang bertindak langsung adalah ketua adat Suku Mentawai. Adapun alat yang digunakan yaitu sebilah perangkat dari kayu atau besi yang sudah diasah hingga tajam. Ketua adat akan mengasah gigi satu per satu hingga berbentuk runcing seperti gigi hiu. Lama proses untuk satu gigi biasanya 30 menit, dan ini dilakukan tanpa istirahat. Setelah satu gigi selesai dikerik, langsung dilanjutkan ke gigi berikutnya hingga selesai, tanpa jeda waktu. Prosesi yang menyakitkan ini rela dilakukan oleh perempuan Mentawai, salah satunya karena merupakan simbol kebanggaan dan pengabdian pada suami. Di samping itu, kerik gigi juga bertujuan untuk menjaga keseimbangan tubuh dan jiwa. Masyarakat Mentawai percaya bila manusia memiliki dua wujud, yaitu arwah dan tubuh yang tidak akan binasa. Bila mereka tidak puas dengan penampilan fisiknya, mereka akan terkena penyakit dan ditarik ke dunia lain. Kepercayaan inilah yang membuat suku Mentawai menghias tubuh mereka dengan tato dan mengubah bentuk gigi. Agar jiwa mereka selalu bahagia dan panjang umur.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS