Ticker

6/recent/ticker-posts

Rayo Anam Sikaladi


GEHAN AGUSTA 

Jurusan saya Sastra Daerah Minangkabau pak dari fakultas ilmu budaya Unand

Tiap-tiap daerah punya cara masing-masing untuk merayakan lebaran. Begitu demikian dengan Jorong Sikaladi Nagari Pariangan, Kabupaten Tanah Datar,Sumatera Barat. Yang memiliki tradisi unik saat merayakan lebaran, salah satunya dengan merayakan hari rayo enam (lebaran ke enam) di pandam pekuburan kaum. Masyarakat Jorong Sikaladi Nagari Pariangan, Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar memiliki tradisi tersendiri dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri, tepatnya di Hari Rayo Anam atau 6 hari pasca lebaran.

Biasanya perayaan ini disambut dengan berbagai macam tradisi dan permainan anak Nagari.

Yang membuat perayaan ini unik karena acaranya dilaksanakan setiap hari kamis,tak peduli jika waktu nya sudah melewati 6 hari. 

Dipercaya jika dihari kamis itu waktunya para leluhur akan datang. Sehingga, masyarakat setempat percaya dan menjadikan hari Kamis sebagai waktu pelaksanaan perayaan itu. Maka dari itu masyarakat setempat sangat percaya bahwa hari Kamis itu waktu terbaik untuk melaksanakan tradisi tersebut, yang tradisi ini diawali dengan ziarah lanjut memanjatkan do'a bersama keluarga masing-masing kaum, dan hal itu berlangsung setelah masyarakat melakukan puasa enam di bulan syawal

Tradisi itu mereka namai sebagai katompat yang berarti ziarah ke makam. Para kaum ibu bertugas membawa dulang yang disertai makanan, lalu masyarakat melaksanakan do'a bersama

Tradisi ini merupakan tradisi turun-temurun dari nenek moyang sehingga ini merupakan tradisi yang bisa dibilang cukup lama. Menurut M. Jamil Labai Sampono mandoa katompat ini sudah menjadi tradisi bagi masyarakat, tak hanya diniatkan untuk bersilaturahmi tapi juga untuk meningkatkan keimanan, karena ziarah kubur ini memberikan dampak kepada kita, hal itu yang akan membuat kita ingat akan kematian. Yang akan menghadiri acara mendo'a tersebut bukan saja keluarga inti melainkan juga sumando, kerabat lainnya yang juga ikut menghadiri perayaan itu, sehingga hal itu membuat suasana perayaan menjadi kental dan pekat. Tak hanya itu keluarga dan karib juga hadir untuk merayakan dan turut mendoakan keluarga yang sudah meninggal, hal itulah yang akan membuat keramaian rumah kembali terisi/terpenuhi.

Pada kesempatan lain acara ini dimanfaatkan agar masing-masing kaum mengumpulkan sumbangan yang nantinya digunakan untuk segala keperluan masjid ataupun musholla setempat, dan sebagian hasil sumbangan dimanfaatkan untuk membeli tikar dan juga tenda yang akan digunakan untuk mandoa katompat ini. 

Masing-masing kaum setelah selesai melaksanakan mandoa katompat, pada sore harinya sehabis Sholat Ashar semua kaum berkumpul pada satu pandam yaitu Pandam Sipuan Raya, saat inilah diadakan berdoa bersama dan Ratik Tagak, ini merupakan puncak atau inti dari tradisi ini. Acara Sakral ini dihadiri hampir semua warga atau bisa di nominal kan sampai ribuan orang yang yang melaksanakan do'a bersama. 

Masing-masing rumah membawa bekal dengan talam ke pemakaman. Talam yang berisikan nasi bungkus nantinya akan dibagikan kepada masyarakat yang hadir, dimulai dari anak-anak, orang dewasa hingga tokoh masyarakat dan para perantau. 


Ratik tagak atau tahlilan akan dilakukan masyarakat sebagai penanda puncak acara tradisi tersebut. Para peserta nantinya dibimbing oleh para tokoh masyarakat dan juga orang Siak (alim ulama) saat melakukan ratik tagak tersebut, dan acara itu nantinya akan dilakukan secara bersama-sama. Tak asing jika kita menyaksikan acara itu melihat mereka menggoyangkan kepala disertai ayunan tangan sembari bersholawat bersama-sama, sehingga hal itu terkadang membuat beberapa orang taksadarkan diri atau pingsan, para perantau yang pulang kampung menjadikan ini sebagai tontonan tersendiri. Dengan adanya perantau yang ikut serta menghadiri acara itu, akan memberi peluang untuk pelestarian budaya adat Nagari sikaladi yang masih tetap dilakukan hingga sekarang. 

Selesainya pelaksanaan Ratik Tagak, seluruh warga yang hadir akan dijamu dengan berbagai makanan bersama-sama, anak-anak hingga dewasa akan memakan makanan jamuan yang dibawa oleh para bundo kanduang. Hal itulah yang akan membuat tujuan awal acara tersebut tercapai yang tujuan nya agar timbulnya kebersamaan  

Dahulu katanya, perayaan hari rayo anam diawali dibawah kepemimpinan kampuang Panji Datuak tanjuang, lalu turun ke Datuak garang, setelah datuak garang perayaan ini turun-temurun hingga sekarang ini.

Diperkirakan acara tersebut sudah diturunkan sekitar 400 tahun yang silam dan akan tetap diturunkan kepada generasi-generasi selanjutnya. Tak dapat dipungkiri bahwa, hari raya anam tak dapat dirayakan sembarangan. Waktu dan harinya harus ditentukan terlebih dahulu agar do'a-do'a yang dibacakan benar-benar tepat tujuan dan maksudnya. 

Biasanya, Kamis pertama setelah puasa enam dibulan syawal pada saat itulah masyarakat Sikaladi mulai melaksanakan perayaannya. Puncak acaranya berada pada petang kamis di pandam pekuburan sipuan raya suku pisang dengan memanjatkan do'a, dzikir, dan tahlilan bersama. Masyarakat disana percaya bahwa pada petang kamis dan malam jum'at merupakan waktu nenek moyang mereka kembali kedunia untuk melihat anak cucunya. 


Menurut masyarakat Sikaladi, Hari Rayo Anam lebih meriah jika dibandingkan dengan hari raya Idul Fitri itu sendiri. Karena pada Hari Rayo Anam ini, semua anak kemenakan Jorong Sikaladi, baik itu yang tinggal di sekitar wilayah silikadi ataupun di perantauan akan pulang kampung dan berkumpul bersama.

Dan juga, Hari Rayo Anam digunakan untuk memperkuat tali silaturahmi sesama masyarakat kaum. Dengan kebersamaan itu membuat masyarakat jadi dapat mengenal sesama. 


Waktu anak kemanakan berkumpul di kampung halaman, di waktu perayaan Hari Rayo Anam itu. Mereka berkumpul disertai berziarah ke pandam pekuburan kaum bersama-sama.

“Disaat cuaca terlihat bagus, diperkirakan 200-250 talam akan dibawa ke pandam pekuburan Sipuan Raya tersebut. Dan semua yang memiliki hubungan kekeluargaan atau kekerabatan dengan suku pisang akan menghadiri acara itu, lalu acara ini juga dimeriahkan dengan berbagai permainan anak Nagari, yaitu panjat pohon pinanh."


Wakil Bupati Tanah Datar Zuldafri Darma saat menghadiri acara tersebut berpendapat bahwa tradisi itu merupakan wujud kekompakan dan kerjasama warga dalam menjaga tradisi para leluhur. Menurut dia, tradisi itu memiliki peluang mendatangkan wisatawan dan bisa meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar yang berjualan.Tradisi mandoa katompat dan rati tagak pada rayo anam ini sudah menjadi tradisi yang turun temurun,  dilaksanakan tiap tahunnya di Jorong Sikaladi, diwarisi oleh para leluhur mereka yang kelestariannya benar-benar dijaga oleh masyarakat disana

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS