Ticker

6/recent/ticker-posts

HILANGNYA PENERUS BUNDO KANDUANG PADA ZAMAN MILENIAL



Oleh : FACHRUM ROZIAN ALFI

PENULIS ADALAH MAHASISWA DARI JURUSAN SASTRA DAERAH MINANGKABAU, FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS ANDALAS.


Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang paling sempurna karena dikaruniai untuk berfikir serta kecerdasan yang tidak di miliki oleh makhluk lainnya. Dari segi kecerdasan itulah yang membuat manusia lebih tinggi derajat nya dari makhluk lain. Salah satunya adalah wanita atau perempuan. Di minangkabau, perempuan adalah harta yang sangat berharga tanpa ada tandingannya. Perempuan di minangkabau sangat berharga sekali. Sesuai dengan ajaran islam perempuan adalah makhluk yang teristimewa dari pada laki-laki. Minangkabau memengang erat garis keturunan ibu atau matrilineal. Jika perempuan minang telah dewasa maka mereka akan menjadi bundo kanduang (gelar perempuan jika sudah menikah).

Secara harifah, Bundo kanduang berarti ibu sejati aatau ibu kandung. Namun, secara makna Bundo Kanduang adalah pemimpin wanita diminangkabau, yang menggambarkan bahwa wanita itu bijaksana yang telah membuat adat minangkabau berkembang dan lestari sejak zaman minanga tamwan, hingga zaman minangkabau. Namun kini gelar Bundo Kanduang sering di pakai hanya sebagai kata ganti kepada perempuan yang sudah menikah saja. Pada masa orde baru LKAM atau lembaga kerapatan minangkabau mendirikan organisasi Bundo Kanduang untuk mempertahankan serta menunjukan peranan wanita di minangkabau itu sangat penting sekali.

Beberapa masyarakat minangkabau meyakini atau mempercayai bahwa gelar Bundo Kanduang pertama kali diberikan kepada Dara Jingga, seorang putri dari Raja Tribuanaraja Mauliawarmadewa yang dinikahi oleh seorang bangsawan kerajaan Singosari pada waktu ekspedisi pamalayu, namun kepercayaan ini tidak dapat menjadi bukti kuat.

Bundo Kanduang memiliki peranan yang sangat penting untuk tanah minangkabau, seperti pepatah minangkabau mengatakan :

Limpapeh rumah nan gadang

Amban paruik amban paruik pagangan kunci 

Pusek jalo kumpulan tali

Hiasan di dalam kampuang

Sumarak dalam nagari

Kalimat ini menjelaskan tentang peranan bundo kanduang.selain itu bundo kanduang meiliki sifat perempuan seperti yang dikatan dalam kato pusako yang berbunyi :

Dihias jo budi baiak 

Malu sopan tinggi sakali 

Baso jo basi bapakaian 

Nan gadang basah batuah

Kok hiduik tampek banazar

Kok mati tampek baniek

Tiang kokoh budi nan baiak

Pasak kunci malu jo sopan

Hiasan dunia jo akhiraik

Auihtampek mintak aia

Lapa tampek mintak nasi (Zulkarnaini,1994).

Kalimat dapat diartikan sebagai kehadiran perempuan atau Bundo Kanduang merupakan contoh teladan budi bagi masyarakatnya,kepada kaumnya,dan terhadap rumah tangganya.sosok bundo kanduang dapat di bayangkan sebagai ibu yang berwibawa, arif bijaksana, suritauladan, serta memiliki raso pareso dan bertutur kata yang sopan 

Menurut datuak rajo panghulu 1991, mengaplikasikan perempuan ke dalam tiga bagian yaitu parampuan, simarewan, mambang tali awan. Yang pertama adalah parampuan memiliki makna mengarah kepada parampuan yang memiliki budi pekerti yang baik taat kepada allah sopan dan hormat kepada sesama bak kato urang minang

Budi tapakai taratik jo sopan

Mamakai baso basi erenang jo gendeang 

Tau kapado sumbang salah 

Takuik kapado allah jo rasul

Muluik manih baso katuju pandai bagau samo gadang

Yang kedua adalah simarewan yang memiliki arti mengacu kepada perempuan yang tidak mempunyai pendirian tidak mempunyai budi pekerti. Bakato urang minang

Paham sebagai gatah cayia

Iko elok etan katuju

Bak cando pimpiang di lereang

Bagai baliang-baliang di puncak bukik

Kamano angin inyo ka kian

Bia balaki umpamo tidak

Itululah batin kutuak allah

Isi narako tujuan lampiah

Yang terakhir adalah perempuan mambang tali awan yang memiliki arti perempuan yang sombong tidak punya rasa hormat,  dan membanggakan selalu kedudukannya. Bakato urang minang 

Parampuan tinngi ati

Kalo mangecek samo gadang

Barundiang kok nan rami n

Angan-angan indak ado ka nan lain

Tasambia juo laki awak

Di bincang-bincang apak si upiak

Atau tasabuik bapak buyuang

Sagalo labiah dari urang

Baiak lah tantang balanjonyo

Baiak kasih ka suami

Dirumah jarang baranjak-ranjak

Dilagakkan mode tinggi pangkek

Sulik nan lain manyamoi

Walau suami jatuah hino

Urang di sangko indak baiduang

Puji manjulang langik juo

Dari tiga kalimat diatas dapat dijelaskan bahwa adat minangkabau khususnya untuk membentuk individu yang berbudi luhur, manusia yang berbudaya , manusia yang beradab. Sifat yang ideal dalam ungkapan kata minang yang berbunyi

Hiduik baraka, baukua jo bajangko, 

Baso basi malu jo sopan

Tenggang raso,nan jo setia

Yang artinya adalah orang minang harus mempunyai rencana yang jelas dan pikiran yang sesuai, mengutamakan sopan santun dalam pergaulan dan menjaga perasaan orang lain, serta teguh hati.

Pada zaman milenial untuk penerus peranan Bundo Kanduang nampaknya mulai memudar. Perempuan pada zaman sekarang sudah banyak melanggar atau tidak mengetahui aturan adat yang sebenarnya. Banyak perempuan yang sering melakukan Sumbang Duo Baleh (dua belas sifat tercela yang dilakukan oleh wanita). Kalimat Limpapeh Rumah Nan Gadang sudah tidak dianggap penting lagi oleh para wanita, yang dikarenakan oleh budaya asing yang melaui jaringan global atau media massa.

Jika keteledoran ini kita biarkan maka perempuan akan di pandang rendah atau bukan sebagai harta terbesar lagi di minangkabau, dan juga akan mencoreng nama baik garis keturunan matrilineal. Seharusnya kita sebagai penerus regenerasi harus bisa mempertahankan gelar wanita yang sudah ada sejak dahulu yang membuat wanita menjadi lebih tinggi derjatnya dari pada kaum laki-laki.

Dapat di simpulkan bahwa menurut ajaran islam wanita adalah makhluk ciptaan tuhan yang paling dimuliakan. Wanita di minangkabau yang sudah menikah di beri gelar sebagai Bundo Kanduang untuk cerminan kaum wanita lain dalam rumah gadang.





Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS