Oleh : FACHRUM ROZIAN ALFI
PENULIS ADALAH MAHASISWA DARI JURUSAN SASTRA DAERAH MINANGKABAU, FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS ANDALAS.
Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang paling sempurna karena dikaruniai untuk berfikir serta kecerdasan yang tidak di miliki oleh makhluk lainnya. Dari segi kecerdasan itulah yang membuat manusia lebih tinggi derajat nya dari makhluk lain. Salah satunya adalah wanita atau perempuan. Di minangkabau, perempuan adalah harta yang sangat berharga tanpa ada tandingannya. Perempuan di minangkabau sangat berharga sekali. Sesuai dengan ajaran islam perempuan adalah makhluk yang teristimewa dari pada laki-laki. Minangkabau memengang erat garis keturunan ibu atau matrilineal. Jika perempuan minang telah dewasa maka mereka akan menjadi bundo kanduang (gelar perempuan jika sudah menikah).
Secara harifah, Bundo kanduang berarti ibu sejati aatau ibu kandung. Namun, secara makna Bundo Kanduang adalah pemimpin wanita diminangkabau, yang menggambarkan bahwa wanita itu bijaksana yang telah membuat adat minangkabau berkembang dan lestari sejak zaman minanga tamwan, hingga zaman minangkabau. Namun kini gelar Bundo Kanduang sering di pakai hanya sebagai kata ganti kepada perempuan yang sudah menikah saja. Pada masa orde baru LKAM atau lembaga kerapatan minangkabau mendirikan organisasi Bundo Kanduang untuk mempertahankan serta menunjukan peranan wanita di minangkabau itu sangat penting sekali.
Beberapa masyarakat minangkabau meyakini atau mempercayai bahwa gelar Bundo Kanduang pertama kali diberikan kepada Dara Jingga, seorang putri dari Raja Tribuanaraja Mauliawarmadewa yang dinikahi oleh seorang bangsawan kerajaan Singosari pada waktu ekspedisi pamalayu, namun kepercayaan ini tidak dapat menjadi bukti kuat.
Bundo Kanduang memiliki peranan yang sangat penting untuk tanah minangkabau, seperti pepatah minangkabau mengatakan :
Limpapeh rumah nan gadang
Amban paruik amban paruik pagangan kunci
Pusek jalo kumpulan tali
Hiasan di dalam kampuang
Sumarak dalam nagari
Kalimat ini menjelaskan tentang peranan bundo kanduang.selain itu bundo kanduang meiliki sifat perempuan seperti yang dikatan dalam kato pusako yang berbunyi :
Dihias jo budi baiak
Malu sopan tinggi sakali
Baso jo basi bapakaian
Nan gadang basah batuah
Kok hiduik tampek banazar
Kok mati tampek baniek
Tiang kokoh budi nan baiak
Pasak kunci malu jo sopan
Hiasan dunia jo akhiraik
Auihtampek mintak aia
Lapa tampek mintak nasi (Zulkarnaini,1994).
Kalimat dapat diartikan sebagai kehadiran perempuan atau Bundo Kanduang merupakan contoh teladan budi bagi masyarakatnya,kepada kaumnya,dan terhadap rumah tangganya.sosok bundo kanduang dapat di bayangkan sebagai ibu yang berwibawa, arif bijaksana, suritauladan, serta memiliki raso pareso dan bertutur kata yang sopan
Menurut datuak rajo panghulu 1991, mengaplikasikan perempuan ke dalam tiga bagian yaitu parampuan, simarewan, mambang tali awan. Yang pertama adalah parampuan memiliki makna mengarah kepada parampuan yang memiliki budi pekerti yang baik taat kepada allah sopan dan hormat kepada sesama bak kato urang minang
Budi tapakai taratik jo sopan
Mamakai baso basi erenang jo gendeang
Tau kapado sumbang salah
Takuik kapado allah jo rasul
Muluik manih baso katuju pandai bagau samo gadang
Yang kedua adalah simarewan yang memiliki arti mengacu kepada perempuan yang tidak mempunyai pendirian tidak mempunyai budi pekerti. Bakato urang minang
Paham sebagai gatah cayia
Iko elok etan katuju
Bak cando pimpiang di lereang
Bagai baliang-baliang di puncak bukik
Kamano angin inyo ka kian
Bia balaki umpamo tidak
Itululah batin kutuak allah
Isi narako tujuan lampiah
Yang terakhir adalah perempuan mambang tali awan yang memiliki arti perempuan yang sombong tidak punya rasa hormat, dan membanggakan selalu kedudukannya. Bakato urang minang
Parampuan tinngi ati
Kalo mangecek samo gadang
Barundiang kok nan rami n
Angan-angan indak ado ka nan lain
Tasambia juo laki awak
Di bincang-bincang apak si upiak
Atau tasabuik bapak buyuang
Sagalo labiah dari urang
Baiak lah tantang balanjonyo
Baiak kasih ka suami
Dirumah jarang baranjak-ranjak
Dilagakkan mode tinggi pangkek
Sulik nan lain manyamoi
Walau suami jatuah hino
Urang di sangko indak baiduang
Puji manjulang langik juo
Dari tiga kalimat diatas dapat dijelaskan bahwa adat minangkabau khususnya untuk membentuk individu yang berbudi luhur, manusia yang berbudaya , manusia yang beradab. Sifat yang ideal dalam ungkapan kata minang yang berbunyi
Hiduik baraka, baukua jo bajangko,
Baso basi malu jo sopan
Tenggang raso,nan jo setia
Yang artinya adalah orang minang harus mempunyai rencana yang jelas dan pikiran yang sesuai, mengutamakan sopan santun dalam pergaulan dan menjaga perasaan orang lain, serta teguh hati.
Pada zaman milenial untuk penerus peranan Bundo Kanduang nampaknya mulai memudar. Perempuan pada zaman sekarang sudah banyak melanggar atau tidak mengetahui aturan adat yang sebenarnya. Banyak perempuan yang sering melakukan Sumbang Duo Baleh (dua belas sifat tercela yang dilakukan oleh wanita). Kalimat Limpapeh Rumah Nan Gadang sudah tidak dianggap penting lagi oleh para wanita, yang dikarenakan oleh budaya asing yang melaui jaringan global atau media massa.
Jika keteledoran ini kita biarkan maka perempuan akan di pandang rendah atau bukan sebagai harta terbesar lagi di minangkabau, dan juga akan mencoreng nama baik garis keturunan matrilineal. Seharusnya kita sebagai penerus regenerasi harus bisa mempertahankan gelar wanita yang sudah ada sejak dahulu yang membuat wanita menjadi lebih tinggi derjatnya dari pada kaum laki-laki.
Dapat di simpulkan bahwa menurut ajaran islam wanita adalah makhluk ciptaan tuhan yang paling dimuliakan. Wanita di minangkabau yang sudah menikah di beri gelar sebagai Bundo Kanduang untuk cerminan kaum wanita lain dalam rumah gadang.
0 Comments