Ticker

6/recent/ticker-posts

Eksistensi Tradisi Bapacu Itiak Sebagai Media Hiburan Bagi Masyarakat Minangkabau



Oleh : 

 Fajar Rizal Maulana

Sastra Daerah Minangkabau

Universitas Andalas


Tradisi merupakan segala sesuatu yang ada dan di salurkan atau diwarisi dari masa lalu ke masa sekarang dari generasi ke generasi, tradisi juga bisa disebut kebiasaan atau suatu bentuk perbuatan yang dilakukan berulang-ulang dengan cara yang sama yang di jalankan oleh masyarakat. 

Tradisi Bapacu Itiak, ya itiak. Itiak atau bahasa Indonesianya Itik, itiak merupakan hewan unggas yang masuk ke spesies famili Anatidae yang merupakan burung Akuatik yang mana menyukai lingkungan yang berair.

Tradisi bapacu itiak adalah salah satu tradisi yang sudah ada sejak dahulu, tradisi ini sangat digemari oleh masyarakat Minangkabau selain tradisi pacu jawi. Tradisi bapacu itiak merupakan sebuah tradisi yang ada di Kota Payakumbuh, tradisi pacu itiak ini menjadi hiburan bersama bagi masyarakat Kota Payakumbuh. Tradisi ini sudah ada sejak 1028 yang awalnya di lakukan oleh para petani untuk menghalau hama yang mengganggu Dengan kurun waktu yang lama kemudian hal ini menjadi hiburan tersendiri bagi para petani jika melihat itik terbang. Laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, tradisi ini bermula dari Burakan, petani asal Sicincin, yang menyadari bahwa itiknya bisa terbang selain berjalan. Ini ada sekitar tahun pada 1926. Burakan kemudian bercerita dengan temannya di warung namun tak ada yang percaya. Dia pun meminta temannya untuk melihat itik terbang tersebut secara langsung. Benar saja, itik milik Burakan tersebut ternyata bisa terbang. Beberapa tahun kemudian, Burakan menggelar pacuan itik hingga akhirnya acara ini menjadi tradisi masyarakat Kabupaten Limopuluah Kota. Sejak 1928, acara ini selalu memeriahkan acara seperti alek nagari (pesta rakyat), batagak rumah gadang (mendirikan rumah adat), dan baralek (pesta pernikahan).

Tradisi pacu itiak memiliki syarat khusus jika ingin mengikuti tradisi ini di mana itiak yang dipilih untuk acara tradisi ini adalah itiak jantan yang masih muda, dan harus memiliki kriteria tersendiri, di mana itiak yang bisa mengikuti acara tradisi ini ialah yang memiliki beberapa kriteria yaitu :

1. Sayap panjang yang mengarah ke atas dan lebar seperti sayap elang,

2. Warna kedua kaki yang sasama

3. Berleher pendek

4. Badan yang panjang seperti jantung pisang

5. serta memiliki sisik kecil pada jarinya. 

6. Warna paruhnya coklat Muda

7. Memiliki paruh yang besar

8. Bermata Kecil

Kriteria ini berdasarkan tradisi yang ada sejak turun temurun, Adapun beberapa informasi yang mengatakan bahwa itiak yang di ikuti ialah itiak betina, di karenakan mempunyai bobot badan yang lebih ringan. 

Tradisi acara pacu itiak dilakukan di tengah sawah yang sudah di bajak atau sawah yang sudah di ambil padinya, terkadang pada beberapa tradisi pacu itiak ini dilakukan di jalanan, tentunya jalan yang di pakai ialah jalan yang tidak ada kendaraan yang lalu lalang. Untuk lintasannya sendiri tradisi pacu itiak ini dilakukan di lintasan 800-1600 meter, ada lima kategori kelas yang akan di ikuti mulai dari kelas 800 meter, 1000 meter, 1200 meter, 1400 meter  hingga kelas 1600 meter. 

Peserta acara tradisi pacu itiak ini akan melepaskan itiak mereka pada awal titik acara, untuk sekali lomba, Satu kali lomba itiak yang mengikuti perlombaan ada delapan ekor itik, ketika ingin melepaskan para peserta akan memberikan dorongan kepada itiak yang akan dilepaskan. Itiak siapa yang mencapai garis finis terlebih dahulu dialah pemenangnya. Perlombaan ini akan mendapatkan piala, selain itu perlombaan ini juga bisa menaikkan harga jual itik yang menjadi pemenang, mulai dari 1 juta hingga 2,5 juta, padahal harga itik pada umunya mulai dari 25 ribu hingga 50 ribu, menjadi mahal dikarenakan telah menjadi itik lomba dan keluar sebagai pemenang. Agar bisa menjadi pemenang ketika acara tradisi ini tentulah para peserta harus melatih itiak yang mau diikutsertakan dalam acara tradisi ini. Di mana itiak akan dilatih 3-4 bulan sebelum tradisi ini dimulai. Selain latihan khusus itiak juga di beri pangan yang khusus seperti jangkrik panggang, padi kering yang di campur dengan telur itik, dan tidak boleh makan nasi. Bahkan pakannya sudah mulai di berikan ketika itiak berusia 3-4 bulan. 

Alasan diberikan pakan padi kering kepada itik ialah agar badannya keras, dan ada juga beberapa pemilik itik memberikan madu sehari sekali agar staminanya kuat. Ada pun beberapa informasi dari para pemilik itik yang mengatakan bahwa Tiga hari sebelum tampil dalam acara, itiak yang akan di jadikan dalam acara harus di pisah pandanganya dengan itiak yang lain, dengan tujuan staminanya lebih prima dan tidak stres oleh itik yang lainnya. Para pemilik itiak bahkan menganggap bahwa itiak yang mereka pelihara dan jadikan untuk lomba pacu itiak sebagai anak dikarenakan perawatan dan perhatian khusus. 

Dengan adanya perlombaan ini hal ini menjadi adu gengsi dikarenakan menaikan nama kampung dan menjadi daya tarik tersendiri di kota Payakumbuh, dan mendorong warga untuk berternak itik berkualitas. Untuk melestarikan tradisi ini, dibentuk pula Persatuan Olahraga Terbang itik sejak 1988 dan untuk sekarang sudah adanya pembinaan dari Kementerian Pariwisata tradisi ini di adakannya pada Juli-Desember setiap akhir pekan, serta diadakannya setiap akhir pekan. 

Untuk para wisatawan yang melihat tradisi pacu itiak ini yang ingin mengetahui apakah itiak lomba bisa di jadikan konsumsi, tentu bisa, kuliner khasnya ialah itiak lado Mudo, itiak yang di pakai tidak ada bedanya dengan itiak yang di ikut sertakan dalam acara lomba pacu itiak. Dengan demikian dengan adanya tradisi ini dan adanya kuliner khas dari tradisi ini tentu kita sebagai masyarakat Minangkabau harus berbangga hati dengan tradisi ini, dikarenakan Tradisi ini telah di tetapkan menjadi warisan budaya tak benda.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS