Ticker

6/recent/ticker-posts

Tradisi Pernikahan Adat Minangkabau


Nama      : Oktavia Rizki Fadila

Jurusan   : Sastra Minangkabau 

Universitas Andalas



Berdasarkan tradisi turun-temurun, pernikahan urang awak melibatkan peran dari keluarga besar kedua calon mempelai. Terutama pihak wanita. Setiap rangkaian prosesinya sarat akan petatah-petitih (nasihat) kehidupan.

Berikut susunan acara dan prosesi pernikahan adat minangkabau : 

1. Marasek

Tradisi Maresek erat kaitannya dengan etnografi komunikatif. Tradisi maresek merupakan gambaran adanya proses pencarian kesepakatan, yang diyakini dan diterapkan pada seluruh masyarakat Minangkabau yang memiliki tempat tinggal di wilayah Sumatera Barat maupun di luar Sumatera Barat.

Maresek adalah sebuah tradisi yang berasal dari Minangkabau yang meliputi proses mengunjungi pria yang akan dipilih sebagai pengantin pria untuk menjodohkan putrinya. Kegiatan Maresek dirahasiakan karena hanya keluarga wanita dan ibu pengantin pria yang tahu tentang prosesnya. Beberapa orang menyebutnya Marisiak atau Marosok, dan di balik berbagai semprotan itu, ada makna yang sama yaitu melakukan latihan pelingkupan pertama. Maresek disebut juga sebagai penjajakan pertama karena tersebut merupakan sebuah langkah utama dalam dilakukannya suatu proses pelaksanaan pernikahan. 


2. Maminang dan Babimbang Tando (bertukar tanda)

Setelah kesepakatan tercapai, keluarga calon pengantin kembali untuk meminta bantuannya. Proses pertukaran bendera pun dilakukan. Biasanya pihak keluarga mempelai wanita yang membawakan kelahiran. Terutama buah pinang di caranoli. Artinya, jika terjadi kekurangan selama kunjungan, tidak akan menjadi bahan gosip di kemudian hari. Berikutnya adalah baimbang tando atau batuka tando (tanda tukar) berupa pusaka yang memiliki nilai sejarah keluarga.


3. Mahanta Siri

Prosesi selanjutnya adalah Mahanta Siri, dimana kedua mempelai meminta izin dan restu dari anggota keluarga yang lebih tua. Upacara pernikahan adat Minan ini juga dimaksudkan untuk menginformasikan perencanaan pernikahan.

Dalam prosesi ini, calon pengantin pria akan membawa gendongan berisi daun lontar dan tembakau, yang kini sering diganti dengan rokok. Sedangkan calon pengantin akan membawa buah pinang utuh.


4. Babako-babaki            

Babako-babaki adalah salah satu rangkaian tata cara yang dilakukan oleh seorang bako dalam sebuah pernikahan adat di Minangkabau. Dan bako sendiri adalah seluruh keluarga di pihak ayah. Laki-laki yang lahir dari pihak mereka yang menikah dengan perempuan dari suku lain disebut anak Pusako/anak Pisang/anak Phnom Penh. Minangkabau menganut sistem kekerabatan matrilineal, yaitu darah dari pihak ibu. Akibatnya, keluarga ayah tidak banyak terlibat atau terlibat dalam kegiatan yang berlangsung di lingkungan rumah anaknya pusako.


5. Malam Bainai                                                                                      Malam Bainai  merupakan adalah ritual menempelkan daun inai merah pada kuku calon pengantin, yang dilakukan pada malam sebelum pernikahan. Benjolan ini akan bertahan semalaman hingga meninggalkan semburat kemerahan pada kuku. Calon Anak Daro –sebutan bagi pengantin wanita, diyakini akan terlindung dari bahaya atau hal-hal buruk lainnya jika sudah melewati prosesi ini. Daun pacar merah ini dikenal masyarakat Minang sebagai daun inai, oleh karena itu prosesi ini kemudian dikenal sebagai prosesi ‘Malam Bainai’.


6. Manjapuik Marapulai                                                                    Manjapuik dimulai setelah pertunangan. Artinya pengantin pria tidak tinggal di rumah istrinya setelah menikah, tetapi harus kembali ke rumah orang tuanya dan pergi ke rumah istrinya setelah memegang bajapuik. Bajapuik terkadang dilakukan pada malam hari dan terkadang pada siang hari sebelum baralek (pesta pernikahan). Waktu penjemputan tidak ditentukan. Tergantung kesepakatan kedua belah pihak. Manjapuik secara tradisional disajikan oleh keluarga istri urang sumando dalam bentuk panjapuik marapulai (pemilih pengantin pria). Suvenir tradisional yang dibawa untuk menjemput Malapurai biasanya bervariasi dari satu negara ke negara lain. Untuk wilayah Pariaman, ada hadiah yang diantarkan: sirih pinang carano, gaun pengantin lengkap dari ujung rambut hingga ujung kaki, serta sedikit makanan dan kue. Sementara itu, di rumah pengantin pria, dia mulai bersiap-siap, menunggu utusan untuk menjemput Malapurai.

        

7. Penyambutan di Rumah Anak Daro                                                               Tradisi menyambut kedatangan calon mempelai pria di rumah calon mempelai wanita merupakan momen meriah dan besar. Dilatari bunyi musik tradisional talempong, keluarga mempelai wanita menyambut kedatangan mempelai pria. Para sesepuh wanita menaburi calon pengantin pria dengan beras kuning. Sebelum memasuki pintu rumah, kaki calon mempelai pria diperciki air sebagai lambang mensucikan, lalu berjalan menapaki kain putih menuju ke tempat berlangsungnya akad.


8. Akad Nikah                                                                          Setelah resepsi di rumah calon pengantin, intisari pernikahan tiba. Orang tua perempuan menyerahkan anak perempuan mereka kepada laki-laki untuk dinikahkan, dan pengantin laki-laki menerima pernikahan pengantin perempuan.

9. Basandiang di Pelaminan

Setelah sah menjadi suami istri, kedua mempelai kemudian duduk berdampingan di rumah mempelai wanita. Anak daro (mempelai wanita) dan marapulai (mempelai wanita) akan menanti tamu undangan sambil musik didendangkan di halaman rumah.


10. Tradisi Usai Akad Nikah

Pada pernikahan adat Minang, prosesinya tidaklah berhenti sampai akad nikah saja, masih ada beberapa tahapan prosesi yang harus dijalankan setelahnya.

a. Mamulangkan Tando

Saatnya mengembalikan tanda yang diberikan sebagai ikatan janji pada saat lamaran karena sekarang kedua pasangan telah resmi menjadi suami istri.


b. Malewakan Gala Marapulai

Prosesi pernikahan adat Minang selanjutnya adalah mengumumkan gelar sebagai tanda kehormatan dan kedewasaan bagi mempelai pria.


c. Balantuang Kaniang (Mengadu Kening)

Selanjutnya, kedua mempelai dihadapkan satu sama lain dalam posisi duduk. Dalam keadaan berhadapan, kedua wajah mereka hanya terpisahkan oleh kipas. Lalu kipas diturunkan perlahan sehingga kening mereka saling menempel. Prosesi ini akan dipimpin oleh para sesepuh wanita.


d. Mangaruak Nasi Kuniang

Salah satu prosesi yang unik dari pernikahan adat Minang adalah acara yang satu ini. Kedua mempelai berebut mendapatkan daging ayam yang tersembunyi di dalam nasi kuning. Acara ini mengisyaratkan hubungan suami istri yang bekerja sama untuk saling melengkapi dan menahan diri.


e. Bamain Coki

Bamain Coki berarti bermain Coki. Coki adalah mainan tradisional Minang mirip catur yang dimainkan di atas papan mirip halma. Permainan ini bertujuan meluluhkan kekauan dan ego masing-masing agar tercipta kemesraan diantara kedua mempelai.


f. Tari Payung

Tarian ini dipercaya sebagai tarian untuk pengantin baru. Para penari akan menggunakan payung sebagai lambang peran suami sang pelindung istri.

11. Manikam Jajak

Prosesi adat pranikah sampai hari pernikahan telah usai dilaksanakan, namun prosesi pernikahan adat Minang belum sepenuhnya selesai. Satu minggu setelah hari pernikahan, kedua mempelai akan bertandang ke rumah orang tua dan ninik mamak pengantin pria membawa makanan. Sikap ini dilakukan untuk menghormati orang tua dan ninik mamak pengantin pria. Seperti itulah pernikahan adat Minang yang menggiring secara bertahap sampai pada momen inti pernikahan itu sendiri.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS