Ticker

6/recent/ticker-posts

Mancaliak Bulan" Tradisi Menjelang Ramadhan Di Pariaman



Oleh : Julian Mahkmudasa

Mahasiswa Sastra Minangkabaunews Unand



    Tradisi adalah sebuah kebiasaan yang ada dalam masyarakat dilakukan secara berulang-ulang dalam waktu yang relatif lama. Di Indonesia tentu banyak tradisi yang berkembang di satu wilayah. Setiap wilayah di Indonesia tentu memiliki tradisi yang unik. Begitu juga di Minangkabau, karena Minangkabau merupakan salah satu etnis yang ada di wilayah Indonesia. Minangkabau sendiri tentu memiliki tradisi-tradisi yang unik serta khas nan berbeda dengan wilayah lain. Tentu hal ini menjadi sebuah hal yang tidak boleh disalahkan serta tidak boleh dinilai buruk oleh orang, karena tradisi orang tentu harus dihargai bukan untuk disalahkan.

     Pariaman adalah salah satu daerah yang ada di Minangkabau, Pariaman sendiri juga memiliki tradisi yang unik dibandingkan dengan daerah lain, salah satu tradisi tersebut adalah mancaliak bulan menjelang Ramadhan. Mancaliak memiliki makna melihat, bisa dikatakan bahwa mancaliak disini adalah melihat bulan. Kenapa bulan? Karena bulan merupakan hitungan kalender yang ada dalam masyarakat Islam. Ketika sebelum Ramadhan di gelar maka hal ini selalu dilakukan oleh orang di Pariaman. Sebenarnya proses tradisi mancaliak bulan sama dengan melihat hilal tetapi hal ini dilakukan dengan mata telanjang bukan dengan teropong.

     Setiap sebelum Ramadhan biasanya masyarakat di Pariaman selalu mempercayai bahwa tradisi maliek bulan adalah tradisi yang harus dilakukan ketika sebelum puasa. Kenapa hal tersebut menjadi sebuah keunikan, karena melihat bulan ini tidak sama harinya dengan melihat hilal dengan pemerintah. Ulama di Pariaman memiliki cara tersendiri dalam menghitung kalender Hijriyah sebelum Ramadhan. Berbeda dengan hitungan pemerintah, membuat hal ini menjadi perbedaan di kalangan masyarakat. Banyak masyarakat yang menghina tradis maliek bulan karena dianggap sudah kuno.

     Perbedaan hal tersebut membuat tradisi maliek bulan di Pariaman masih eksis hingga sekarang. Ketika orang melihat hal ini sebuah hal yang menjadi kesalahan. Maka orang itu tidak paham tradisi. Banyak masyarakat sekarang yang menghina tradisi maliek bulan. Hal ini adalah sesuatu hal yang tidak elok dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Ketika kita melakukan sebuah kebiasaan, jangan pernah kita ubah. Dengan perubahan membuat kita seakan-akan mencari pembenaran dengan membandingkan mana yang elok dan mana yang tidak elok.

     Tradisi maliek bulan tentu sudah turun temurun ada dalam masyarakat di Pariaman. Tradisi ini tentu dibawa oleh Syekh Burhanuddin yang mana beliau adalah pengembang dari Tarikat Syatariyah yang ada di Pariaman. Masyarakat Pariaman hingga saat ini masih banyak menganut Tarikat Syatariyah, maka hal ini adalah salah satu cirikhas tersendiri bagi masyarakat Pariaman. Tarikat tentu banyak, tetapi keyakinan dan ajaran yang didapat Syekh Burhanuddin ini diajarakan di Kampung Halaman beliau yaitu Ulakan. Banyak masyarakat percaya bahwa Ulakan adalah tempat yang suci bagi masyarakat Pariaman.

      Setiap tahun banyak orang yang datang ke tempat makam Syekh Burhanuddin di Ulakan untuk melakukan ziarah ke makam beliau. Karena hal ini maka wilayah Ulakan serta Pariaman adalah pusat dari penyebaran agama Islam yang ada di Minangkabau. Sebelum Ramadhan datang biasanya orang yang mancaliak bulan tentu bertempat di Ulakan. Karena di daerah tersebut adalah daerah yang ada di tepi pantai. Maka hal ini membuat orang yang sedang melakukan mancaliak bulan selalu setiap tahun Ulakan dikunjungi karena keyakinan masyarakat terhadap Syekh Burhanungin serta masyarakat yang juga berziarah di makam beliau.

       Mancaliak bulan adalah salah satu tradisi yang tidak punah hingga sekarang. Maka hal itu harus dilestarikan terutama masyarakat Pariaman. Banyak dari orang yang tidak melaksanakan tradisi tetapi berani mengumbar serta mengkritik terhadap tradisi yang berkembang di tengah masyarakat. Mancaliak bulan banyak dibilang oleh masyarakat yang menghina tradisi tersebut dengan kata "kuno". Tentu hal ini adalah sebuah hal yang tidak baik ketika perbedaan itu datang. Banyak dari orang yang lama mulai puasa seakan-akan minder dengan hal tersebut. Maka hal ini adalah sebuah anomali yang terjadi dalam masyarakat.

    Untuk itu ketika ada tradisi, kita harus menghormati tradisi yang ada di setiap daerah. Karena setiap daerah itu berbeda. Sesuai dengan pepatah Minang "lain Lubuk lain ikan". Maka tentu setiap daerah memiliki ciri khas serta keunikan tersendiri yang ada du wilayah tersebut. Hal ini merupakan sebuah hal yang sebenarnya tidak perlu diperdebatkan tetapi masyarakat tetap memeperdebatkan hal tersebut. Perbedaan awal puasa bukanlah untuk diumbar serta dijelekakkan, karena keunikan dari daerah kita tersebut hanya kita yang punya, jangan juga kita menjelekkan tradisi yang masih eksis di daerah kita.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS