Ticker

6/recent/ticker-posts

LEGENDA 'BUJANG SAMBILAN' ASAL USUL DANAU MANINJAU


Oleh :

Nama     : Fadila Deliankar

Pekerjaan : Mahasiswa Universitas Andalas Jurusan Sastra Daerah Minangkabau


Danau maninjau adalah sebuah danau yang terletak di kecamatan tanjung raya, kabupaten agam, provinsi sumatra barat. Danau vulkanik yang berada di ketinggian 461,50 meter di atas permukaan laut memiliki 99,5 km2 dan kedalaman mencapai 495 meter. Danau maninjau lebih dari letusan gunung api besar sitinjau yang menghamburkan kurang lebih 220-250 km kubik bahan piroklastik. Itulah hasil kesimpulan para ahli yang telah diterbitkan asal usul danau maninjau.

​Namun, bagi masyarakat tanjung raya, kabupaten agam, ada legenda yang saat ini masih dibahas oleh generasi penerus tentang asal muasal gunung sitinjau itu meletus dan berubah menjadi danau, legenda itu dikenal dengan nama bujang sambilan (sembilan lajang). Menurut cerita turun temurun dari nenek moyang di selingkaran danau maninjau, letusan gunung sitinjau terjadi karena kutukan kekasih yang tidak mendapat restu dari saudara pihak perempuan dan mereka dituduh telah melakukan tindakan yang membantah apa yang dilakukan adat.

​Sedikit Gambaran

​Diceritakan pada zaman dahulu, di sumatra barat ada gunung berapi yang sangat tinggi bernama gunung tinjau, gunung ini posisinya berseberangan dengan gunung marapi dan singgalang, ibaratkan tungku yang berdiri di tiga sisi. Gunung sitinjau merupakan gunung tertinggi di antara gunung lainnya dan di puncaknya memiliki kawah luas yang mengeluarkan lahar panas.

​Di kaki gunung sitinjau ada beberapa perkampungan dengan masyarakat yang hidup tentram dan sejahtera, dengan petani sebagai profesi utama. Di salah satu perkampungan di kaki sitinjau tinggallah sepuluh bersaudara yatim piatu yang terdiri atas sembilan lelaki dan perempuan kesepuluh bersaudara tersebut bernanakukuban, kudun, bayua, malintang, galapuang, balok, batang, bayang, dan kaciak.

​Sementara adik mereka yang paling bungsu bernama siti rasani, akrab dipanggil sani. Walau yatim piatu, 10 saudara yang memiliki mamak (saudara laki-laki dari ibu / red) yang bernama datuk limbatang. Ia memiliki seorang putra yang bernama giran.  Dalam sistem kekerabatan dan adat di minangkabau, mamak memegang peranan penting untuk mendidik, membimbing dan mengendalikan keponakannya. Sebagai orang tua tentunya datuaklimbatang sudah memahami putra dan keponakannya, sehingga harus mempertimbangkan hal yang tidak diinginkan, ia berencana untuk menjodohkan, karena berstatus sebagai mamak, datuakl imbatang harus merumbukkan harapan ini .

​Namun tujuan baik itu ditolak mentah-mentah oleh simalintang. Penolakan lamaran itu berdampak dendam pribadinya dengan giran saat adu tangkas di gelanggang perhelatan pesta pendapatan yang dilakukan beberapa waktu sebelumnya.  Dalam pertandingan, giran tanpa sengaja mencederai simalintang sehingga ia pun tidak suka dan menyimpan dendam. Penolakan pinangan yang dilakukan oleh salah satu kakaknya dipahami oleh sani. Disaat kemelut, kedua pasangan itu bertemu di sebuah ladang di tepi sungai. Pertemuan itu untuk merundingkan masalah yang sedang mereka hadapi, namun tidak menemukan titik terang.

Seiring berjalannya waktu, sani pun berubah menjadi gadis yang cantik jelita, demikian pula giran yang diperbarui, ibarat gayung bersambut perasaan giran pun menerima rasani sehingga mereka pun menjadi makin dicintai. Ketika pulang kembali ke rumah, pakaian yang dikenakan sani tersangkut ranting kayu dan sobek, selain sobek ranting kayu juga dilepas.  Melihat kondisi ini giran pun berniat untuk menolong sani, namun tanpa di sadari 9 saudara sani bersama-sama dengan warga sudah mengintai mereka dari jauh. 

Saat membersihkan luka mereka digerebek dan dituduh melakukan perbuatan asusila. Akhirnya, mereka menggali adat persidangan untuk mempertanggung jawabkan tindakan.  Saat di persidangan, sani dan giran membantah meminta yang dilontarkan kepada mereka. Namun demikian, berdasarkan kesaksian sembilan saudara laki-laki sani, peradilan adat memutuskan peradilan perbedaan karena telah membuktikan adat yang berlaku di kampung itu. 

Sebelum dijatuhkan ke dalam kawah, Giran dan Sani lalu berdoa dengan suara lantang. Mereka meminta kepada Yang Maha Kuasa untuk membuat Gunung Sitinjau meletus jika Giran dan Sani tidak bersalah sebagai pelajaran kepada warga kampung.

Setelah itu, Gani dan Sani dilemparkan ke dalam kawah yang dipenuhi dengan asap putih itu. Tak lama kemudian, para warga kampung merasakan gempa dan melihat puncak Gunung Sitinjau mengeluarkan asap dan semburan lahar. Doa yang diutarakan Giran dan Sanipun ternyata dikabulkan. Gunung Sitinjau meletus dengan kekuatan yang dahsyat. Semburan lahar panas dan hujan abu membuat suasana di wilayah itu menjadi gelap mencekam. Rumah-rumah yang didirikan di kampung-kampung dekat gunung tersebut juga ikut hancur porak poranda.


Pada hari yang ditentukan. Sebelum melompat ke dalam kawah, katakanlah jika mereka tidak membantah, gunung sitinjau akan meletus dan sembilan saudara laki-lakinya dikutuk menjadi ikan. Sesaat setelah gagal dijalankan, tiba-tiba gunung pun meletus dengan dahsyatnya sehingga tidak ada pun yang selamat. Sementara sembilan saudara laki-laki sani menjelma menjadi ikan. Letusan dahsyat gunung tinjau itu menyisakan kawah yang luas dan lama-kelamaan berubah menjadi danau dan diberi nama danau maninjau.  Untuk mengabadikan kisah, nama mereka diambil nama daerah yang ada di danau maninjau seperti, tanjung sani, sigiran, sungai batang, sikudun, bayua, koto malintang, koto kaciak, sigalapuang, balok dan kukuban. Sembilan saudara laki-laki sani yang dikutuk menjadi ikan itu, disetujui sebagai penjaga danau.

Jadi setau saya , konon ikan yang terdapat dalam legenda 'bujang sambilan' asal usul danau maninjau tersebut sudah dipindah kan ke padang tepatnya di wisata “unto lubuk minturun” yang disana dibudidayakan hingga beranak pinak, oleh pengelola wisata tersebut hingga saat ini.

Kita dapat mengambil pelajaran dari cerita Legenda 'Bujang Sambilan' Asal Usul Danau Maninjau tersebut. Bahwa sebelum mengambil keputusan , kita harus memahami situasi dengan kondisi terlebih dahulu agar ketika mengambil kesimpulan tidak melukai diri sendiri maupun orang lain dan juga Cerita ini mengajarkan kepada kita agar tidak merusak lingkungan dan selalu melestarikan apa yang ada di alam.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS