Oleh: Nadya Wardana dari mahasiswa jurusan Sastra Minangkabau Universitas Andalas.
Tanggal 30 maret adalah peringatan hari film Indonesia. Tidak hanya di Indonesia, juga ada di luar negri. Contoh yang dibahas sekarang yaitu perfilman di Indonesia. Film indonesia memiliki berbagai macam genre, dan saat ini banyak sekali kemajuan, mulai dari pengambilan gambar dan alur cerita yang penuh makna. Banyak alur ceritanya terinspirasi dari kisah nyata hingga dari cerita penulis novel yang terkenal.
Bermacam-macam genre film yang diantaranya yaitu pertama film dokumenter, adalah jenis film dalam bentuk fakta dan data yang didalam unsur hiburan tidak ditonjolkan. Kedua, film fiksi adalah karangan atau diluar kejadian nyata, yang populer dan di gemari oleh kalangan. Ketiga yaitu film eksperimental atau sinema ekperimental adalah metode pembuatan mengevaluasi ulang konveksi sinematik. Keempat drama, yaitu menceritakan kehidupan nyata berhubungan dengan tema, karakter, setingan dan cerita.
Kelima aksi, yaitu action yang filmya sangat menegangkan, genre yang karakter antagonis dan protagonis saling berhubungan dalam konflik. Keenam yaitu komedi, yang mana genre ini banyak digemari karena mengundang penonton untuk tertawa. Terakhir yaitu horor, yang suasana film menyeramkan yang berhubungan dengan makhluk halus. Film-film horor tersebut ada yang mendapatkan feel yang terasa bagi penonton dan sampai terkenal ke kancah perfilman dunia luar.
Seperti film-film Indonesia yang karya anak bangsa tembus di festival internasional dan terkenal di dunia yaitu pertama, Laskar Pelangi yang mendapatkan apresiasi internasional Festival of Film for Children and Young Adults di Hamedan, Iran sebagai The Golden Internasional Film. Kedua, Kucumbu Tubuh Indahku yang mendapatkan penghargaan salah satunya di Internasional Cinephille Society Awards 2019. Ketiga yaitu, Gundala yang mendapatkan penghargaan People’s Choice’s Award tahun 2019. Keempat, Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak mendapatkan penghargaan Tokyo FilmEx 2017. Kelima, pengabdi Setan yang tayang di 42 negara yang masuk ke 40 festival film internasional kategori film horor terbaik.
Tidak hanya perfilman Indonesia yang terkenal di dunia, perfilman yang berasal dari daerah Sumatera Barat juga terkenal. Contohnya saja film karya dari Buya Hamka di buat tahun 1938. Film yang berjudul Tenggelamnya Kapal Van Der Wick ini melodrama. Kisah film ini bercerita tentang seorang pria bernama Zainudin yang berlayar di Padang bertemu seorang gadis cantik bernama Hayati.
Mereka saling mencintai tapi tidak direstui secara hukum dan adat istiadat. Hayati menikah dengan Aziz. Zainudin yang dulu melarat sekarang menjadi seorang yang kaya raya. Akhirnya zainudin yang dan hayati bertemu kembali di kapal dengan keadaan kondisi Hayati yang luka akibat tengelam di kapal yang di tumpanginya.
Dan Zainudin menuliskan surat dan mengenang kebersamaannya dulu dengan hayati yang sangat ia cintai. Tidak hanya film tengelamnya kapal van der wick, banyak film yang kisahnya dari cerita orang Minang, namun lokasinya syuting pun di daerah Sumatera Barat. Sumatera Barat merupakan propinsi yang banyak sekali memiliki tempat, pemandangan yang indah untuk syuting film.
Menariknya tempat-tempat yang indah yang dibilang dengan bahasa anak sekarang yaitu estetik. Tempat yang estetik cocok pada pembuatan perfilman yang membuat meningkatnya minat penonton untuk menonton film tersebut. Membahas mengenai tempat estetik, banyak film-film Indonesia yang syuting di Sumatera Barat yang pengambilan filmnya di tempat-tempat yang terkenal di Sumatera Barat.contohnya saja film Me vs Mami yang filmya akan kaya budaya.
Tidak hanya budaya, filmya yang sebagian besar syuting di, Sumatera Barat, seperti di Danau Maninjau yang berada di Kecamatan Tanjung Raya, Jam Gadang di Bukittinggi, air Terjun Lembah Harau yang berada di Kecamatan Harau, Kabupaten 50 Kota. Pengambilan filmya itu pun dikarenakan Sumatera Barat memiliki budaya yang menarik untuk film tersebut. Film yang memiliki unsur adat istiadat seperti, tata cara pembelian kerbau yang di pasar Payukumbuh. Disana cara pembeliannya antara pembeli dan penjual saling meletakan harga yang pas dan cara yang menariknya yaitu saling bersalaman namun ditutup dengan kain (kain saruang).
Itu adalah cara menawar dan saling membicarakan harga pas nya, tetapi tidak mengeluarkan suara yang keras alias berbisik. Dilakukan jika pembeli dan penjual sama-sama laki-laki. Tidak hanya film Me Vs Mami yang syutingnya di Sumatera Barat, ada juga film Malik dan Elsa yang syutingnya juga di Sumatera Barat. Film yang diangkat dari novel best seller dari Boy Candra.
Boy Candra merupakan asli orang Minang yang tepatnya di Malalak, Sumatera Barat. Film yang tayang pada tahun 2020 ini memilih tempat yang menarik dan estetik. Seperti di Pantai Padang, Jembatan Siti Nurbaya, Seberang Palinggam dan daerah lainnya. Film yang berlatar percintaan remaja dalam adat Minang.
Pemeran utamanya yaitu Endy Arfian sebagai Malik dan Salshabilla Adriani sebagai Elsa. Para pemeran film tersebut juga bertemu dengan Gubernur Sumatera Barat yaitu Mahyeldi Ansharullah. Film ini kaya akan adat Minang yang mana pemainnya banyak dari Padang. Itulah menariknya syuting di Sumatera Barat yang memiliki tempat yang keindahan estetik.
Jadi kita sebagai seorang remeja penerus bangsa lah yang akan mengembangkan bakat dalam karya perfilman yang insyaallah film-film di Indonesia semakin maju sampai ke internasional. Dengan mendukung karya anak bangsa itu merupakan salah satu cara yang baik dan bijak dalam pemahaman yang akan didapatkan. Itulah mengapa adanya hari peringatan film sedunia. Baiknya kita menghargai dan selalu mendukung film-film terbaik hasil karya dari anak bangsa.
0 Comments