Ticker

6/recent/ticker-posts

Beberapa ungkapan-ungkapan di Minangkabau

 


Sumatera Barat banyak mengandung kata khiasan atau disebut juga dengan ragam Bahasa seperti khiasan mengenai seseorang, larangan kepada seseorang dan perintah kepada seseorang dengan menggunakan Bahasa yang sangat unik. Selain dari gaya Bahasa yang sangat unik banyak juga kata-kata khiasan yang memiliki arti berbeda dengan ungkapannya. Contoh dari khiasan yang ungkapannya berbeda dengan arti, seperti menyinggung seseorang dengan menggantikan posisi orang tersebut kepada alam atau tumbuh-tumbuhan, ada juga kata larangan yang di ungkapkan dengan khiasan seperti larangan menyiram kucing dan lainnnya. 




“ Jan siram kuciang, beko hujan labek turun “


Ungkapan tersebut mempunyai struktur sebab-akibat.Dimana jan siram kuciang menjadi sebab dan beko hujan labek turun menjadi akibatnya. dari ungkapan kalimat pertama yang dimana menyebutkan bahwa “jan siram kuciang” merajuk pada pengertian bahwa menyiksa binatang merupakan perbuatan yang sangat tidak manusiawi karena hal ini akan berdampak kepada terganggunya pola hidup binatang. Sikap yang seharusnya kita tonjolkan adalah ikut serta berperan aktif dalam menjaga ekosistem fauna. Selanjutnya untuk ungkapan kalimat kedua yang dimana menyebutkan bahwa “beko hujan labek turun” merajuk pada pengertian bahwa pada umumnya cuaca buruk menjadi salah satu faktor penghambat bagi Sebagian orang dalam melakukan aktifitas. Hal inilah yang menjadi point efek jera nya. Jadi, Fungsi ungkapan “ Jan siram kuciang, beko hujan labek turun “ ini dapat menjadi salah saatu cara mendidik anak-anak agar tidak menganggu binatang dilingkungan sekitar. 




“Awak gadih jan duduak di muko pintu, beko taambek razaki”


Struktur yang terdapat dalam ungkapan tersebut terdapat sebab-akibat. Awak gadih jan duduak di muko pintu, merupakan sebab dan beko taambek razaki, merupakan menjadi akibatnya. katakan dari ungkapan kalimat pertama yang dimana menyebutkan “Awak gadih jan duduak di muko pintu merajuk pada pengertian bahwa perempuan Minangkabau mendapatkan posisi yang berharga mata masyarakat. Keberhargaan Wanita Minangkabau sejalan dengan betapa pentingnya harga diri dan nama baik yang perlu mereka jaga dan pertahankan dengan teguh. Maka hal inilah yang menjadi nilai penting dari ungkapan kalimat pertama dimana Wanita sudah semestinya menjaga adab duduk. Selanjutnya untuk ungkapan kalimat kedua yang dimana menyebutkan bahwa” beko taambek razaki” merajuk pada posisi kalimat tersebut sebagai pendukung kaliamat pertama. Kalimat , beko taambek razaki” yang jika diartikan kedalam Bahasa indonesi berarti “ nanti rezekinya terhalang” diharapkan menjadi gimmick kepada target ungkapan. Jadi Maksud ungkapan disini berkenaan dengan perilaku perempuan yang tidak boleh sembarangan duduk, harus duduk sesuai tempatnya yaitu kursi. Dimana jika perempuan duduk di pintu, tidak indah dilihat.








Jan basiso makan, beko nangih nasi


Struktur yang terdapat pada kutipan di atas ialah terdapat unsur sebab dan akibat nya. Jan basiso makan, merupakan sebab dan beko nangih nasih yang merupakan akibat. dari ungkapan kalimat pertama yang dimana menyebutkan “Jan basiso makan, merajuk pada pengertian bahwa saat makan ssebaiknya tidak ada nasi yang bersisa atau berserakan. Selanjutnya untuk ungkapan kalimat kedua yang dimana menyebutkan bahwa “beko nangih nasi” merajuk pada posisi kalimat tersebut sebagai pendukung kaliamat pertama yang dimana diharapkan menjadi gimmick kepada target ungkapan. Jadi Maksud ungkapan disini adalah kita tidak boleh makan bersisa atau makan tidak habis karena itu merupakan sifat mubazir. 




“Jan manunjuk ka pusaro, beko patah jari tu”


Kalimat di atas menjelaskan tentang larangan seseorang untuk menunjuk ke arah kuburan yang bermaksud adalah tidak bermain-main atau tidak menganggap remeh tentang kematian. Kalimat ini biasanya dilontarkan oleh orang tua kepada anak- anaknya, dari segi lain kita dapat belajar atau mencoba memahani tentang kata kata khiasan Minangkabau.




“jan mandok mandok di malam hari, beko hilang”


Kalimat ini diartikan jangan bersembunyi dimalam hari nanti  bisa hilang. Kalimat ini biasanya dibackanoleh kalangan pemuda kepada anak-anak yang sering bermain petak umpet dimalah hari, dari khiasan diatas pun menjelaskan tentang larangan bermain atau beraktivitas dimalam hari. Ada juga Sebagian orang menjelaskan bahwa di dunia ini ada terdapat dua alam, alam nyata dan alam ghoib, sehingga kita harus percaya dan waspada bahwa makhluk ciptaan tuhan itu tidak hanya manusia saja melainkan ada juga makhluk yang kasat mata. 




“jan guntiang kuku di malam hari, beko maningga”


Kalimat ini diterjemahkan seperti jangan memotong kuku dimalam hari nanti meninggal. Biasanya ini disampaikan oleh orang tua kepada anak wanitanya untuk tepat waktu untuk menjaga kebersihan, karena seorang Wanita di identik dengan kebersihannya. Jika seorang Wanita tidak bisa menjaga kebersihannya maka tidak dipandang baik lagi diranah Minangkabau. Sebab Wanita diminangkabau termasuk sebuah harta yang sangat tinggi. Tetapi ternyata khiasan diatas ini mengarah kepada suatu Mitos untuk membuat Wanita menjaga kebersihan.




Kesimpuylannya ungkapan yang tertara oleh moyang terdahulu mengandung banyak unsur larangan, pelajaran, serta hal-hal yang tidak bisa dipikirkan oleh orang-orang awam. Maka dari itu symbol-simbol larangan tersebut diungkapkan dengan guna selain mendidik juga dengan sebagasi pedoman untuk hidup kedepannya. Selain itu hal ini juga sebuah perintah dengan cara khiasan yang membuat si penerima akan berpikir panjang serta tidak bisa mengkritik hal tersebut, berbeda dengan era modern saat ini yang larangnya terus-terang serta mudah dimengerti, akan tetapi eksistensi symbol-simbol larangan berbentuk kiasan dalam Minangkabau ini patut dilestarikan sebab banyak mengandung unsur-unsur kebudayaan serta hal yang patut dilestarikan.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS