Ticker

6/recent/ticker-posts

Mengembangkan Pariwisata Melalui Sastra Lisan



Oleh : Rido Ilham, Mahasiswa Sastra Minangkabau, Universitas Andalas.


Indonesia merupakan negara yang memiliki budaya dan kekayaan alam yang melimpah. Hampir setiap daerah di indonesia memiliki budaya dan kekayaan alam yang melimpah. Hal tersebut berdampak positif terhadap perkembangan pariwisata di indonesia dan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, menetapkan kepariwisataan berfungsi memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan intelektual setiap wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta meningkatkan pendapatan negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Berdasarkan hal tersebut, dengan peningkatan kunjungan wisata dapat membawa kesejahteraan bagi masyarakat terutama pada masyarakat sekitar kawasan wisata. Dengan keunikan yang mengagumkan dari indonesia, yaitu keberagaman suku, agama, adat budaya, dan kondisi sosial di masing-masing daerah tentunya banyak menyimpan potensi yang unik untuk lebih meningkatkan pariwisata di daerahnya masing-masing. Salah satunya dapat dilakukan dengan mengkaji lebih dalam tentang sastra lisan yang berkembang di daerah tersebut untuk dijadikan sebagai daya tarik untuk wisatawan yang berkunjung. 

Sastra dan pariwisata dapat memiliki hubungan yang saling berkaitan dan saling menguntungkan keduanya. Hal tersebut terjadi sejak lama, dan dapat dilihat dari beberapa tempat wisata yang menggunakan karya sastra sebagai penambah daya tarik wisatawan. Begitupun sebaliknya, dengan adanya destinasi wisata yang menjadikan karya sastra sebagai penariknya juga berdampak positif terhadap karya sastra tersebut mejadi terlestarikan. Untuk itu dengan menggunakan pendekatan pariwisata sastra dapat membawa dampak yang sangat banyak bagi masyarakat ataupun karya sastra. Pariwisata sastra mengkaji dua hal. Pertama, aktivitas pariwisata yang menjadikan sastra sebagai dimensinya, dan kedua mengkaji karya sastra yang berkaitan dengan aktivitas pariwisata. Sastra pariwisata terjadi ketika penulis atau sastra mereka menjadi sangat populer sehingga orang-orang tertarik pada lokasi yang terkait dengan penulis tersebut (misalnya tempat kelahiran, rumah, kuburan) atau yang ditampilkan dalam tulisan mereka. Salah satu karya sastra yang biasanya dijadikan sebagai dimensi untuk meningkatkan destinasi wisata ialah sastra lisan. Sastra lisan merupakan terjemahan bahasa inggris oral literature. Secara awam sastra lisan dapat diartikan kesusastraan yang mencakup ekspresi suatu masyarakat yang turun temurun yang disebarkan dari mulut ke mulut. Danandjaja dalam bukunya Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, Dan Lain-Lain (1984:21-22), mengungkapkan sastra lisan merupakan bagian dari folklor. Sastra lisan dapat dikelompokan pada folklor lisan dan sebagian lisan.

Menurut Putra (2019), kontribusi sastra dalam dalam memajukan pariwisata, langsung maupun tidak langsung, sudah terjadi sejak lama dan terus semakin nyata dalam satu setengah dekade terakhir ini. Sumbangan sastra dalam pengembangan pariwisata Indonesia, misalnya, tampak lewat pelaksanaan festival sastra, terbitnya karya sastra yang membuat sebuah daerah menjadi terkenal sebagai destinasi wisata, filmisasi karya sastra yang mempromosikan daerah yang menjadi latar cerita, serta penggalian mitos atau cerita rakyat sebagai penciptaan branding sebuah destinasi wisata. Dari hal tersebut, tidak dapat dipungkiri keterkaitan sastra dalam pengembangan pariwisata sangatlah erat, karena pada dasarnya suatu karya sastra diciptakan tidak dengan kekosongan budaya. Artinya karya sastra tersebut sangatlah penuh dengan teks-teks yang mendahuluinya. Teks tersebut tidak hanya dalam bentuk tulisan, namun teks tersebut ialah alam semesta yang berupa adat istiadat, lingkungan, fenomena-fenomena di dalam masyarakat, dan lain sebagainya. Begitupun sebaliknya, kontribusi sastra dalam pengembangan pariwisata juga berdampak positif bagi karya sastra itu sendiri. Seperti karya sastra yang mulai terlupakan dalam masyarakat. Dengan sedikit modifikasi untuk menunjang pengembangan pariwisata, karya sastra yang tadinya hampir punah akan terangkat kembali dan terlestarikan. 

Khususnya di Minangkabau, salah satu suku bangsa yang memakai sistem kekerabatan matrilinial yang terletak di Provinsi Sumatera Barat. Disana Masih banyak terdapat folklor atau legendanya yang menjadi pengembangan pariwisata. Diantaranya adalah warisan folklor yang dapat ditemui di Pantai Air Manis, Kota Padang. yaitu cerita anak durhaka malin kundang. cerita ini mampu mendongkrak dan menjadikan daerah tersebut sebagai daerah pariwisata. Hal ini dilakukan dengan memodifikasi cerita tersebut dengan membangun sebuah objek berupa patung yang menggambarkan anak yang dikutuk ibunya menjadi batu. Namun, karena banyaknya sastra lisan yang berkembang di dalam masyarakat, ada juga yang luput dari perhatian dan akhirnya terlupakan dalam masyarakat, karena sebagian masyarakat menganggap sastra lisan yang berkembang tersebut sebagai alat komunikasi bagi penuturnya. Sehingga membuat sastra lisan tersebut berdiri sendiri berjuang melawan derasnya arus globalisasi. Jika dikaji lebih dalam, hal tersebut adalah sebuah potensi yang besar untuk meningkatkan pariwisata dan akan membantu perekonomian masyarakat jika dikelola dengan professional.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS