Ticker

6/recent/ticker-posts

Upacara “tolak bala” sebagai bentuk kreatifan lokal masyarakat kabupaten pesisir selatan.


Oleh : syarifah kurnia putri

Mahasiswa universitas andalas, sastra minangkabau


 


Upacara “tolak bala” merupakan salah satu kearifan lokal yang turun temurun dan masih ada sampai saat sekarang, tradisi ini sudah diyakini sejak ratusan tahun silam dikawasan kabupaten pesisir selatan, yang mana masyarakat pesisir selatan menyakini bahwa upacara ini merupakan, usaha untuk menghindari bahaya yang datangnya bukan dari manusia melainkan, makhluk gaib dan kekuatan-kekuatan alam yang membahayakan keselamatan masyarakat, serta upacara tolak bala juga diyakini mampu menolak penyebaran penyakit, termasuk wabah menular. Pelaksanaan upacara tolak bala tidaklah terjadwal semuanya disesuaikan dengan keadaan yang dirasakan masyarakat seperti, tolak bala yang dilaksanakan di laut untuk para nelayan, tolak bala sebelum turun kesawah dan ada juga ritual tolak bala untuk pencegahan corona. Nah untuk pembahasan selanjutnya kita lebih fokuskan kepada ritual tolak bala yang dilakukan oleh warga pesisir selatan untuk pencegahan covid-19.

Masyarakat kabupaten pesisir selatan, menggelarkan tahlil tolak bala, yang mana hal ini dianggap sebagai salah satu cara untuk mencegah penyebaran virus corona (Covid-19). Upacara atau ritual tolak bala dilakukan di Nagari taratak sungai lundang, kecamatan koto XI Tarusan, kabupaten pesisir selatan (pessel), sumatera barat. Pelasksanaanya dilakukan biasanya setiap habis sholat asyar hingga menjelang magrib.

Upacara atau tahilang tolak bala dilakukan untuk mencegah penyebaran Covid-19, yang beberapa bulan ini sudah meresahkan kehidupan masyarakat, di indonesia terutama di Sumatera Barat, tolak bala dilakukan di pinggir sungai, karena pada hakikatnya hal tersebut simbol untuk menghanyutkan wabah bersama aliran air.

Tradisi tolak bala ini, dikuti oleh ratusan warga, baik laki-laki maupun perempuan berjalan kaki sepanjang kampung dengan pinggiran sungai sambil melafazkan kalimat Laa illa haillah (tiada tuhan selain Allah SWT). Sesampainya masyarakat tersebut di ujung sungai, membaca doa yang disampaikan kepada sang pencipta tak lain agar wabah corona cepat berlalu. Sehingga Masyrakat kembali hidup tentram dan bergaul seperti biasa tanpa ada rasa takut.

Tradisi ini sudah diyakini sejak ratusan tahun silam di kawasan tersebut, karena segala sesuatu itu pasti datangnya dari Allah SWT dan tentunya harus dikembalikan kepadanya, serta tahilan tolak bala tersebut berlangsung selama 7 hari ke depan, dan pelaksanaanya dilakukan setiap habis sholat asyar hingga menjelang maqrib.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS