Ticker

6/recent/ticker-posts

RANDANG PANGICUAH SOLUSI KESETARAAN

 


Oleh: Karyn Eka Putri

(Mahasiswa Sastra Minangkabau Universitas Andalas)



Siapa yang tak kenal rendang, salah satu makanan khas Minangkabau yang sudah go Internasional. Rendang tidak hanya sebagai makanan saja, rendang memiliki filosofis tersendiri bagi masyarakat Minangkabau. Kesabaran, kebijaksanaan, dan kegigihan. Jika membahas filosofis nya tiga hal itulah yang utama akan digambarkan. Rendang ialah hidangan wajib yang disajikan dalam setiap perayaan adat, seperti berbagai upacara adat atau penyambutan tamu. Tak hanya sebagai makanan khas namun rendang juga lambang budaya bagi masyarakat Minangkabau. 

Rendang adalah makanan yang berharga dan terhormat di bandingkan makanan tradisional lainnya. Rendang memiliki hirarki yang tertinggi dan biasanya disebut sebagai Kepalo Samba (kepala hidangan) dalam acara-acara tradisional dan acara penting. Di Minangkabau sangat identik dengan adat dan basa basi, sehingga setiap rangkaian kegiatan acara akan ada prosesi tertentunya mulai dari hal kecil seperti pengaturan makan sampai ke acara yang besar seperti pemilihan pemimpin. Semua sudah di atur di dalam undang undang adatnya. 

Setiap daerah di Minangkabau memiliki kekayaan alam tersendiri tergantung kondisi geografis nya. Oleh sebab itu tak hanya rendang daging, kita bisa menemukan berbagai macam jenis rendang sesuai dengan kondisi geografis tersebut, bahkan masing-masing rendang itu mempunyai ciri khas rasa tersendiri. Ada beberapa jenis rendang dan variasinya seperti rendang lokan (rendang kerang) yang berasal dari Painan atau Pariaman, rendang belut dari Batusangkar, rendang itik (rendang bebek) dan rendang jariang (jengkol) dari Bukittinggi, rendang pensi dari wilayah Danau Maninjau, rendang talua (telur) dari Payakumbuh dan ada juga rendang cubadak (nangka) dari Solok.  

Karena kondisi geografisnya yang berbeda-beda tentunya menjadikan keadaan ekonomi masyarakat setiap daerahnya juga berbeda. Tidak semua masyarakat di minangkabau memiliki ekonomi yang baik meski kondisi geografis nya terbilang kaya. Ada suatu daerah di kabupaten solok yang pada umumnya masyarakat disitu memiliki ekonomi menengah kebawah. Tentunya disetiap acara adat harus mengikuti prosedur sebagaimana mestinya. Salah satunya menyajikan rendang sebagai Kapalo Samba   dalam hidangan makanan di upacara-upacara adat tertentu. Sedangkan rendang pada umumnya yang di sajikan ialah rendang daging. Tentu masyarakat disini akan kesulitan untuk memenuhinya lantaran keadaan ekonomi mereka yang terbilang rendah tadi. 

Namun, bagi masyarakat Minangkabau harga bahan pokoknya yang mahal tidak menjadi hambatan untuk tetap menyajikan makanan ini demi melestarikan adat dan budayanya. Untuk mengakalinya masyarakat menyajikan rendang yang berbeda dari rendang biasa, uniknya ketika rendang ini disajikan terlihat persis seperti rendang daging, setelah dicicipi khas rasa daging akan terasa namun akan muncul satu rasa khas yang berbeda. Semuanya bisa tertipu karena daging di dalam sajian rendang itu akan sulit di temukan, yang ditemukan hanyalah nangka. Tetapi tidak perlu di ragukan potongan-potongan kecil nangka di dalamnya akan terasa seperti daging yang memiliki ciri khas rasa yang tak kalah lezat dari daging sebenarnya. Oleh sebab itu, rendang yang tersaji ini dinamakan randang pangicuah (pengecoh) oleh masyarakat setempat disana. Karena keahlian orang Minangkabau memasaknya rendang ini bisa memiliki umur simpan yang panjang, dan menjadi salah satu makanan utama untuk di bawa pergi jauh seperti merantau, umroh, dan naik haji. 

Randang pangicuah menjadi sebuah solusi bagi masyarakat di daerah tersebut. Dari kenyataan tersebut bisa kita simpulkan bahwa, ternyata orang Minangkabau ialah orang yang cedas, pekerja keras dan pantang menyerah. Selalu bisa mencari solusi dari masalah yang dihadapinya bersama, hal tersebut tertuang di dalam pepatah Barek samo di pikua, ringan samo di jinjiang. Hal ini tentu tidak akan terjadi dengan sendirinya, musyawarah untuk mencapai mufakatlah yang menjadi landasan dasar berfikir agar dapat mencapai itu semua. Sehingga tidak terjadi perbedaan, dan mampu menyetarakan baik dalam hal sosial dan ekonomi. Oleh karena itu masyarakat Minangkabau di kenal juga dengan masyarakat egaliter yang melangsungkan hidup dengan mandiri tanpa perbedaan derajat dan tingkat. Ibarat kata pepatah duduak samo randah tagak samo tinggi.  

Saat ini rendang adalah salah satu makanan khas yang sangat populer di Indonesia dan negara - negara Asia Tenggara lainnya, seperti Malaysia, Singapura, Brunei, Filipina, dan Thailand. Bahkan pada tahun 2011, rendang dinobatkan sebagai hidangan terlezat di dunia yang menduduki peringkat pertama dari 50 daftar Hidangan Makanan Terlezat Dunia versi CCN internasional. Rendang memiliki nilai budaya yang khas, mulai dari bagaimana memilih bahan yang akan di masak hingga proses penyajiannya. Rendang hanya di sajikan dalam acara-acara tertentu, tidak disajikan untuk makanan sehari-hari. Karena rendang adalah makanan yang berharga dan terhormat. 

Namun hal demikian tidak lagi ditemui di zaman sekarang, proses pembuatan tradisional itu sudah sulit sekali dilakukan. Pada saat ini jika orang ingin menyajikan rendang lebih memilih membeli dari pada harus memasaknya terlebih dahulu karena waktu pembuatannya  yang lama. Bahkan sudah banyak penjualan rendang secara online, diberbagai rumah makan, dan juga jadi salasah satu makanan rumahan. Alangkah baiknya nilai budaya, prosesi dan hukum adat lebih diperhatikan, agar tidak habis di telan zaman. Sehingga kelesatarian dan  keseimbangannya akan terus terjaga dari generasi ke generasinya.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS