Ticker

6/recent/ticker-posts

TOLOK UKUR KEBENARAN ADALAH AL QUR'AN DAN AS SUNNAH, BUKAN BANYAK SEDIKITNYA PENGIKUT


Oleh  :Prof.Asasriwarni MH


بسم الله الرحمان الرحيم 


*_A. Dalil Rujukannya :_*


*1. Firman Allah SWT :*  


Dalam Surat Al An'am Ayat 116, Allah SWT berfirman sbb :


وَإِن تُطِعۡ أَكۡثَرَ مَن فِي ٱلۡأَرۡضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِۚ إِن يَتَّبِعُونَ إِلَّا ٱلظَّنَّ وَإِنۡ هُمۡ إِلَّا يَخۡرُصُونَ


*Dan jika kamu  mengikuti kebanyakan  orang di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Yang mereka ikuti hanyalah  persangkaan belaka dan mereka hanyalah  membuat kebohongan  (terhadap Allah)*  (QS. Al An’am Ayat : 116)


Kemudian dalam Surat Al A'raf Ayat 102, Allah SWT juga berfirman sbb :


وَمَا وَجَدۡنَا لِأَكۡثَرِهِم مِّنۡ عَهۡدٍۖ وَإِن وَجَدۡنَآ أَكۡثَرَهُمۡ لَفَٰسِقِينَ


*Dan Kami tidak mendapati  kebanyakan mereka memenuhi janji. Sebaliknya, yang Kami dapati  kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik* (QS. Al A’raf Ayat : 102)


Selanjutnya dalam Surat Al A'raf Ayat 187, Allah SWT Berfirnan :


وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ


*Akan tetapi, kebanyakan manusia itu tidak mengetahui* (QS. Al A’raf Ayat : 187)


Dengan merujuk pada tiga atat tetsebut di atas, dapat disimpulkan bahwa :  sedikitnya pengikut suatu dakwah, tidak lazimnya cara ibadah yang dilakukan (tidak seperti kebanyakan orang),  atau penampilan yang berbeda dengan keumuman,  bukanlah merupakan alasan untuk memvonis salah atau sesatnya sebuah dakwah. 


Bukankah dakwah para Rasul yang mulia pada awal kemunculannya juga tidak umum dan tidak lazim di mata kaumnya ? Bukankah tidak sedikit dari para Rasul tersebut yang dimusuhi dan ditentang dakwahnya ? Beberapa orang dari mereka (para Rasul) hanya diikuti segelintir orang, bahkan ada yang tak memiliki seorang pengikut pun.


Namun, semua itu tidak lah mengurangi nilai dakwah yang mereka emban. Tidak pula hal itu menjadikan dakwah mereka divonis salah atau sesat.  Berkaitan dengan hal itu, Allah SWT juga berfirman sbb : 


وَمَآ ءَامَنَ مَعَهُۥٓ إِلَّا قَلِيلٌ


*Dan tidaklah beriman bersamanya (Nuh) kecuali sedikit*  (QS. Hud Ayat : 40)



*2. Sabda Rasulullah  ﷺ :*


Rasulullah SAW bersabda sbb : 


عُرِضَتْ عَلَيَّ اْلأُمَمُ، فَرَأَيْتُ النَّبِيَّ وَمَعَهُ الرَّهْطُ، وَالنَّبِيَّ وَمعَهُ الرَّجُلُ وَالرَّجُلاَنِ، وَالنَّبِيَّ وَلَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ


*Telah ditampakkan kepadaku beberapa umat. Kemudian aku melihat seorang Nabi yang hanya memiliki pengikut kurang dari sepuluh orang, seorang Nabi yang hanya berpengikut satu atau dua orang, dan seorang Nabi yang tidak  memiliki seorang pun  pengikut* (HR. Al Bukhari No. 5705 dan 5752; dan Muslim No. 220, dari sahabat Abdullah bin Abbas  radhiallahu anhuma)


Dalam hadits lain, dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu mengatakan bahwa,  Rasulullah SAW  bersabda :


بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ


*Islam datang dalam keadaan yang asing, akan kembali pula dalam keadaan asing. Sungguh beruntunglah orang yang asing* (HR. Muslim No. 145).


*_B. Kesimpulan Para Ulama :_*


*1. Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah berkata :*


Di antara prinsip kaum jahiliah adalah menilai kebenaran dengan jumlah mayoritas dan kesalahan dengan jumlah minoritas. Menurut mereka, segala sesuatu yang diikuti kebanyakan orang berarti benar, sedangkan yang diikuti segelintir orang berarti salah. Inilah patokan yang ada pada mereka dalam menilai kebenaran dan kesalahan.


*2. Syaikh Sulaiman bin Abdullah Alusy Syaikh rahimahullah berkata :*


Ayat dan Hadits tersebut di atas,  mengandung bantahan terhadap orang yang berdalil dengan hukum mayoritas dan beranggapan bahwa kebenaran itu selalu bersama jumlah yang banyak, padahal tidaklah demikian. Yang semestinya adalah *mengikuti Al-Qur’an dan as-Sunnah, bersama siapa pun dan di mana pun*  (Taisir al-‘Azizil Hamid, hlm. 106)


 مجموعـــــة توزيع الفـــــــوائد

قناتنا في برنامـــج [تيليجــــــرام]

للإشتراك : افتح الرابط واضغط على إشتراك


Keberannya yang *_Al Haq_* adalah  Al-Qur'an dan As-Sunnah.  Sebagaimana dikatakan, bahwa :   Islam akan kembali seperti ketika datang, maka betapa bodohnya orang yang mengatakan bahwa kebenaran adalah dengan banyaknya pengikut.


*3. Al Qadhi ‘Iyadh menyebutkan makna hadits di atas sebagaimana disebutkan oleh Imam Nawawi :*


أَنَّ الإِسْلام بَدَأَ فِي آحَاد مِنْ النَّاس وَقِلَّة ، ثُمَّ اِنْتَشَرَ وَظَهَرَ ، ثُمَّ سَيَلْحَقُهُ النَّقْص وَالإِخْلال ، حَتَّى لا يَبْقَى إِلا فِي آحَاد وَقِلَّة أَيْضًا كَمَا بَدَأَ


*Islam dimulai dari segelintir orang dari sedikitnya manusia. Lalu Islam menyebar dan menampakkan kebesarannya. Kemudian keadaannya akan surut. Sampai Islam berada di tengah keterasingan kembali, berada pada segelintir orang dari sedikitnya manusia pula sebagaimana awalnya* (Syarh Shahih Muslim, 2 : 143)


*4. As Sindi dalam Hasyiyah-nya terhadap kitab Sunan Ibnu Majah mengatakan :*


غَرِيبًا أَيْ لِقِلَّةِ أَهْله وَأَصْل الْغَرِيب الْبَعِيد مِنْ ا لْوَطَن


Disebut ‘gharib’ jika pengikutnya sedikit dan maksud asal dari kata ‘gharib’ adalah jauh dari negeri.


( وَسَيَعُودُ غَرِيبًا ) بِقِلَّةِ مَنْ يَقُوم بِهِ وَيُعِين عَلَيْهِ وَإِنْ كَانَ أَهْله كَثِيرً


Kembali dalam keadaan asing karena sedikitnya yang mau menjalankan dan saling menyokong dalam menjalankan syari’at Islam padahal umatnya banyak.


(فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ) الْقَائِمِينَ بِأَمْرِهِ


Beruntunglah orang yang asing, yaitu yang menjalankan ajaran Islam tersebut.


و”طُوبَى” تُفَسَّر بِالْجَنَّةِ وَبِشَجَرَةٍ عَظِيمَة فِيهَا


Thuba sendiri ditafsirkan dengan surga dan pohon besar yang berada di surga.


وَفِيهِ تَنْبِيه عَلَى أَنَّ نُصْرَة الإِسْلام وَالْقِيَام بِأَمْرِهِ يَصِير مُحْتَاجًا إِلَى التَّغَرُّب عَنْ الأَوْطَان وَالصَّبْر عَلَى مَشَاقّ الْغُرْبَة كَمَا كَانَ فِي أَوَّل الأَمْر


*Ini menunjukkan bahwa memperjuangkan dan menjalankan ajaran Islam memang butuh akan keterasingan dari negeri. Ketika itu butuh ada kesabaran ekstra dalam menghadapi keterasingan sebagaimana keadaan Islam di awal-awal. Demikian penjelasan As Sindi*


 رب زدني علما 

 بارك الله فيك

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS