OLEH : FEBRIA MAYANG RAHAYU
MAHASISWA SASTRA MINANGKABAU, FIB UNIVERSITAS ANDALAS
Mencari keberadaan seniman tradisi Minang perempuan seperti Devi Hasri ternyata sudah sulit dan jarang di temukan. Devi Hasri adalah seorang seniman perempuan yang berasal dari Padang, untuk menjadi seorang seniman musik dan dendang tidak hanya laki-laki saja, contohnya Devi adalah salah satu seniman perempuan yang mutitalenta ia bisa memainkan berbagai macam alat musik Tradisional Minangkabau dan bisa juga melantunkan berbagai dendang. Devi Hasri lahir tanggal 7 Februari 1986 di Padang, dan sekarang sudah berusia 34 tahun. Devi Hasri terlahir dari seorang ayah yang bernama Jusri dan ibunya yang bernama Asnah.
Jusri yang bekerja sebagai petani baik di sawah beliau sendiri maupun bekerja di sawah orang lain. Sedangkan Asnah tidak bekerja beliau hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan mengurus anak-anaknya saja. Devi Hasri memiliki 9 orang saudara dan Devi anak ke 8. Ayah yang bernama Jusri ini menghidupi 9 orang anak dengan cara bekerja di sawah orang atau sebagai petani, semua itu dilaluinya dengan tulus untuk menghidupi anak istrinya.
Jusri juga seorang seniman sastra lisan, yang dulu di sebut sebagai tukang Simarantang. di saat beliau bekerja di sawah ataupun lagi di rumah berkumpul bersama keluarga beliau sering mendendangkan berbagai dendang dan menciptakan irama-irama sendiri saat bekerja. Ketika Devi masih kecil ia sering mendengarkan ayahnya berdendang, Pada saat ayahnya lagi dirumah beliau sering berdendang, bernyanyi dan Devi sering menyimaknya, mendengarkan bait demi bait dendang yang di lantunkan oleh sang ayah. Devi ini merasa penasaran dan ingin mencoba nya walaupun ia melakukannya masih dengan meraba-raba.
Pada tahun 1999 Devi Hasri menamatkan pendidikannya pada Sekolah Dasar Negeri di Aru Gunung Sarik Kelurahan Gunung Sarik, Kecematan Kuranji Kota Padang Sumatera Barat. Ketika masih bersekolah di SD Devi sering mengasah dendang dendang yang di dengar dari ayahnya, meskipun ia masih melakukannya dengan cara terbata-bata atau meraba raba tetapi ia tak pernah menyerah untuk mempelajari dendang. Setelah tahun 1999 tamat sekolah dasar Devi melanjutkan pendidikannya ke SMP N 27 Padang dan tamat pada tahun 2002, kerena ingin mengasah kemampuannya berdendang ia juga berkeinginan untuk belajar tentang alat musik dan cara memainkannya. Ia berfikir harus kemana ia belajar untuk benar benar mengasah kemampuannya di bidang yang ia minati.
Dan ia bertanya kepada ayahnya dan kepada banyak orang harus kemana ia melanjutkan pendidikannya untuk mengasah kemampuannya tersebut, setalah banyak bertanya ia mendapatkan jawaban. Dia mengetahui kalau di Sumatera Barat ada sekolah Seni, yang dulunya bernama SMKI / SEKOLAH MENENGAH KARAWITAN INDONESIA ketika masih menggunakan nama SMKI sekolah ini harus menamatkan 4 tahun masa pendidikan sampai selesai. Setelah beberapa lama nama SMKI ini berubah menjadi SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN / SMK N 7 PADANG yang harus menempuh pendidikan 3 tahun saja seperti sekolah normal biasanya.
Ketika ia masuk ke SMK N 7 Padang ia memutuskan untuk mengambil jurusan yang sangat ia inginkan, jurusan seni tradisi Minangkabau yaitu jurusan seni Karawitan Minang. di sana ia dapat mengeksplor, mengasah kemampuannya, di saat ia bersekolah di jurusan seni karawitan ini ia banyak belajar tentang alat alat musik tradisional Minangkabau, dan dendang dendang yang sering di dengarnya ketika ayahnya berdendang sewaktu ia masih kecil . ia sangat bersyukur masuk ke sekolah yang ia inginkan tersebut, dari ia tidak mengenal lagu lagu, dendang dendang sampai ia benar benar mengetahui hampir semua tentang dendang.
Tidak hanya dendang saja yang ia pelajari di sana, ia juga di ajarkan dan di kenalkan dengan alat alat musik yang ada di Minangkabau ini, sampai ia mampu memainkan banyak alat musik karawitan tradisional Minangkabau. Dan ketika ia bersekolah ia sering di ajak guru guru untuk mengisi acara, baik acara di sekolah maupun acara di luar sekolah seperti acara penyambutan tamu, pesta perkawinan, acara hiburan dan banyak acara lainya.
Awal pertama yang di pelajari ketika masuk ke jurusan karawitan ia belajar talempong melodi yaitu irama tak ton tong. Pada awalnya itu sangat sulit baginya, mempelajari irama itu sangat sulit baginya untuk bisa menyatukan tempo dengan yang lain. Ia bisa memainkan melodi selama 6 bulan lamanya dan itupun ia masih sangat ragu-ragu, karena ia tidak pernah belajar talempong melodi sebelumnya, ia hanya memiliki kemampuan berdendang saja, dan ia bisa berdendang pun secara otodidak. ia hanya mendengar menyimak ketika ayahnya berdendang dan mencobanya walaupun ia masih meraba raba.
Ketika di SMK N 7 Padang, Untuk irama dendang yang pertama kali di pelajarinya yaitu irama dendang Dayang Daini , dendang dayang daini ini biasanya di pakai untuk pengiring Randai . mempelajari dendang sangatlah sulit di banding lagu-lagu pop , lagu minang biasanya, dalam belajar dendang ini banyak berbagai tuntutan untuk benar-benar bisa menjadi seorang pedendang, belajar dendang sangat di tuntut untuk bisa menguasai irama atau istilah lain di dalam dendang adalah Gariniak , sedangkan gariniak itu sendiri sangat sulit. Tapi Devi sangat mensyukuri semua itu, proses demi proses yang di lalui akhirnya ia bisa menguasai berbagai model gariniak dan dendang dendang yang ada sampai sekarang, walaupun ia merasa belum semahir para senior dendang lainnya.
Devi Hasri pernah melakukan rekaman atau memiliki album bagurau yang judulnya “ saluang dangdut oyak-oyak “, di dalam album ini devi tidak hanya sendiri tetapi bersama dua seniman lainnya yang bernama Buyuang Anyuik dan Irmun Krismon, ia memiliki album pertama pada tahun 2011 dan album keduanya 2012. Di dalam album ini Devi tidak menggunakan nama aslinya, melainkan menggunakan nama panggungnya yaitu Upiak Kelok, nama upiak kelok ini sudah dari kecil di semasa ia masih duduk di sekolah dasar. Julukan ini pertama kali di beri oleh teman sekolah nya, karena ketika belajar menggambar devi sering membuat rumah yang memiliki jenjang yang berkelok-kelok, dari sanalah asal mulanya nama upik kelok melekat pada diri Devi Hasri hingga sekarang.
Setelah tamat dari SMK N 7 Padang, Devi hasri tidak melanjutkan pendidikannya yang sama dengan jurusan ketika ia Smk, melainkan melanjutkan pendidikannya di STKIP Padang dengan jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. ketika ia berkuliah ia masih aktif dalam berkesenian, ia masih sering mengisi acara-acara di waktu kosong. Ketika itu ia sering mengisi acara dengan menampilkan saluang dangdut, bagurau dan acara lainnya.
Devi sekarang juga termasuk seniman yang sangat bertalenta, ia bisa memainkan berbagai alat musik seperti, talempong, gandang, sarunai, bansi, saluang dan banyak lagi alat yang bisa ia mainkan, walaupun ia seniman sastra lisan atau di sebut tukang dendang. Ia tidak hanya aktif di sekolah di tempat ia bekerja, melainkan ia juga memiliki himpunan atau sanggar yang mana sanggar itu bernama “ sanggar parewa limo suku group “ selama sanggar parewa limo suku ini ada sudah banyak karya-karya yang lahir dari seniman seniman yang bergabung didalam sanggar ini.
Devi sebagai seniman sastra lisan mengatakan peran seniman sangat berpengaruh terhadap budaya lokal kita, tanpa adanya seniman, budaya lokal kita tidak akan berkembang dengan baik. Ada hal yang mengakibatkan memudarnya seni tradisi lisan yaitu kurangnya kesadaran dari masyarakat untuk melestarikan budaya kita yaitunya seni tradisi lisan, masyarakat sekarang ini selalu memandang Rendah terhadap seni lisan yang dimiliki budaya kita.
0 Comments