Ticker

6/recent/ticker-posts

Seniman sekaligus ayah bagi murid SMK N 7 Padang

Oleh Dea Agustin

Bakaruddin,A.Md adalah seorang guru Jurusan Karawitan di SMK N 7 Padang sekaligus salah satu pelaku seni Sastra Lisan Minangkabau. Telah mengajar dan bertempat tinggal di pemukiman SMK N 7 Padang dari tahun 1989 hingga saat ini. Tak hanya mengajar, beliau juga menjadi penanggung jawab peralatan musik Karawitan disekolah tersebut.

Beliau adalah seorang guru yang disenangi dan akrab dipanggil ayah oleh siswa dan siswi SMK N 7 Padang. Pandai dalam berdendang, Bakaruddin juga pandai bermain alat musik Tradisional Minangkabau. Tidak hanya memainkannya, beliau juga bisa membuat alat musik seperti bansi dan sarunai.
Bigrafi Bakarudin


Bakaruddin adalah seorang guru seni yang berasal dari Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Terlahir di Kecamatan Baso pada tanggal 9 November 1963, sekarang genap berusia 56 tahun.  Beliau adalah anak terakhir dari 6 bersaudara oleh pasangan Syamsudin dan Rakina. Kakak tertuanya juga pandai bermain musik khususnya Saluang dan kakak keduanya pemain sekaligus pedendang pada permainan Randai.
Sedari kecil ketertarikan Bakaruddin pada seni dimulai dari mendengar dendang pada radio. Beliau senang mendengarkan dendang dan  mulai mencoba sendiri lirik dan irama yang ia dengar di sawah. Meskipun belum sekolah, ia sering disuruh kesawah menghalau burung. Sambil menjalankan tugasnya disawah, beliau belajar berdendang dan menghafalkannya sendiri.
Bakaruddin ingin menjadi pedendang dari kecil terinspirasi dari seniman bernama Samsimar. Bakaruddin sering membeli dan mengoleksi kaset Samsimar. Menurutnya, menjadi pedendang akan sejahtera seperti Samsimar yang awalnya memiliki kehidupan yang miskin dan setelah menjadi pedendang ia memiliki hidup yang berkecukupan bahkan bisa dibilang kaya. 
Tidak hanya dari radio, Bakaruddin juga mendengarkan dendang dari acara bagurau yang diadakan dikampungnya setiap beberapa hari setelah lebaran. Bagurau adalah sastra lisan dengan orang berdendang dan diiringi alat musik Saluang. Bagurau diadakan untuk mengumpulkan dana pembangunan kampung karena saat lebaran orang dari kota banyak pulang kampung dan akan menonton bagurau dan bisa dimintaki sumbangan.
Saat duduk pada bangku SMP, Bakaruddin mendengar suara bansi saat jam pelajaran. Suara bansi yang sangat indah membuat beliau penasaran dengan alat musik tersebut. Setelah mencari asal suaranya, ternyata penjaga sekolahnya lah yang memainkan bansi tersebut yang bernama Herman dan dipanggil Daman. Dari Daman ia belajar memainkan bansi dan dibuatkan bansi.
Guru olahraga SMP Bakaruddin juga penyokong beliau dalam bakatnya. Sebelumnya, Bakaruddin senang berburu ke hutan dan menjadi hobi baginya. Guru olahraga beliau lah menyarankan masuk pramuka karena bisa menyalurkan bakat berburunya yang masuk hutan keluar hutan. Saat Bakaruddin telah bergabung pada grup pramuka dan grupnya mengikuti Jambore, pada malam harinya diadakan api unggun dan penampilan bakat. Disanalah Bakaruddin mulai menampilkan bakat dendangnya, ia pertama kali menampilkan dendang mudiak arau. Saat malam itulah Bakaruddin pertama kali melihat talempong set yaitu talempong full dengan  lengkap keseluruhan nadanya yang sebelumnya yang pernah dilihat Bakaruddin hanya talempong pacik yaitu beberapa nada talempong saja dan membuat ia semakin terkesan dengan musik tradisional Minangkabau. Dari sana ketertarikannya terhadap musik tradisional semakin bertambah.
Pada tahun 1983, di akhir masa SMP guru olahraga Bakaruddin menganjurkan masuk Sekolah Menengah Seni yaitu SMKI (Sekolah Menengah Karawitan) yang berada di Padang Panjang karena melihat bakatnya, Bakaruddin menerima saran guru olahraganya tersebut. Ternyata saat bakaruddin ingin mendaftar, sekolah tersebut pada tahun itu pindah ke Padang. Ditemani guru olahraganya Bakaruddin berangkat menggunakan bus Bintang Kejora dan ikut tes disana. Bakaruddin mengikuti 3 tes jurusan yang ada di sekolah tersebut, beliau mengikuti tes Seni Teater, Seni Tari dan Seni Karawitan. Tes yang diikuti berupa penguasaan pada masing-masing jurusan dan juga tes mental, karena  orang seni harus memiliki mental yang kuat seperti baja. Beberapa hari menunggu hasil tes, akhirnya beliau lulus di Jurusan Karawitan, jurusan yang memang yang diinginkannya dari awal.
Saat sekolah di SMKI, Bakaruddin sering dibawa acara sebagai pemusik atau pedendang pada acara-acara yang diikuti sekolahnya walaupun tanpa honor. Pada kelas 2 SMK, Bakaruddin terpilih mengikuti Pekan Budaya karena beliau bisa mendendangkan dendang Piaman Lamo. Bakaruddin menguasai dendang Piaman Lamo karena dari kecil telah mendengarnya dari radio. Setelah mengikuti Pekan Budaya, beliau juga terpilih untuk mengikuti shooting membawakan dendang Piaman Lamo yang disiarkan pada TV Nasional (SPK Padang). Semenjak itu, Bakaruddin mulai terkenal dikampungnya.
Bakaruddin tamat dari SMKI tahun 1987 (pada saat itu masa belajar di SMKI selama 4 tahun). Beliau tidak melanjutkan ke Perguruan Tinggi karena biaya yang tidak ada. Bakaruddin ditawari menghonor di SD di kampungnya. Beliau mengajar keterampilan di SD tersebut selama 9 bulan. Tahun 1989, ia mendapat panggilan dari Kepala Sekolah SMKI untuk mengajar disana karena disana kekurangan tenaga pengajar. Beliau langsung mengurus surat-surat untuk syarat menjadi peagawai disana. Setelah beberapa bulan mengajar menjadi guru  honor di SMKI, SK Bakaruddin keluar dan dinyatakan menjadi pegawai negeri dan guru tetap disana. Sampai saat ini Bakaruddin masih mengajar disana. Hingga kini, Bakaruddin telah menikah dengan istrinya yang bernama evarianti pada tahun 1994. Juga telah mempunyai tiga anak yaitu Ilham Kurniawan, Rahmad Ramadhan dan Bunga Putri Utami. Keluarga Bakaruddin saat ini tinggal di Baso.
Bakaruddin tinggal di lingkungan sekolah karena awalnya beliau diminta untuk menjadi pengelola Mushalla An-nur yang ada di SMKI dan sekarang menjadi teknisi listrik dan penanggung jawab peralatan musik Tradisional Minangkabau yang ada disekolah tersebut.
             Dari tahun pertama Bakaruddin mengajar di SMKI yang sekarang telah menjadi SMKN 7 Padang. Beliau adalah sosok guru yang sangat dekat dengan para murid nya dan dengan semua staf  yang juga bekerja di sekolah tersebut. Hampir semua murid dan staf  disekolah senang dengan sesosok orang yang bernama Bakaruddin tersebut.
 Bakaruddin adalah sosok seorang guru sekaligus panutan bagi para muridnya. Panggilan "ayah" sangat melekat pada diri Bakaruddin karena sifat dan perbuatannya yang menggambarkan sosok seorang ayah bagi para murid di SMKN 7 Padang.  Keramahan Bakaruddin disambut hangat oleh warga sekitar lingkungan sekolah.
    Selain seorang guru Bakaruddin juga merupakan seorang seniman yang memiliki tidak 1 karya saja, selain bisa bermain alat musik tradisional beliau juga bisa membuat alat musik, seperti saluang dan lainnya. Alat musik yang dibuat beliau kemudian dia jual untuk penghasilan tambahan. Tidak hanya siswa dan orang sekitaran sekolah yang membeli alat musik yang dibuatnya, tetapi juga banyak pembeli yang berasal dari luar daerah yang tertarik tengan karya beliau.















*gambar Bakaruddin sedang memainkan alat musik Rabab.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS