
Penulis,
Sintya Yunia Zalti
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting di terapkan di seluruh dunia. Pendidikan sendiri bisa membawa seseorang menuju kesuksesan. Tanpa mengenal kalangan, setiap anak harus berpendidikan, dan untuk yang kurang mampu juga ada bantuan dari pemerintah untuk bisa tetap melanjutkan pendidikan. Namun banyak juga masyarakat yang beranggapan pendidikan itu tidak penting, mereka lebih memilih bekerja daripada bersekolah. Menurutnya, bekerja bisa menghasilkan uang, sedangkan sekolah hanya buang- buang uang saja. Itulah yang sering di pikirkan masyarakat yang tinggal di perdesaan atau tempat terpencil. Tanpa mereka sadari, bekerja itu juga butuh keterampilan yang bisa didapat dari pendidikan. Pengetahuan yang beragam, membangun karakter, memberikan pencerahan, serta membantu kemajuan bangsa.
Untuk saat sekarang, berita yang sudah sama- sama kita ketahui yaitu virus covid 19 yang sudah menyebar di dunia. Virus ini menyebar sangat cepat dengan dampak yang berbahaya. Olehnya pemerintah harus menerapkan social distancing untuk keseluruhan masyarakat yang bernyawa demi keselamatan bersama. Demi memutus rantai virus yang mematikan ini tentu butuh proses yang bisa di katakan tidaklah muda, karena semua pergerakkan dilakukan dengan terbatas. Pendidikan pun dipindahkan kerumah, seingga proses pembelajaran menjadi terbatas karena salah satu kegiatan pembentuk minat dan bakat tidak bisa semua bisa di lakukan di rumah. Pelajar dan mahasiswa harus tetap menjaga diri dari virus ini, serta harus tetap belajar. Kuliah online, sekolah online, apapun serba online, dan disinilah ketegangan dimulai.
Sudah ada himbauan bagi pengajar untuk tidak memberi pekerjaan saja kepada murid, namun juga ikut berinteraksi dan berkomunikasi membantu para murid dalam mengerjakan tugas. Nyatanya, dalam pelaksanaannya pengajar justru memberi tugas yang banyak guna mengganti pelajaran disekolah. Bahkan ada pengajar yang tidak segan memberi tugas dengan deadline yang cukup menyiksa. Belum lagi barengan dengan tugas dari pengajar yang lain, serta banyak sekali pembelajaran yang di berikan di luar jam pembelajaran biasanya sehingga membuat bingung para pelajar.
Dalam sudut pandang pelajar, mereka hanya diandalkan belajar di rumah dan terkesan tidak paham. Terutama bagi pelajar yang memang agak lemah dalam segi akademik. Tentunya banyak dari mereka yang mengerjakan tugas tanpa mengerti makna dari yang mereka buat. Mereka juga akan kekurangan waktu untuk mengasah minat dan bakat mereka sendiri. Apalagi proses ekstrakurikuler pembentuk bakat di hentikan sementara karena social dintancing ini. Sedangkan yang di butuhkan indonesia adalah bagaimana mengeksplorasi diri sesuai bidang bakatnya sehingga akan berdampak baik pula pada negara.
Dalam segi kesehatan sendiri juga bisa berdampak negatif, diantaranya mata menjadi lelah dan sakit sehingga bisa menyebabkan rabun. Stress berkepanjangan yang berdampak pada mental pelajar, serta melemahkan kinerja otak karena selalu berpikir. Semua itu bisa membuat pelajar menjadi sakit dan imunitas tubuh menurun. Untuk masa sekarang sakit sedikit di bilang terkena corona, batuk sedikit di bilang terkena corona, padahal mereka sakit karena kelelahan akibat tugas yang menumpuk. Tak menutup kemungkinan mereka juga bisa masuk dalam pantauan pemerintah terkena covid 19.
Masyarakat dengan bantuan peran pemerintah supaya tetap bersinergi untuk berkontribusi lebih baik demi kemajuan pendidikan bangsa. Pengajar sendiri berperan penting terutama sebagai pendidik karakter pelajar dan diarapkan lebih adaptif, toleran, kreatif, dan fleksibel. Untuk itu, di tengah pandemi ini, pengajar bisa memanfaatkan aplikasi yang sudah ada dan melakukannya secara inovatif. Melalui aplikasi ini pengajar bisa tetap melakukan tugasnya sebagai pengajar, dan menerangkan segala materi sehingga lebih mudah di mengerti pelajar di banding hanya memberi setumpuk tugas.
Penulis,
Sintya Yunia Zalti
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting di terapkan di seluruh dunia. Pendidikan sendiri bisa membawa seseorang menuju kesuksesan. Tanpa mengenal kalangan, setiap anak harus berpendidikan, dan untuk yang kurang mampu juga ada bantuan dari pemerintah untuk bisa tetap melanjutkan pendidikan. Namun banyak juga masyarakat yang beranggapan pendidikan itu tidak penting, mereka lebih memilih bekerja daripada bersekolah. Menurutnya, bekerja bisa menghasilkan uang, sedangkan sekolah hanya buang- buang uang saja. Itulah yang sering di pikirkan masyarakat yang tinggal di perdesaan atau tempat terpencil. Tanpa mereka sadari, bekerja itu juga butuh keterampilan yang bisa didapat dari pendidikan. Pengetahuan yang beragam, membangun karakter, memberikan pencerahan, serta membantu kemajuan bangsa.
Untuk saat sekarang, berita yang sudah sama- sama kita ketahui yaitu virus covid 19 yang sudah menyebar di dunia. Virus ini menyebar sangat cepat dengan dampak yang berbahaya. Olehnya pemerintah harus menerapkan social distancing untuk keseluruhan masyarakat yang bernyawa demi keselamatan bersama. Demi memutus rantai virus yang mematikan ini tentu butuh proses yang bisa di katakan tidaklah muda, karena semua pergerakkan dilakukan dengan terbatas. Pendidikan pun dipindahkan kerumah, seingga proses pembelajaran menjadi terbatas karena salah satu kegiatan pembentuk minat dan bakat tidak bisa semua bisa di lakukan di rumah. Pelajar dan mahasiswa harus tetap menjaga diri dari virus ini, serta harus tetap belajar. Kuliah online, sekolah online, apapun serba online, dan disinilah ketegangan dimulai.
Sudah ada himbauan bagi pengajar untuk tidak memberi pekerjaan saja kepada murid, namun juga ikut berinteraksi dan berkomunikasi membantu para murid dalam mengerjakan tugas. Nyatanya, dalam pelaksanaannya pengajar justru memberi tugas yang banyak guna mengganti pelajaran disekolah. Bahkan ada pengajar yang tidak segan memberi tugas dengan deadline yang cukup menyiksa. Belum lagi barengan dengan tugas dari pengajar yang lain, serta banyak sekali pembelajaran yang di berikan di luar jam pembelajaran biasanya sehingga membuat bingung para pelajar.
Dalam sudut pandang pelajar, mereka hanya diandalkan belajar di rumah dan terkesan tidak paham. Terutama bagi pelajar yang memang agak lemah dalam segi akademik. Tentunya banyak dari mereka yang mengerjakan tugas tanpa mengerti makna dari yang mereka buat. Mereka juga akan kekurangan waktu untuk mengasah minat dan bakat mereka sendiri. Apalagi proses ekstrakurikuler pembentuk bakat di hentikan sementara karena social dintancing ini. Sedangkan yang di butuhkan indonesia adalah bagaimana mengeksplorasi diri sesuai bidang bakatnya sehingga akan berdampak baik pula pada negara.
Dalam segi kesehatan sendiri juga bisa berdampak negatif, diantaranya mata menjadi lelah dan sakit sehingga bisa menyebabkan rabun. Stress berkepanjangan yang berdampak pada mental pelajar, serta melemahkan kinerja otak karena selalu berpikir. Semua itu bisa membuat pelajar menjadi sakit dan imunitas tubuh menurun. Untuk masa sekarang sakit sedikit di bilang terkena corona, batuk sedikit di bilang terkena corona, padahal mereka sakit karena kelelahan akibat tugas yang menumpuk. Tak menutup kemungkinan mereka juga bisa masuk dalam pantauan pemerintah terkena covid 19.
Masyarakat dengan bantuan peran pemerintah supaya tetap bersinergi untuk berkontribusi lebih baik demi kemajuan pendidikan bangsa. Pengajar sendiri berperan penting terutama sebagai pendidik karakter pelajar dan diarapkan lebih adaptif, toleran, kreatif, dan fleksibel. Untuk itu, di tengah pandemi ini, pengajar bisa memanfaatkan aplikasi yang sudah ada dan melakukannya secara inovatif. Melalui aplikasi ini pengajar bisa tetap melakukan tugasnya sebagai pengajar, dan menerangkan segala materi sehingga lebih mudah di mengerti pelajar di banding hanya memberi setumpuk tugas.
0 Comments