Ticker

6/recent/ticker-posts

Serak Gulo, tradisi masyarakat keturunan India di Padang


Oleh : Haditsa Vania (Mahasiswa Jurusan Sastra Minangkabau Fib Unand)


Menurut Wikipedia, Serak Gulo merupakan tradisi menyerak (membagi-bagikan) gula

sebagai bentuk dari rasa syukur atas rezeki selama setahun ini.

Tradisi yang diperingati setiap 1 Jumadil Akhir Hijrah ini digelar oleh warga muslim

keturunan India (atau suku India) di Padang. Tahun ini tradisi Serak Gulo diadakan di

Kawasan Pasar Batipuh, Kecamatan Padang Selatan, yaitu pada Senin, 27 Februari 2018.

Dalam tradisi ini ada sekitar empat ton gula yang siap dibagikan untuk warga. Gula-gula

tersebut terlebih dahulu dibungkus dengan kain berwarna-warni, barulah dibagikan pada

warga.

Beragam tradisi yang ada di Kota Padang, salah satunya adalah tradisi Serak Gulo di Jalan

Batipuh, Pasa Gadang, Padang Selatan. Tradisi Serak Gulo ini biasanya dilakukan pada sore

hari. Biasanya, tradisi ini digelar di Masjid Muhammadan. Tepatnya pada waktu selepas

shalat ashar. Tradisi Serak Gulo diawali dengan pengumpulan gula hasil sumbangan

masyarakat keturunan India yang tinggal di Padang. Gula itu kemudian dibungkus kecil-kecil

menggunakan kain warna-warni. Nantinya, masyarakat akan berkumpul di depan Masjid

Muhammadan, Kota Padang untuk berebut bungkusan gula pasir tersebut.

Para pelempar gulo adalah jamaah masjid yang ingin berbagi rezeki. Bukan hanya itu,

mereka adalah orang-orang yang ingin melestarikan tradisi yang sudah berjalan sejak 200

tahun lalu saat etnis India mulai masuk ke pesisir barat Sumatera, tepatnya di Kota Padang.

Tradisi Serak Gulo merupakan tradisi temurun yang dijalankan oleh warga Muslim keturunan

India di Kota Padang. Tradisi yang digelar tahunan setiap 1 Jumadil Akhir penanggalan

hijriyah ini diyakini sebagai simbol rasa syukur umat Muslim keturunan India atas rezeki

yang diterima sepanjang tahun. Tak hanya itu, proses ini sekaligus digunakan untuk

memperingati wafatnya ulama di Nagore, India, yakni Shaul Hamid. Dia adalah orang yang

sudah berjuang untuk menegakkan Islam di India.

Dikutip dari lokadata, Gula merupakan simbol keberkahan dalam budaya India. Tradisi

kuliner India juga dikenal dengan cita rasa manis. Tradisi serak gulo intinya sebagai rasa

syukur atas rezeki sepanjang tahun dengan cara berbagi gula kepada masyarakat menyertai

peringatan maulid Syekh Shahul Hamid.

Sejarawan Universitas Andalas, Gusti Asnan memperkirakan abad 13-14 sudah ada orang

India ke Sumatra Barat. Tome Pires, pengelana yang melaporkan untuk Portugis, menuliskan

ada kapal dari Gujarat yang datang ke pantai barat Sumatra pada awal abad ke-16. Mereka

berdagang dan mendarat di Pelabuhan Tiku (kini di Kabupaten Agam) dan di Pelabuhan di

Pariaman. Gusti Anan mengatakan, orang India datang ke Padang untuk berdagang baju,

kain, perhiasan perak dan emas. Dari Padang, mereka membawa madu, emas mentah, gading,

cula, kayu gaharu dan rempah-rempah. “Ada juga yang tinggal dan menetap karena kawin

dengan orang lokal,” kata Gusti Asnan.



Menjelang tengah hari, kesibukan di Jalan Batipuh mulai meningkat. Para pria memasang

umbul-umbul kain berwarna hijau bergambar bulan sabit dan warna putih mirip bendera

Pakistan. Umbul-umbul warna hijau ini berselang seling dengan warna putih. “Ini bukan

bendera India, tapi bendera tradisi untuk acara ini. Perayaan serak gulo bisa lebih ramai dari

hari raya. Ada dua tong plastik besar penuh air asam berempah yang akan dibagikan saat

acara. Disampingnya, berjejer baskom emping beras ketan dan bolu koja. Itu merupakan

menu untuk acara serak gulo, sudah tradisi dari dulu. Air asam dibuat dari jeruk nipis dan

rempah garda munggu serta adas manis, sedangkan emping beras ketan dicampur kelapa dan

gula, sedangkan bolu koja, bolu juga ditampah rempah. “Serak gulo ini bukan tradisi agama

Islam, tapi tradisi keturunan India, nanti gula-gula itu akan diperebutkan, yang menyumbang

gula ini punya niat, jadi gula itu sudah didoakan, jadi semua orang ingin mendapatkannya,

biar dapat berkah. Di Padang terdapat 8 ribu keluarga keturunan India. Hampir semua

keturunan India di Padang mempunyai hubungan kerabat. Tradisi serak gulo menyatukan

mereka, termasuk memberi jalan agar anak-anaknya mencari pasangan.

Menjelang sore, acara serak gulo yang ditunggu-tunggu segera dimulai di halaman Masjid

Muhammadan. Karung-karung berisi gula dalam bungkusan kain dibawa ke atap masjid.

Tempat melempar gula tidak hanya di atap masjid, juga ada tiga panggung yang didirikan

sejajar dengan masjid. Ratusan warga memenuhi jalan sepanjang 200 meter. Wali Kota

Padang, Mahyeldi dan Atase dari Kedutaan Besar India di Jakarta hadir dalam acara serak

gulo itu. Warga yang datang tidak hanya keturunan India, tetapi juga berbagai etnis. Acara

yang ditunggu-tunggu datang juga. Jam menunjukkan pukul 17.30 WIB. Setelah doa-doa

dipanjatkan, saat diumumkan Serak gulo akan dimulai, ratusan warga yang memadati Jalan

Batipuh bersorak gembira. Anak-anak, remaja, perempuan, laki-laki, tua dan muda bersiap

menerima lemparan gula dari atap masjid. Sebanyak 10 orang pelempar gula sudah

bersiap.Hujan gula dimulai. Orang-orang bersorak minta dilempari gula. Dalam sekejap

bongkahan gula dalam bungkusan aneka warna diterbangkan ke udara. Semua berebutan

mengambilnya. Banyak yang terkena lemparan, tapi tetap larut dalam kegembiraan.

Lemparan gula terasa agak menakutkan bagi yang pertama kali mengalaminya, Sebongkah

gula dalam kain merah tiba-tiba mendarat di kening dan cukup keras hingga gulanya

berserakan. Rasanya sakit juga. Seperti kena hantam bola tenis.

Semua orang larut dalam kegembiraan. Seperti dalam konser, teriakan minta dilempar gula

bergelombang dari berbagai penjuru. Di tengah rebutan gula, seorang perempuan datang

membawa nampan di atas kepala yang penuh gelas-gelas berisi air asam dan emping manis.

Perempuan bersari dengan paras India. Dia pun memanggil tiga anak gadisnya yang sedang

menyambut hujanan gula. “Ini minuman air asam, makan empingnya juga, biar kamu cepat

dapat jodoh,” katanya pada ketiga anak remajanya. Serak gulo berlangsung sampai 45 menit.

Berkarung-karung gula itu akhirnya habis dibagikan. Masyarakat yang mendapatkan gula

berbondong-bondong meninggalkan Jalan Batipuh dengan gula ditangan.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS