Beberapa waktu lalu, tindakan demonstrasi oleh mahasiswa di depan DPRD Sumbar di Padang menggemparkan perhatian publik. Menariknya, aksi ini bukanlah sesuatu yang baru, mengingat hampir setiap tahun ada saja demonstrasi terkait kebijakan, kenaikan harga, atau isu lain yang dianggap merugikan masyarakat. Namun, yang membedakan aksi kali ini adalah pendekatan yang dijalankan para mahasiswa. Tidak ada kericuhan, tidak ada tindakan kekerasan, dan fasilitas umum tetap terjaga. Bahkan, setelah aksi berakhir, mereka berinisiatif membersihkan sampah di sekitar lokasi. Pemandangan semacam ini jarang terjadi pada aksi yang sebelumnya.
Kita semua mengerti, masyarakat sudah jenuh dengan citra demonstrasi yang kerap identik dengan kekacauan. Setiap kali ada aksi, banyak orang cenderung mengeluh karena takut kemacetan, bentrokan, atau perilaku anarkis di kalangan anak muda. Dan memang, banyak demonstrasi yang berakhir dengan situasi tersebut. Namun, aksi mahasiswa di Padang kali ini menghadirkan nuansa positif. Mereka tetap mengekspresikan semangat dan menyampaikan tuntutan dengan tegas, tetapi tetap menjaga ruang publik dan kenyamanan masyarakat. Ini membuktikan bahwa demonstrasi tidak harus selalu gaduh. Aksi damai seperti ini justru bisa lebih efektif, karena menarik simpati masyarakat.
Menurut saya, ada beberapa poin penting dari aksi mahasiswa Padang yang layak dicontoh. Pertama, soal tanggung jawab sosial. Saat mahasiswa membersihkan sampah setelah unjuk rasa, itu bukan hanya soal kebersihan, melainkan juga menunjukkan kesadaran bahwa mereka bagian dari masyarakat. Mereka tidak ingin dilihat hanya sebagai pengganggu, tetapi sebagai elemen yang peduli. Tanggung jawab seperti ini jarang kita lihat di aksi lain, dan ketika ada, itu mencerminkan kedewasaan dalam berdemokrasi.
Kedua, hubungan antara mahasiswa dan aparat penegak hukum terlihat jauh lebih harmonis. Biasanya, aksi besar selalu diwarnai ketegangan karena potensi bentrokan. Namun, di Padang, polisi melakukan pengawalan dengan cara yang lebih humanis dan mahasiswa juga tidak mencari-cari masalah. Situasi ini memungkinkan demonstrasi berjalan lancar tanpa drama. Ini menunjukkan bahwa sebenarnya tidak ada alasan untuk memisahkan mahasiswa dan aparat, selama kedua belah pihak memahami peran masing-masing. Demokrasi bisa berjalan tanpa saling curiga.
Ketiga, aksi tersebut memperlihatkan bagaimana gerakan sosial bisa beradaptasi dengan zaman sekarang. Kita hidup di era digital di mana segala sesuatu bisa viral, dan citra sangat berpengaruh terhadap tanggapan publik. Ketika masyarakat melihat mahasiswa yang berprilaku tertib dan membersihkan lokasi demo, itu pasti mengundang simpatik. Banyak yang kemudian mengungkapkan dukungan, menyatakan "Kalau demonya begini, saya dukung." Ini menunjukkan bahwa cara menyampaikan pesan sama pentingnya dengan isi pesannya sendiri. Mahasiswa Padang paham betul tentang hal ini.
Selain itu, aksi di Padang menunjukkan bahwa kritik tidak harus disampaikan dengan cara yang destruktif. Seringkali, aksi massa kehilangan fokus ketika emosi mengalahkan tujuan. Namun, aksi yang tertib justru menunjukkan bahwa kritik bisa dibangun dengan landasan moral yang kuat. Mahasiswa tidak hanya menuntut perubahan dari pemerintah, tetapi juga menunjukkan sikap layak dicontoh. Ini membuat pesan mereka lebih "nyampai"—bukan hanya untuk pemerintah, tetapi juga masyarakat luas.
Melihat hal ini, saya percaya gerakan mahasiswa masih memiliki peran vital dalam dinamika sosial-politik Indonesia. Di tengah banyaknya isu publik yang meresahkan, mahasiswa hadir sebagai pengingat bahwa suara masyarakat tidak boleh diabaikan. Lebih dari itu, aksi mahasiswa Padang memberikan gambaran bahwa demonstrasi bisa menjadi sarana pembelajaran. Ia mengajarkan bahwa berdemokrasi bukan sekadar teriak, tetapi juga bertanggung jawab atas tindakan masing-masing.
Saya yakin aksi damai seperti ini lebih berpengaruh daripada demonstrasi penuh kekacauan. Ketika mahasiswa menunjukkan sisi yang tertib dan peduli lingkungan, masyarakat menjadi lebih percaya bahwa gerakan sosial dimaksudkan untuk kepentingan umum, bukan sekadar "aksi-aksi-an." Ini penting untuk menjaga citra mahasiswa sebagai agen perubahan.
Pada akhirnya, apa yang dilakukan mahasiswa Padang bukan hanya sekadar aksi satu hari. Ini tentang bagaimana mereka membangun standar baru dalam gerakan sosial. Mereka menegaskan bahwa perubahan tidak selalu harus dari hal besar; terkadang justru dimulai dari hal sederhana, seperti menjaga kebersihan setelah demo. Dan hal sepele ini bisa memberi dampak besar dalam cara masyarakat memandang aktivisme.
Aksi ini layak dicontoh, terutama bagi gerakan mahasiswa di kota lain. Jika pola aksi damai terus diterapkan, mungkin ke depannya demonstrasi tidak lagi dipandang sebagai ancaman, tetapi bagian dari demokrasi yang sehat. Kita memerlukan suara kritis, tetapi kita juga butuh cara penyampaian yang elegan. Mahasiswa Padang sudah menunjukkan jalan tersebut.

.jpg)



























0 Comments