Ticker

6/recent/ticker-posts

Komunikasi Politik di Era Digital: Tantangan Baru bagi Tokoh Sumatera Barat



Penggunaan media sosial sebagai komunikasi politik yang semakin dominan, tidak bisa kita hindari pada zaman modern seperti saat sekarang ini, Era digital telah mengubah cara kita berinteraksi, berpendapat, dan berpartisipasi dalam kehidupan politik. Perubahan akan komunikasi politik ini sangat terasa bagi Masyarakat maupun bagi para tokoh politik yang berupaya mempertahankan relevansi dan pengaruhnya di Tengah derasnya arus informasi. Sehingga tersebut membuat pemerintah provinsi Sumatera Barat terus berupaya dalam peningkatan komunikasi politik melalui beberapa strategi yang berfokus pada pemanfaatan teknologi, peningkatan keterbukaan informasi, serta penguatan sinergi dengan berbagai pihak yang ada.

Komunikasi politik yang terjadi di Sumatera Barat didominasi oleh media sosial, pada pilkada 2024 dan pemilu 2024, penggunaan media digital seperti Tiktok, YouTube, Twitter, Facebook, Instagram, dan platform lain menjadi sangat menonjol karena kampanye dan penyampaian pesan politik yang dilakukan melalui media sosial yang dianggap lebih efisien dan efektif dalam menjangkau pemilih muda dari berbagai generasi, mulai dari generasi milenial hingga generasi z, dan kini media sosial juga menjadi arena utama dalam membangun citra dan memengaruhi opini publik. Selain itu media digital juga memudahkan tokoh politik Sumatera Barat dalam memperluas komunikasi tanpa batas geografis, mereka bisa menjangkau Masyarakat perantau baik di Jakarta, Bali, maupun luar negeri, Media digital ini juga memungkinkan tokoh-tokoh politik untuk memperkenalkan ide mereka secara kreatif tanpa sulit dipahami oleh Masyarakat sehingga dengan gaya komunikasi yang substansial, pesan politik bisa diterima dengan lebih luas.

Namun, selain menawarkan peluang yang bagus dalam partisipasi politik, media digital juga membawa tantangan bagi serius bagi tokoh-tokoh yang ada di Sumatera barat, Dimana banyak menyebarnya informasi palsu melalui buzzer yang digunakan untuk kepentingan perorangan, polarisasi opini, dan manipulasi yang menjadi ancaman politik. Algoritma platform yang memprioritaskan keterlibatan dari pada kebenaran menyebabkan sebuah narasi yang penuh sensasi dan tidak terverifikasi menjadi lebih menonjol. Tantangan ini juga menuntut tokoh politik untuk tanggap, transparan, dan konsisten dalam setiap pesan yang disampaikan karena kesalahan kecil apapun dapat viral dan mencoreng reputasi dalam hitungan menit.

Kurangnya literasi digital dan pemahaman etika dalam bermedia sosial memperburuk situasi yang ada di Sumatera Barat. Pengguna media digital sering kali tidak mampu membedakan informasi yang valid dengan hoaks atau konten yang bersifat emosional daripada informatif, yang dapat memengaruhi pemahaman dan pandangan mereka terhadap pemilu dan calon yang bersangkutan.

Untuk mengatasi tantangan terhadap media digital ini, tokoh-tokoh politik Sumatera Barat harus beradaptasi akan adanya media digital ini, diperlukannya strategi yang komprehensif dan kolaboratif antara pemerintah daerah, penyelenggara pemilu, dan masyarakat sipil. Pendidikan politik yang inklusif dan berkelanjutan menjadi kunci dalam meningkatkan literasi politik masyarakat, terutama di kalangan pemilih muda yang mendominasi demografi pemilih di Sumatera Barat.

Kedepannya, kunci keberhasilan komunikasi politik di era digital bagi tokoh Sumatera Barat terletak pada kemampuan untuk menyeimbangkan antara tradisi dan inovasi. Nilai-nilai kearifan lokal seperti kejujuran (jujur baso jo batin), keterbukaan, dan rasa tanggung jawab sosial harus tetap menjadi dasar, sementara teknologi digital dijadikan alat untuk memperluas ruang partisipasi dan transparansi publik. Tokoh yang hanya mengejar popularitas tanpa memahami nilai budaya lokal akan kehilangan keaslian, sementara yang menolak adaptasi teknologi akan kehilangan relevansi, dan untuk membangun kepercayaan di dunia digital membutuhkan waktu, konsistensi, dan keaslian. Masyarakat tidak lagi mudah percaya pada pesan yang terasa “dibuat-buat”. Mereka mencari tokoh yang jujur, berani menjawab kritik, dan mau berdialog dua arah. Inilah bentuk baru komunikasi politik yang bukan sekadar menyampaikan, tetapi juga mendengarkan

Tantangan komunikasi politik di era digital bukan hanya sekedar kemampuan menguasai teknologi, tetapi tentang bagaimana menjaga kepercayaan publik ditengah zaman yang terus berkembang ini. Tokoh-tokoh Sumatera Barat dituntut untuk menjadi figure yang adaptif, komunikatif, dan beretika. Dalam dunia digital yang serba cepat, kejujuran dan kedekatan manusiawi tetap menjadi nilai paling berharga. Dan di sanalah, sebenarnya, letak kekuatan sejati komunikasi politik yang berakar pada budaya Minangkabau “adaik basandi syarak, syarak basandi Kitabullah.”


Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS