(AGAM) Proses batagak pangulu (mengangkat penghulu) di salingka nagari Minangakabau tidak dapat dilakukan sembarangan, melainkan harus memenuhi serangkaian izin dan persyaratan yang ketat. Proses ini melibatkan musyawarah dari tingkat keluarga, suku, hingga nagari, dan bertujuan untuk meresmikan seorang pemimpin adat baru.
Sebelum peresmian, harus ada persetujuan dan proses tahapan yang melibatkan seluruh tingkatan adat, antara lain:
• Mufakat kaum: Keluarga dan kerabat sapasukuan harus bersepakat penuh tentang calon penghulu yang akan diusung.
• Persetujuan suku: Keputusan dari kaum kemudian dibawa ke tingkat suku untuk mendapat pengesahan dari seluruh anggota suku tanpa terkecualinya. (rantiang indak badatik, murai indak bakicau, picak indak basandiang, bulek indak basuduik, balicin daun).
• Tidak ada yang mambulitang ; Dalam proses batagak pangulu tidak boleh satu orangpun dalam kaum yang mambulintang, jika ada yang mambulintang maka ijin dan sipaik belum bisa diberikan untuk batagak pangulu.
• Kerapatan Adat Nagari (KAN): KAN merupakan kato putuih dalam proses adat di salingka nagari di ranah Minangkabau, KAN adalah persetujuan tertinggi di tingkat nagari. Tanpa restu dari KAN pengangkatan penghulu tidak dapat dilakukan dan jika dilaksanakan juga maka tidak sah secara adat di salingka nagari di ranah Minangkabau.
• Penyarahan benih: Calon penghulu baru diserahkan kepada pemangku adat lainnya untuk dinilai kelayakannya, apakah sudah memenuhi syarat adaik lamo pusako usang, apakah sudah memenuhi ketentun adat yang berdasarkan kepada adaik basandi syarak, syarak basandi kitabullah, apakah ada menjalankan adat dalam kehidupanya atau sedang melanggar adat.
Tetapi akan lain halnya proses batagak pangulu yang dilakukan oleh Payuang Panji Datuak Gunuang Ameh suku tanjuang dalam langgam Niniak Mamak Nan Sapuluah di jorong Marambuang Nagari Baringin Kecmatan Palembayan tidak melalui proses yang sudah di tetapkan, melainkan dilaksanakan seperti pesta biasa (baralek nikah) tanpa melalui proses yang sudah di tentukan adat, bahkan yang lebih fatalnya lagi batagak pangulu ini dilaksanakan tanpa persetujuan dari Kerapatan Adat Nagari (KAN) dan melanggar aturan- aturan adat batagak pangulu di salingka nagari. Sampai saat berita ini di turunkan (red) sudah berulangkali menghubungi Ketua Kerapatan Adat Jorong Marambuang tetapi nomor terblokir, sehinga tidak bisa mendapat keterangan langsung dari ketua KAJ Marambuang.
Menurut salah seorang tokoh kerapatan adat Jorong (KAJ) Marambuang urang tigo pilin yang tidak mau di tuliskan namanya karena takut akan disisihkan/dikucilkan jika memberikan kritikan kebenaran kepada pangulu mengatakan bahwa Ketua Kerapatan Adat Jorong (KAJ) Marambuang dalam memberikan ijin dan sipak untuk batagak pangulu Irwanda Datuak Gunuang Ameh tidak pernah dimusyawarahkan dengan urang tigo pilin tuangku dan tungkatan melainkan diputusakan oleh ketua KAJ tanpa musyawarah, sehingga hampir 80 % proses dan hasilnya melanggar ketentuan adaik lamo pusako usang melalui warih bajawek. Selanjutnya dijelaskan kesalahan melanggar adat yang tidak akan bisa dimaafkan adalah orang dalam satu kaum masih ada yang mambulintang dan bahkan sudah bersuara lantang di hadapan niniak mamak nan sapuluah agar jangan dilaksanakan dulu batagak pangulu sebelum balicin daun dan sebelum terpenuhinya syarat syarat batagak pangulu yang sudah ditentukan adaik salingka nagari akan tetapi tetap tidak didegar dan tetap dilangsungkan juga proses batagak pangulu.
Lebih jauh dijelaskan juga dalam melaksanakan alek batagak pangulu tidak sah jika jiran tetangga tidak di undang walaupun jiran tetangga tersebut beda suku bahkan beda agam wajib kita undang, akan tetapi ke anehan dialek batagak pangulu Irwanda Datuak Gunuang Ameh suku Tanjuang di Marambuang Nagari Baringin tetangga kiri dan kanan yang merupakan kaumnya sendiri tidak mengikuti alek batagak pangulu yang dilaksanakan tersebut. Salah seorang mamak pusako yang mambulintang menyebutkan ada 7 parinduan yang mambulintang tetapi ketua KAJ Marambuang tutup mata dan tetap memberikan ijin dan sipaik batagak pangulu kepada Irwanda Datuak Gunuang Ameh.
Salah seorang tokoh masyarakat yang hadir pada alek batagak pangulu Irwanda Datuak Gunuang Ameh suku tanjuang di Marambuang mengatakan bahwa pada saat alek batagak pangulu tersebut sudah terlihat ketidak beresan prosesi batagak pangulu, karena seperti biasanya alek batagak pangulu dihadiri oleh pangulu jiran tetangga dan ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) serta para pemuka masyarakat setempat. Lebih jauh lagi dikatakan bahwa pada saat alek batagak pangulu hanya dihadiri oleh beberapa orang pangulu saja sedangkan pangulu dari jiran tetangga seperti ; Nagari tigo balai, Nagari lawang bahkan pangulu dari langgam Kanagarian Baringin sendiri yaitu niniak mamak nan 20 Baringin, Niniak mamak nan 16 Sungai taleh sama sekali tidak hadir, bahkan Ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) Baringin, wali nagari Baringin, Wali Jorong dan para tungkatan serta tuangku tidak hadir dalam alek batagak pangulu tersebut. Maka oleh karenanya sudah seharusnya para niniak mamak nan sapuluah dan Ketua KAJ Marambuang bisa menganalisa alun takilek alah takalam bahwa alek batagak pangulu tersebut melangar ketentuan adaik lamo pusako usang. makanya orang orang yang paham dan mengerti tentang adaik nan sabana adaik tidak hadir dalam alek batagak pangulu Irwanda Datuk Gunuang Ameh, karena jika mereka hadir maka secara tidak langsung berarti ikut serta merusak adaik lamo pusako usang.
Tujuan selanjutnya alek batagak pangulu itu sangat mulia sekali yang di wariskan secara turun temurun melalui warih bajawek yaitu untuk mempersatukan seluruh kaum dalam payuang panji, sehingga dalam adaik batagak pangulu tidak boleh dilaksanakan jika masih ada yang mabulintang. Dalam adaik batagak pangulu jika ada antar ibu bapo, bundo kanduang, mamak pusako yang selama ini tidak bertegur sapa, bermusuhan atau berkecil hati maka harus didamaikan terlebih dahulu, setelah semua berdamai maka baru ijin dan sipaik diberikan. Keberhasilan batagak pangulu itu adalah menyatukan seluruh kaumnya, bukan memecah belah kaum seperti yang terjadi di kaum Payuang Panji Datuak Gunuang Ameh di Marambuang. Maka oleh karenanya sebelum ijin dan sipaik diberikan dalam musyawarah di atas rumah bundo kanduang Ketua Kerapatan Adat Jorong (KAJ) harus bertanya dan melihat yang hadir di atas rumah tersebut apakah semua mamak pusako sudah hadir atau belum /nan patuik tampak indak tampak, nan patuik tibo indak tibo maka ijin dan sipaik belum bisa diberikan.
Demi tegaknya adaik yang benar, demi melestarikan adaik lamo pusako usang nan indak lapuak di hujan indak lakang dipaneh dan demi nama baik adaik di Jorong Marambuang Nagari Baringin Kecamatan Palembayan yang sudah rusak karena batagak pangulu Datuak Gunuang Ameh suku Tanjuang, maka para kaum nan mambulintang dan tokoh masyarakat lainya akan berjuang meneggakan kebenaran ini dengan mengajukan gugatan /pengaduan kepada Kerapatan Adat Nagari (KAN) Baringin bahkan akan sampai ke LKAAM Kecamatan Palembayan, LKAAM Kabupaten Agam dan LKAAM Provinsi untuk membatalkan alek batagak pangulu yang secara terang-terangan melanggar adaik Minangkabau salingka nagari. Kebenaran adaik lamo pusako usang nan indak lapuak dihujan nan indak lakang dipaneh itu harus ditegakkan sekalipun besok langit akan runtuh kata salah seorang mamak pusako Basa Tanjuang Payuang Panji Datuak Gunuang Ameh sambil duduk di warung kopi dengan suara yang penuh harapan untuk tegaknya kebenaran secara khusus di Jorong Marambuang dan secara umumnya di Ranah Minangkabau (los...)





























0 Comments