Oleh : Raihanah Syafira, Zikra Ananda, Runi Khirun Nisa
Gengsi dan Semangat Merah Putih: Adu Kreativitas Antar Jorong Taratak Sungai Sungkai dalam Goro Akbar Jelang 17 Agustus
Jumat, 01/08/2025 – Mentari baru saja menampakkan sinarnya di ufuk timur, namun antar jorong yang bertetangga, hawa persaingan sehat sudah terasa begitu kental. Ini bukan persaingan yang memecah belah, melainkan sebuah "perang dingin" kreativitas yang telah menjadi tradisi turun-temurun setiap kali bulan Agustus tiba.
Gengsi dipertaruhkan, bukan dengan amarah, tetapi dengan sapu lidi, cat, bambu, dan ide-ide cemerlang. Gotong royong akbar dalam rangka persiapan lomba 17 Agustus antar jorong telah resmi dimulai, dan tahunini, pertarungan tampaknya akan lebih sengit dari sebelumnya.
Setiap tahun, gelar juara umum menjadi rebutan. Kemenangan bukan hanya soal piala, tetapi soal kebanggaan yang akan dibicarakan di lepau-lepau kopi hingga perayaan tahun berikutnya tiba. Dan babak pertama dari pertarungan ini tidak terjadi di lapangan lomba, melainkan dalam kemegahan dan kekompakan saat gotong royong.
Jorong Taratak Sungai Sungkai : Inovasi Hijau di Bawah Naungan Rumah Gadang Di Jorong Taratak Sungai Sungkai, suasana gotong royong terasa khidmat namun penuh inovasi. Siang ini, pusat kegiatan mereka berada di halaman sekitaran Rumah Gadang yang menjadi ikon jorong mereka. Pemandangan ini, seperti yang terekam dalam sebuah foto, menunjukkan esensi dari strategi mereka: memadukan warisan budaya dengan kesadaran lingkungan modern.
Puluhan warga, dari anak-anak hingga para ninik mamak, berkumpul dengan semangat. Para pemuda dan bapak-bapak terlihat sibuk meratakan tanah, membersihkan halaman warisan leluhur itu hingga tak ada sehelai pun rumput liar yang tersisa. Namun, yang menjadi pusat perhatian dan "senjata rahasia" mereka tahun ini adalah tumpukan botol plastik bekas yang telah dicat dengan warna merah putih menyala.
Namun, mahakarya sesungguhnya dari Jorong Taratak Sungai Sungkai terletak pada elemen kedua filosofi mereka: "Kuat Adat". Ini mengingatkan kami semua, terutama anak cucu, bahwa kemakmuran sejati itu lahir dari kerja keras, persatuan, dan tidak pernah melupakan adat.
Taman yang indah tanpa fondasi adat yang kuat itu ibarat bunga tanpa akar."
Dengan memadukan mozaik botol bekas yang modern Jorong Taratak Sungai Sungkai telah menciptakan sebuah taman yang bercerita. Taman mereka adalah sebuah museum hidup yangmemancarkan pesan kuat tentang identitas mereka.
Gebyar Tradisi dan Kekuatan Massa
Suasananya kontras namun tak kalah semarak. Jorong bermain dengan inovasi modern, dengan kekuatan tradisi dan kemegahan klasik. Tiap jorongnya menggunakan botol plastik, bambu,
janur kuning, dan ijuk.
Di sini, gotong royong terasa lebih hingar bingar. Tawa dan teriakan penyemangat terdengar
lebih keras. Fokus utama mereka adalah membangun gapura bambu yang dihiasi dengan
ukiran-ukiran khas Minang.
Kekuatan Jorong terletak pada mobilisasi massa mereka. Hampir setiap kepala keluarga turun
tangan. Para bundo kanduang tidak hanya mengecat, tetapi juga sibuk di "dapur umum darurat",
memasak dan penganan lainnya dalam kuali-kuali besar. Mereka percaya, perut yang kenyang
akan menghasilkan kerja yang maksimal.
Persaingan Sehat yang Merajut Persatuan
Meskipun aroma persaingan begitu pekat, ada sebuah pemandangan indah yang melampaui
batas-batas antar jorong. Anak-anak kecil bermain bersama. Mereka berlarian dari satu gapura
ke gapura lainnya, mengagumi karya orang tua mereka. Mereka adalah simbol hidup bahwa
rivalitas ini hanyalah "bumbu penyedap" dari sebuah perayaan yang lebih besar.
Gengsi antar jorong mendorong setiap pihak untuk memberikan yang terbaik, mengeluarkan
seluruh kreativitas dan tenaga. Namun, interaksi yang hangat di sela-sela kerja bakti justru
mempererat tali silaturahmi yang ada. Mereka bersaing dalam karya, tetapi bersatu dalam
semangat sebagai satu kesatuan warga Nagari Taratak Sungai Sungkai, sebagai satu bangsa Indonesia.
Kini, panggung telah disiapkan. Jorong Taratak berdiri dengan keanggunan inovasi hijaunya.
Babak pertama, yaitu gotong royong, telah mereka lalui dengan cara mereka masing-masing.
Hasilnya akan dinilai. Pemenangnya adalah semangat komunal yang hidup subur, adalah
lingkungan yang menjadi bersih dan indah, dan adalah generasi muda yang menyaksikanlangsung bagaimana kemerdekaan dirayakan : bukan hanya dengan upacara, tetapi dengan kerja nyata, keringat, tawa, dan persatuan dalam keberagaman. Pertarungan di lapangan pada 17
Agustus nanti hanyalah puncak dari sebuah perayaan kebersamaan yang telah mereka
0 Comments