ESG dalam Konteks Global dan Relevansinya dengan Industri 5.0
Konsep ESG (Environmental, Social, and Governance) telah menjadi agenda global dalam satu dekade terakhir. ESG berfokus pada tiga aspek penting:
-Lingkungan (E): Menyangkut dampak operasional perusahaan terhadap lingkungan, seperti penggunaan energi terbarukan, pengurangan emisi karbon, dan pengelolaan limbah.
-Sosial (S): Berhubungan dengan peran perusahaan dalam masyarakat, seperti hak asasi manusia, kesetaraan gender, dan kondisi kerja yang adil.
-Tata Kelola (G): Menekankan transparansi, akuntabilitas, dan tata kelola perusahaan yang baik dalam menjalankan bisnis.
Industri 5.0, yang menitikberatkan pada kolaborasi manusia-mesin dan teknologi digital, semakin menuntut perusahaan untuk menerapkan ESG secara terintegrasi. Ini karena Industri 5.0 memiliki beberapa karakteristik kunci yang beririsan dengan ESG:
-Berpusat pada Manusia (Human-Centric): Industri 5.0 menekankan peran manusia sebagai pusat setiap aktivitas industri, yang sejalan dengan aspek sosial ESG.
-Ketahanan (Resilience): Industri 5.0 mengutamakan sistem yang tangguh dan mampu beradaptasi terhadap perubahan, yang merupakan aspek penting dari ESG.
-Berkelanjutan (Sustainability): Industri 5.0 mendorong aktivitas industri yang memperhatikan kelestarian lingkungan dan sosial, sejalan dengan prinsip ESG.
Boy Kelana Soebroto, Head of Corporate Communications PT Astra International mengatakan bahwa kemampuan untuk beradaptasi dengan teknologi, khususnya Artificial Intelligence (AI), merupakan kunci bagi mahasiswa untuk sukses sebagai praktisi Public Relations di masa depan. Teknologi ini dianggap sangat penting untuk mengefisienkan komunikasi korporat, memperkuat analisis data, serta membangun reputasi yang lebih kuat melalui pendekatan yang berbasis pada keberlanjutan. Teknologi digital berperan penting dalam mendukung strategi ESG di Industri 5.0. Kecerdasan Buatan (AI), Big Data, dan Internet of Things (IoT). AI dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan penggunaan energi, mengurangi limbah, serta menganalisis risiko ESG. Big Data, di sisi lain, dapat digunakan untuk memahami tren pasar, mengidentifikasi area dengan dampak sosial dan lingkungan terbesar, serta membantu dalam pengambilan keputusan ESG. Sementara itu, IoT memungkinkan pemantauan dan kontrol operasional perusahaan secara real-time, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Implementasi ESG di Industri 5.0, meskipun menjanjikan peluang besar, juga dihadapkan pada beberapa tantangan. Salah satu tantangan utamanya adalah keterbatasan sumber daya. Perusahaan perlu mengalokasikan investasi yang signifikan untuk mengembangkan teknologi dan infrastruktur yang berkelanjutan. Selain itu, kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang ESG, terutama di kalangan perusahaan yang baru mulai menerapkannya, menjadi hambatan tersendiri. Tak kalah penting, resistensi dari internal perusahaan juga seringkali muncul. Perubahan besar yang diusung oleh ESG dapat memicu perlawanan dari individu atau kelompok dalam perusahaan yang merasa terancam atau belum siap beradaptasi.
mengatasi tantangan tersebut, perusahaan dapat mengambil langkah berikut:
-Pendidikan dan Pelatihan yang Intensif: Mendidik semua level organisasi tentang pentingnya mESG dan cara menerapkannya dalam aktivitas sehari-hari.
- Integrasi Prinsip ESG: Mengintegrasikan prinsip ESG ke dalam strategi bisnis utama, bukan hanya sebagai program terpisah.
-Target yang Jelas: Menetapkan target yang jelas dan terukur untuk mencapai tujuan ESG yang dapat dipantau dan dievaluasi secara berkelanjutan.
- Kerja Sama dengan Pemangku Kepentingan: Membangun hubungan yang kuat dengan pemangku kepentingan terkait, seperti investor, pelanggan, dan pemerintah, untuk mendukung implementasi ESG.
-Penggunaan Teknologi Mutakhir: Memanfaatkan teknologi digital mutakhir untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya, mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, dan meningkatkan transparansi.
0 Comments