Ticker

6/recent/ticker-posts

Revitalisasi Gerakan Sosial dalam Membangun Kesadaran Kolektif Mahasiswa



Oleh :Muhammad Ilham Al Qodry, Mahasiswa Departemen Ilmu Politik Universitas Andalas) 


Gerakan sosial mahasiswa telah lama menjadi tonggak penting dalam sejarah perubahan sosial, politik, dan budaya di Indonesia. Mulai dari perjuangan kemerdekaan hingga reformasi, mahasiswa kerap berada di garis terdepan dalam menyuarakan ketidakadilan dan mendorong perubahan sosial yang signifikan. Namun, di tengah perkembangan zaman yang semakin modern dan dinamis, gerakan sosial mahasiswa mengalami tantangan yang berbeda dibandingkan masa-masa sebelumnya. Teknologi yang berkembang pesat, globalisasi, serta perubahan pola pikir generasi muda, membawa dinamika baru yang memengaruhi esensi dan pola gerakan sosial mahasiswa. Oleh karena itu, revitalisasi gerakan sosial di kalangan mahasiswa menjadi kebutuhan mendesak agar esensi perjuangan tetap terjaga, terutama dalam membangun kesadaran kolektif yang kuat dan berkelanjutan.


Tantangan dalam Revitalisasi Gerakan Sosial


Gerakan sosial di kalangan mahasiswa telah menjadi salah satu kekuatan pendorong perubahan sosial yang signifikan dalam sejarah. Namun, di tengah dinamika globalisasi dan perkembangan teknologi, gerakan sosial mahasiswa mengalami tantangan baru yang memerlukan revitalisasi. Kesadaran kolektif mahasiswa, yang pernah menjadi fondasi kuat bagi perjuangan politik, hak asasi manusia, dan keadilan sosial, saat ini mulai terkikis oleh individualisme, ketidakpedulian, dan informasi yang terfragmentasi. Oleh karena itu, perlu adanya revitalisasi gerakan sosial yang mampu mengembalikan semangat solidaritas dan membangun kesadaran kolektif di kalangan mahasiswa.


Salah satu alasan utama perlunya revitalisasi adalah perubahan konteks sosial-politik yang dihadapi mahasiswa. Di era digital, isu-isu yang dihadapi tidak lagi hanya bersifat lokal, tetapi juga global. Tantangan seperti perubahan iklim, ketidaksetaraan ekonomi, dan pelanggaran hak asasi manusia memerlukan respons yang terorganisir dan kolektif. Namun, tanpa kesadaran yang terbangun secara bersama, gerakan-gerakan yang lahir cenderung sporadis, tanpa arah yang jelas dan sulit membentuk dampak jangka panjang. Revitalisasi gerakan sosial akan membantu mahasiswa memahami bahwa kekuatan mereka terletak pada aksi kolektif, di mana kepentingan bersama lebih diutamakan daripada kepentingan individu.


Selain itu, perkembangan teknologi informasi juga mengubah cara gerakan sosial berlangsung. Media sosial, meskipun memiliki potensi besar untuk menyatukan individu, seringkali menjerumuskan pada “clicktivism” atau aktivisme di dunia maya yang kurang berdampak nyata. Mahasiswa sering merasa puas dengan hanya membagikan konten di media sosial tanpa melakukan aksi nyata di lapangan.  Permasalahan lainnya yaitu kebutuhan mendesak untuk menanggapi polarisasi yang semakin tajam di kalangan mahasiswa. Konflik ideologis yang diperparah oleh informasi yang terpolarisasi di media sosial seringkali memecah belah aliansi dan menghambat upaya kolektif. Gerakan sosial yang direvitalisasi harus mampu mengakomodasi keragaman pendapat dan mengutamakan dialog yang inklusif. Dengan demikian, mahasiswa dari berbagai latar belakang ideologi dapat bersatu dalam perjuangan yang lebih besar demi kepentingan sosial yang lebih luas.


Mengapa penting? 


Revitalisasi gerakan sosial di kalangan mahasiswa juga penting untuk menumbuhkan kembali semangat kritis terhadap kebijakan-kebijakan publik yang tidak adil. Di tengah semakin kuatnya kontrol politik dan ekonomi oleh elit, mahasiswa sebagai agen perubahan harus memperkuat perannya sebagai pengawas yang kritis terhadap pemerintah dan institusi. Tanpa kesadaran kolektif yang kuat, gerakan mahasiswa hanya akan menjadi pengamat pasif tanpa mampu menggerakkan perubahan yang berarti.


Untuk membangkitkan kembali kesadaran kolektif ini, revitalisasi gerakan sosial harus menyelaraskan strategi gerakan dengan perkembangan teknologi yang ada. Media sosial, yang sering digunakan hanya sebagai alat ekspresi personal, harus diubah menjadi ruang untuk dialog yang lebih luas dan mendalam. Kampanye online yang kreatif, diskusi terbuka di berbagai platform digital, serta inisiatif solidaritas berbasis teknologi bisa menjadi cara efektif untuk mengembalikan semangat kolektif mahasiswa. Dengan cara ini, teknologi yang sebelumnya dianggap sebagai ancaman terhadap kebersamaan justru dapat diubah menjadi alat utama untuk menggalang kekuatan kolektif.


Secara keseluruhan, revitalisasi gerakan sosial di kalangan mahasiswa bukan hanya soal menghidupkan kembali semangat aksi massa. Lebih dari itu, gerakan ini harus mampu membangun kesadaran kolektif yang lebih matang dan adaptif terhadap tantangan zaman. Dengan memanfaatkan teknologi secara optimal, mengedepankan inklusivitas, serta menghadirkan kepemimpinan yang transformatif, gerakan sosial mahasiswa dapat kembali menjadi kekuatan perubahan yang signifikan dalam masyarakat. Mahasiswa, sebagai agen perubahan, memiliki tanggung jawab untuk terus menjaga nyala api kesadaran kolektif, agar perjuangan mereka relevan dan mampu menjawab tantangan zaman.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS