Ticker

6/recent/ticker-posts

Kontak Bahasa dan Diglosia: Menelusuri Jejak Interaksi dan Hierarki Bahasa

 


Oleh Farjul Hafizah dan Tressyalina

Penulis merupkan merupakan mahasiswa Universitas negeri padang prodi pendidikan Bahasa dan sastra indonesia


Bahasa, sebagai alat komunikasi manusia, tak luput dari pengaruh interaksi dan dinamika sosial. Kontak bahasa, pertemuan dua atau lebih bahasa, dan diglosia, penggunaan dua variasi bahasa dalam komunitas yang sama, merupakan dua fenomena linguistik yang saling terkait dan memiliki dampak signifikan terhadap perkembangan bahasa dan identitas budaya.

Kontak bahasa tak ubahnya jembatan penghubung antar budaya. Ketika dua atau lebih bahasa bertemu, pertukaran budaya pun terjadi. Kata-kata dan frasa baru diserap, memperkaya kosakata dan meningkatkan fleksibilitas bahasa. Tata bahasa dan pengucapan pun dapat mengalami perubahan, mencerminkan pengaruh timbal balik antar bahasa.

Namun, kontak bahasa tak selalu mulus. Terkadang, terjadi dominasi bahasa tertentu, memicu perubahan drastis pada bahasa lain. Diglosia, penggunaan dua variasi bahasa dalam komunitas yang sama, menjadi salah satu konsekuensinya.

Diglosia menghadirkan dua wajah bahasa: bahasa tinggi (T) dan bahasa rendah (R). Bahasa T, umumnya digunakan dalam konteks formal, memiliki prestise lebih tinggi, sedangkan bahasa R, digunakan dalam konteks informal, dianggap kurang prestisius.

Fenomena ini tak jarang memicu ketidaksetaraan sosial. Penutur bahasa T, yang umumnya memiliki akses lebih luas terhadap pendidikan dan kekuasaan, dianggap lebih terpelajar dan terhormat. Hal ini dapat memperparah jurang sosial dan ekonomi dalam masyarakat.

Kontak bahasa dan diglosia tak hanya berdampak pada bahasa, tetapi juga pada identitas budaya dan dinamika sosial. Berikut beberapa poin penting:

• Digunakannya bahasa T dan R dalam konteks berbeda memungkinkan penutur untuk menandai identitas sosial mereka. Bahasa T, misalnya, digunakan dalam pidato resmi, menunjukkan rasa hormat dan formalitas, sedangkan bahasa R digunakan dalam percakapan sehari-hari, membangun kedekatan dan keakraban.

• Perubahan Bahasa: Kontak bahasa dan diglosia dapat memicu perubahan dalam bahasa, baik T maupun R. Penutur bahasa T dan R mungkin beradaptasi dengan memasukkan kata-kata dan frasa dari bahasa lain, atau bahkan mengubah struktur tata bahasa mereka.

• Ketidaksetaraan: Diglosia dapat memperkuat ketidaksetaraan sosial, karena penutur bahasa T umumnya memiliki akses lebih luas terhadap pendidikan dan kekuasaan. Hal ini dapat memicu marginalisasi dan diskriminasi terhadap penutur bahasa R.

Kontak bahasa dan diglosia adalah fenomena linguistik yang kompleks dengan dampak signifikan pada bahasa dan masyarakat. Memahami kedua fenomena ini penting untuk memahami perkembangan bahasa, identitas budaya, dan dinamika sosial.

Bahasa merupakan cerminan budaya dan identitas. Kontak bahasa dan diglosia, dengan segala kompleksitasnya, mengingatkan kita akan dinamika dan interaksi antar budaya yang tak henti-hentinya membentuk dan memperkaya khazanah bahasa di dunia.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS