Ticker

6/recent/ticker-posts

Bahasa Indonesia sebagai Lingua Franca dan Alat Integrasi Bangsa




 Indonesia ialah negara yang penuh dengan keragaman bahasa. Membentang dari Sabang sampai Merauke, Indonesia adalah tanah air bagi kurang lebih 250 juta penduduk. Besarnya luas dari negara ini membuat keragaman bahasa tak terelakkan. Di tengah keberagaman ini, dibutuhkan suatu identitas kolektif untuk menyokong persatuan bangsa serta menghilangkan sentimen kesukuan. Atas dasar-dasar tersebut bahasa Indonesia lahir dan diputuskan oleh para tokoh-tokoh penting Indonesia sebagai bahasa pemersatu, atau yang dikenal sebagai lingua franca.

Istilah lingua franca sendiri mengacu pada dua kata, yakni lingua yang berarti bahasa, dan franca yang berarti orang Franka. Secara harfiah, lingua franca adalah “bahasa orang Franka”. Namun, arti lingua franca berubah menjadi bahasa yang digunakan sebagai jembatan bagi dua orang atau kelompok yang berbahasa yang berbeda.

Sejarah pemakaian lingua franca di Nusantara sudah tumbuh sejak abad ke-7, dimana bahasa Melayu merupakan lingua franca pada saat itu. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya prasasti Talang Tuo dan prasasti Karang Brahi di Palembang dan di Jambi. Kemudian, bahasa Melayu diadopsi oleh Sriwijaya sebagai bahasa perdagangan dan bahasa pengajaran. Bahkan, ketika kolonialis Eropa menginjakkan kakinya di Nusantara, bahasa Melayu menjadi bahasa pengantar untuk perdagangan dan penyebaran Injil oleh zending Belanda. 

Pada Kongres Pemuda II tahun 1928, para pemuda sepakat bahwa bahasa persatuan Indonesia adalah bahasa Indonesia, yang merupakan modifikasi dari bahasa Melayu. Pada perkembangannya, bahasa Indonesia mengalami beberapa perubahan sistem ejaan, yakni ejaan van Ophuijsen, Soewandi atau Republik, Malindo, hingga Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

Akan tetapi, terkadang ditemukan kasus dimana sentimen kesukuan tersebut hidup, dan bahkan lahir kecenderungan untuk mendiskreditkan penutur bahasa Indonesia. Sebagai contoh, di Sumatera Barat kerap ditemukan praktik dimana penjual barang akan menaikkan harga barang tersebut apabila sang pembeli tidak dapat bertutur bahasa Minang, dengan asumsi bahwa sang pembeli adalah orang luar dan tidak mampu memahami bahasa Minang. Selain itu, penutur bahasa Indonesia cenderung “dikucilkan” apabila ia tidak dapat berbahasa Minang. 

Bahasa Indonesia tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai simbol persatuan dan identitas nasional Indonesia. Dalam konteks keragaman etnis, budaya, dan bahasa, bahasa Indonesia berperan sangat penting dalam menyatukan berbagai kelompok masyarakat. Dengan memiliki satu bahasa yang dipakai di seluruh wilayah Indonesia, masyarakat dapat berinteraksi secara efektif tanpa batasan bahasa daerah.

Bahasa Indonesia juga berfungsi sebagai alat diplomasi budaya. Seperti halnya Korea Selatan dengan K-pop, diplomasi budaya memiliki dampak yang sangat besar, dan Korea Selatan memiliki pamor yang sama dengan negara-negara adidaya. Bahkan masyarakat negara adidaya sekalipun ikut serta terpengaruh dengan adanya K-pop. Indonesia juga telah menggunakan keragaman budayanya untuk melakukan diplomasi budaya dengan mengadakan pameran kebudayaan. Diplomasi tersebut dapat disalurkan menggunakan bahasa Indonesia. Bahkan, beberapa perguruan tinggi unggul di dunia menawarkan jurusan sastra Indonesia.

Dalam konteks perekonomian, bahasa Indonesia sebagai lingua franca juga berperan penting dalam menjamin kemajuan ekonomi. Bahasa Indonesia mempermudah jalannya perdagangan antar wilayah di Indonesia. Hal tersebut membantu memperkuat persatuan antara berbagai etnis dan mendukung pertumbuhan ekonomi secara bersamaan.

Walaupun demikian, bahasa Indonesia harus dipakai secara berkesinambungan dengan bahasa daerah. Meskipun bahasa Indonesia merupakan bahasa lingua franca, bahasa daerah juga harus tetap dilestarikan. Keberagaman budaya Indonesia bukanlah penghambat integrasi nasional, melainkan penunjang dari integrasi nasional.

Bahasa Indonesia memiliki peran yang sangat penting sebagai lingua franca di Indonesia. Bahasa Indonesia berperan sebagai alat komunikasi, simbol persatuan, dan penggerak integrasi sosial dan ekonomi. Hadirnya bahasa Indonesia telah memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Namun, keberagaman bahasa daerah harus dilestarikan sebagai bagian integral dari kekayaan budaya Indonesia. Dengan demikian, bahasa Indonesia dapat terus menjadi perekat yang kuat dalam membangun masyarakat yang berdaya saing di kancah internasional.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS