Ticker

6/recent/ticker-posts

EFEK KEDWIBAHASAAN: Pengaruh Kedwibahasaan Antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa bagi Perantau di Sumatera Barat dalam Interaksi Masyarakat Sehari-hari.




 

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Departemen Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah

Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Padang

 

Sumatera Barat atau tanah Minangkabau dengan kekayaan budayanya yang kental, tak hanya dihuni oleh penduduk asli Minang. Banyak perantau, khususnya dari Jawa, turut menetap dan membangun kehidupan di ranah Minang ini. Pertemuan dua kultur ini pun melahirkan fenomena menarik, yaitu kedwibahasaan. Kedwibahasaan adalah kemampuan seseorang dalam menguasai dan menuturkan dua bahasa atau lebih dengan baik untuk berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan.

Efek kedwibahasaan antara bahasa Indonesia dan bahasa Jawa di Sumatera Barat patut dikaji karena membawa pengaruh yang beragam. Di satu sisi, ia menjadi jembatan komunikasi yang efektif. Para perantau Jawa, yang terbiasa berbahasa Jawa, dapat beradaptasi dan berinteraksi dengan masyarakat Minang melalui Bahasa Indonesia, bahasa persatuan bangsa. Sebaliknya, masyarakat Minang pun bisa memahami dan berinteraksi dengan para perantau dengan lebih mudah.

Namun, efek kedwibahasaan ini tak selalu mulus. Terkadang terjadi campur kode, yaitu penggunaan kedua bahasa dalam satu kalimat. Hal ini, meski terbilang lumrah, bisa menimbulkan sedikit kerancuan, terutama bagi mereka yang tidak terbiasa dengan kedua bahasa tersebut. Selain itu, penggunaan bahasa Jawa yang kental di ranah tertentu, misalnya di lingkungan para perantau yang tinggal berkelompok, bisa memunculkan kesan eksklusivisme. Lebih jauh lagi, kedwibahasaan ini bisa memengaruhi pelestarian bahasa Minang. Jika interaksi sehari-hari didominasi oleh bahasa Indonesia dan bahasa Jawa, dikhawatirkan bahasa Minang, sebagai bahasa ibu masyarakat setempat, akan tergerus.

 

Namun, di sisi lain, perlu diwaspadai potensi terkikisnya Bahasa Minangkabau, bahasa ibu masyarakat setempat. Penggunaan bahasa Indonesia dan Jawa yang dominan, terlebih di lingkungan perkotaan, dapat menyebabkan generasi muda kurang terbiasa menggunakan bahasa Minangkabau dengan baik dan benar. Akibatnya, kekayaan budaya dan identitas Minangkabau yang tertuang dalam bahasanya terancam terpinggirkan.

Untuk itu, diperlukan langkah strategis agar fenomena kedwibahasaan ini berdampak positif. Peran orang tua dan keluarga sangat penting dalam menanamkan bahasa Minangkabau sejak dini. Sekolah juga bisa menyelenggarakan program penguatan Bahasa Minangkabau, baik secara lisan maupun tulisan. Bagi para perantau dapat terus menggunakan bahasa Jawa dalam ranah privat, namun di ruang publik dan interaksi dengan masyarakat Minang, Bahasa Indonesia menjadi pilihan utama. Dengan demikian, tercipta komunikasi yang lancar dan saling menghargai. Di sisi lain, para perantau juga bisa ikut serta dalam upaya pelestarian Bahasa Minang. Mereka bisa belajar kosakata dan ungkapan dasar Bahasa Minang untuk memperkaya interaksi mereka dengan masyarakat setempat.

Media massa pun dapat turut ambil bagian. Program acara talk show atau berita yang menggunakan Bahasa Minangkabau, disertai subtitel Bahasa Indonesia, dapat menjadi jembatan untuk melestarikan dan memperkenalkan bahasa ini kepada khalayak yang lebih luas. Masyarakat sendiri juga perlu memiliki kesadaran untuk menjaga eksistensi bahasa Minangkabau. Mari gunakan Bahasa Minangkabau dalam percakapan sehari-hari, terutama dalam lingkungan keluarga. Gali dan lestarikan peribahasa serta ungkapan khas Minangkabau yang sarat makna.

Dengan demikian, kedwibahasaan antara Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa, dan Bahasa Minangkabau di Sumatera Barat dapat menciptakan harmoni dalam berbahasa. Ketiga bahasa ini, dengan fungsinya masing-masing, akan memperkaya khazanah budaya dan menjadi identitas masyarakat Sumatera Barat yang inklusif dan dinamis. Efek kedwibahasaan ini bisa menjadi kekuatan, bukan ancaman. Dengan sikap saling menghargai dan upaya bersama, keragaman bahasa di Sumatera Barat justru bisa memperkaya khazanah budaya dan mempererat jalinan sosial di ranah Minang. Dengan menyikapi fenomena ini secara bijak, para perantau bisa tetap menjaga identitas budayanya sambil berintegrasi dengan baik di lingkungan baru. Hal ini pada akhirnya akan memperkuat jalinan persaudaraan dan keharmonisan di Ranah Minang.

 

 

 

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS