Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Departemen Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Padang
Sumatera Barat atau tanah Minangkabau dengan kekayaan budayanya yang
kental, tak hanya dihuni oleh penduduk asli Minang. Banyak perantau, khususnya
dari Jawa, turut menetap dan membangun kehidupan di ranah Minang ini. Pertemuan
dua kultur ini pun melahirkan fenomena menarik, yaitu kedwibahasaan. Kedwibahasaan
adalah kemampuan seseorang dalam menguasai dan menuturkan dua bahasa atau lebih
dengan baik untuk berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan.
Efek
kedwibahasaan antara bahasa Indonesia dan bahasa Jawa di Sumatera Barat patut
dikaji karena membawa pengaruh yang beragam. Di satu
sisi, ia menjadi jembatan komunikasi yang efektif. Para perantau Jawa, yang
terbiasa berbahasa Jawa, dapat beradaptasi dan berinteraksi dengan masyarakat
Minang melalui Bahasa Indonesia, bahasa persatuan bangsa. Sebaliknya,
masyarakat Minang pun bisa memahami dan berinteraksi dengan para perantau
dengan lebih mudah.
Namun, efek kedwibahasaan ini tak selalu mulus. Terkadang terjadi
campur kode, yaitu penggunaan kedua bahasa dalam satu kalimat. Hal ini, meski
terbilang lumrah, bisa menimbulkan sedikit kerancuan, terutama bagi mereka yang
tidak terbiasa dengan kedua bahasa tersebut. Selain itu, penggunaan bahasa Jawa
yang kental di ranah tertentu, misalnya di lingkungan para perantau yang
tinggal berkelompok, bisa memunculkan kesan eksklusivisme. Lebih jauh lagi, kedwibahasaan ini bisa memengaruhi pelestarian bahasa
Minang. Jika interaksi sehari-hari didominasi oleh bahasa Indonesia dan bahasa
Jawa, dikhawatirkan bahasa Minang, sebagai bahasa ibu masyarakat setempat, akan
tergerus.
Namun, di sisi lain, perlu diwaspadai potensi terkikisnya Bahasa
Minangkabau, bahasa ibu masyarakat setempat. Penggunaan bahasa Indonesia dan
Jawa yang dominan, terlebih di lingkungan perkotaan, dapat menyebabkan generasi
muda kurang terbiasa menggunakan bahasa Minangkabau dengan baik dan benar.
Akibatnya, kekayaan budaya dan identitas Minangkabau yang tertuang dalam
bahasanya terancam terpinggirkan.
Untuk itu, diperlukan langkah strategis agar fenomena
kedwibahasaan ini berdampak positif. Peran orang tua dan keluarga sangat
penting dalam menanamkan bahasa Minangkabau sejak dini. Sekolah juga bisa
menyelenggarakan program penguatan Bahasa Minangkabau, baik secara lisan maupun
tulisan. Bagi para perantau dapat terus menggunakan bahasa Jawa dalam ranah
privat, namun di ruang publik dan interaksi dengan masyarakat Minang, Bahasa
Indonesia menjadi pilihan utama. Dengan demikian, tercipta komunikasi yang lancar
dan saling menghargai. Di sisi lain, para perantau juga bisa ikut serta dalam
upaya pelestarian Bahasa Minang. Mereka bisa belajar kosakata dan ungkapan
dasar Bahasa Minang untuk memperkaya interaksi mereka dengan masyarakat
setempat.
Media massa pun dapat turut ambil bagian. Program acara talk show
atau berita yang menggunakan Bahasa Minangkabau, disertai subtitel Bahasa
Indonesia, dapat menjadi jembatan untuk melestarikan dan memperkenalkan bahasa
ini kepada khalayak yang lebih luas. Masyarakat sendiri juga perlu
memiliki kesadaran untuk menjaga eksistensi bahasa Minangkabau. Mari gunakan
Bahasa Minangkabau dalam percakapan sehari-hari, terutama dalam lingkungan
keluarga. Gali dan lestarikan peribahasa serta ungkapan khas Minangkabau yang
sarat makna.
Dengan demikian, kedwibahasaan antara Bahasa Indonesia, Bahasa
Jawa, dan Bahasa Minangkabau di Sumatera Barat dapat menciptakan harmoni dalam
berbahasa. Ketiga bahasa ini, dengan fungsinya masing-masing, akan memperkaya
khazanah budaya dan menjadi identitas masyarakat Sumatera Barat yang inklusif
dan dinamis. Efek kedwibahasaan ini bisa menjadi kekuatan, bukan ancaman.
Dengan sikap saling menghargai dan upaya bersama, keragaman bahasa di Sumatera
Barat justru bisa memperkaya khazanah budaya dan mempererat jalinan sosial di
ranah Minang. Dengan menyikapi fenomena ini
secara bijak, para perantau bisa tetap menjaga identitas budayanya sambil
berintegrasi dengan baik di lingkungan baru. Hal ini pada akhirnya akan
memperkuat jalinan persaudaraan dan keharmonisan di Ranah Minang.
0 Comments